95 : Special Part #5

3.1K 276 94
                                    

Misa sudah memasuki bulan kesembilan, itu artinya sebentar lagi anak dari pasangan Lianantha ini akan lahir ke dunia.

Sekarang Misa lagi ngeliatin Bunda packing bajunya dari atas tempat tidur. Alasan Bunda packing sekarang karena kata Dokter, Misa harus segera bersiap untuk pembukaannya. Jadi Mark yang mutusin supaya Misa tinggal di rumah sakit untuk beberapa saat. Perintah seorang calon Ayah tidak bisa dibantah, tau.

Perut Misa yang semakin membesar setiap bulannya cukup membuat Misa kerepotan, tapi itu sama sekali tidak membuatnya stress karena orang-orang di sekitarnya selalu memberikan dukungan. Sekecil apapun itu.

"Sayang, udah minum susu belum?" Bunda yang udah selesai packing duduk di sisi ranjang, mengusap rambut anaknya sayang. Misa mengangguk cepat, "tadi Kak Jaerim udah bawain, Bun."

"Sekarang istirahat dulu ya? Besok kan kita ke rumah sakit." Misa menggeleng cepat tanda menolak perintah Sang Bunda. Dia ingin tidur sambil memeluk suaminya malam ini. Jadi Misa akan menunggu sebentar lagi untuk kedatangan Mark ke rumah.

"Mau tidur sama Markie.."

Bunda terkekeh, bahkan ketika anaknya sebentar lagi akan menjadi seorang ibu, dia masih tampak menggemaskan. Benar-benar tidak menggambarkan umurnya sama sekali.

"Baiklah, tunggu Mark. Sebentar lagi juga dia pulang ya. Bunda turun dulu, inget jangan ngapa-ngapain, langsung tidur." Bunda ngecup ujung hidung peseknya Misa. Yang dikecup mengangguk, mengiyakan perintah ibunya.

Setelahnya Bunda pergi meninggalkan Misa sendirian di kamar. Si manis memilih untuk browsing di internet, sampai sekarang ia dan Mark belum menemukan nama yang tepat untuk anaknya. Jadi biarkan dia mencarinya lebih dulu sekarang.

Misa baru saja berselancar di internet selama 10 menit sampai pintu kamarnya terbuka dan mengambil atensinya. Di sana ada Mark, suaminya sedang melonggarkan dasi yang mengikat di bawah kerah kemeja putihnya. Jas kantornya sudah ia selipkan di lengannya dan di tangan yang sama pula ia membawa tas kantornya.

Misa tersenyum, ia taruh ponselnya kemudian membuka tangannya manja, "peluk aku, dadda!"

Mark yang tadinya kelelahan rasanya langsung bersemangat kembali ketika melihat betapa menggemaskannya sang istri. Ia taruh jas dan tas kantornya di sofa dalam kamar mereka kemudian berjalan mendekat untuk memeluk istrinya.

"Kok belum tidur?" Mark menunduk, menatap istrinya yang kini menyenderkan kepalanya di perutnya dengan kedua tangannya yang melingkar di pinggang lelaki itu.

"Mau tidur sambil peluk kamu. Mulai besok kan aku tidurnya di ranjang rumah sakit, kamu pasti nda bisa tidur di ranjang yang sama sama aku, jadi sekarang kita tidur bareng aja di sini." Misa mendongak, menatap Mark sayang, "mau ya?"

"Mau, mau banget. Tapi gimana caranya? Perut kamu aja besar gitu. Aku ngga mau ya sampai perut kamu ke-tekan atau ke-tahan."

Misa tampak berpikir sebelum akhirnya tersenyum, "kamu yang meluk aku!"

"Fine baby boo. Dadda yang peluk kamu okay? Sekarang aku mandi dulu, kamu boleh nonton tv atau nonton youtube terserah. Habis ini kita tidur bareng ya."

"Nda mamam?"

"Tadi udah, sama Woojin. Makan nasi goreng. Ngga seenak nasi goreng kebanyakan mericamu."

Misa terkekeh, "okey, sana mandi. Dadda macem."

"Heh, berani ya!" Mark mengecup pipi gembil Misa berkali-kali. Membuat istrinya tertawa gembira malam itu. Sepertinya Mark harus segera mandi supaya keduanya bisa tidur lebih cepat.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang