46

2.6K 335 52
                                    

Percobaan kedua, Doyoung harap dirinya berhasil.

Pagi ini Doyoung udah di kediaman Learnadi. Ayah dan Bunda sebenernya udah ngga ngijinin Doyoung buat masuk ke rumah, tapi karena Doyoung terus memohon dan tidak berhenti mengatakan bahwa dia akan berhasil meyakinkan Misa dan membawanya kembali ke rumah, Ayah mengijinkan walaupun Sang Bunda keberatan.

Ini yang terakhir, kata Ayah.

Doyoung udah ada di dapur, menyiapkan sarapan untuk si manis. Biasanya dirinyalah yang disiapkan sarapan, tapi hari ini, dia harus menyiapkannya untuk istrinya. Apapun agar Misa kembali bersamanya.

Doyoung menatap meja makan yang sudah tertata rapi. Ada banyak sekali makanan yang Doyoung buat pagi ini. Lelaki itu mengira-ngira, apa yang kurang dari meja makan di pagi hari yang cerah ini.

Setelahnya Doyoung menyadari kalau susu ibu hamil Misa belum dirinya buat. Doyoung cepat-cepat kembali ke dapur dan mulai membuat susu ibu hamil untuk si manis.

Bel pintu depan berbunyi, Bunda dengan cepat berjalan ke depan, menemui tamu mereka di pagi hari.

Doyoung mengintip, ingin tahu siapa yang datang bertamu di pagi hari seperti ini. Dan Doyoung harus menelan ludahnya, karena orang yang dia lihat adalah Mark Lianantha Elvano, saingan terberatnya kali ini.

Mark masuk setelah diijinkan oleh Bunda, keduanya berpapasan ketika sampai di dapur. Mark memicingkan mata, untuk apa lelaki itu ada disini, batinnya.

"Halo, Mark." Sapa Doyoung canggung. Setidaknya dia harus tetap ramah, siapapun orang yang dia ajak bicara. Termasuk Mark Lianantha, rivalnya.

"Ya, halo" Mark ngangguk, setelahnya langsung menaiki tangga rumah itu, berjalan menuju pintu kamar si manis. Doyoung meremat jarinya, Mark seolah memiliki tempat lebih tinggi darinya, bukan?

"Marah?" Ayah melipat kedua tangannya di depan dada, memperhatikan Doyoung dengan rahang mengerasnya. Doyoung pasti menahan emosinya, kan?

Doyoung menoleh, menatap Ayah mertuanya sebelum akhirnya menggeleng, "tidak.. saya yang salah disini."

"Bagus karena kamu mengerti hal itu." Ayah berhenti melipat kedua tangannya di depan dada, kini memperhatikan Doyoung yang mulai melanjutkan kegiatan membuat susunya, "sekarang giliran kamu yang perjuangin anak saya." Itu kata-kata terakhir Ayah sebelum ninggalin Doyoung yang membeku disana.

"Iya, saya bakal perjuangin anak anda."

🎭🎭🎭

"Markie.." Misa mengerang ketika merasakan perutnya diciumi. Misa tahu betul siapa pelakunya, jadi dia tidak perlu membuka mata untuk sekedar melihat.

"Ayo bangun, udah jam setengah tujuh lho." Mark ngusap rambutnya Misa. Si manis menggeleng, masih dengan matanya yang terpejam, "ngantuk.."

"Iya sayang, tau ngantuk. Ayo bangun." Mark berusaha ngangkat tubuhnya Misa biar duduk dan tidak rebahan lagi. Tapi ya emang dasarnya Misa males, dia malah lanjut rebahan waktu Mark lepasin dia.

Mark terkekeh, dia sama sekali tidak kesal. Misa benar-benar menggemaskan di matanya. Mark akhirnya nyerah juga, dan lanjut ciumin perutnya Misa. Berinteraksi dengan anaknya.

"Bundamu ngga mau bangun." Tangannya Mark gerak buat ngusap perutnya Misa, si manis mendengarkan.

"Iya, nakal banget kan Bundamu. Padahal Ayah pengen minta morning kiss lho." Mark gesekin pipinya di perutnya Misa. Perut Misa bergerak, Mark terkekeh, "kamu setuju sama ayah kan?"

"Mark, bayinya jangan di kasi omongan aneh-aneh." Misa mengusap surai hitam Mark yang belum di tata rapi. Jadi Mark di rumahnya cuma mandi dan pakai setelan kantornya. Terus dia ngga sarapan di rumah biar bisa sarapan sama Misa. Dia juga ngga tata rambutnya, soalnya Mark pengen Misa yang ngelakuin semua itu, buat dia.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang