6O

2.3K 364 149
                                    

Doyoung menatap Misa yang kini sudah berdiri di samping Mark yang baru saja datang menjemputnya malam ini.

Seharusnya Misa berdiri di sisinya sekarang, bukan di sisi Mark. Seharusnya tangan kecil Misa menggenggam tangannya, bukan tangan Mark.

Hal-hal kecil yang dulunya Doyoung anggap sepele, sekarang amat sangat ia rindukan. Dia rindu saat dimana, Misa masih miliknya, Misa adalah miliknya.

"Nanti jangan begadang ya, Mas. Langsung naik terus tidur, besok pagi juga jangan lupa minum obatnya. Kalo belum enakan, gausah berangkat kerja."

Doyoung mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari bibir si manis. Doyoung sangat menikmati setiap perhatian yang selalu dia harapkan sejak ia tahu kalau Misa berusaha berhenti mencintainya.

"Iya, Misa." Doyoung mengangguk, hanya kalimat itu yang bisa keluar dari bibirnya sekarang. Melihat betapa bahagianya Misa ketika bersama Mark membuat Doyoung sadar, dia sangat keterlaluan. Bahkan sampai membuat gadis yang amat mencintainya berpaling darinya.

Mark cuma nepuk bahu Doyoung sekali, terus mengajak Misa keluar dari kediaman Anantha. Merangkul si manis, tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Misanya, sekecil apapun itu.

Doyoung menatap kepergian keduanya. Tangannya ia remat, mengingat kembali jawaban Misa padanya beberapa menit yang lalu.

"Kalau saya minta kamu jangan pergi dan balik lagi sama saya sekarang, apa bisa?"

Tangan kecil Misa mengusap perlahan surai hitam Doyoung. Lelaki yang diusap menutup kedua matanya, menikmati sentuhan yang sementara waktu ini tidak menyentuhnya.

Misa berhenti mengusap surai hitam Doyoung membuat lelaki itu kembali membuka kedua matanya. Menatap Misa yang kini juga menatapnya.

"Mas, makasih ya udah mau berusaha untuk buka hati aku buat kamu lagi. Tapi.."

Doyoung mengubah posisi tidurnya tadi menjadi duduk. Menggenggam erat kedua tangan kecil Misa, menatapnya penuh pertanyaan.

Apa?

Tapi apa?

"Tapi.. aku udah mutusin buat ngga balik ke kamu. Perjuangan empat tahunku kemarin emang berhasil, aku kira kamu bakal selamanya jadi punyaku, ternyata engga.

Kamu jatuh cinta sama gadis lain Mas. Bahkan dengan mudahnya. Aku berjuang mati-matian bertahun-tahun buat bikin kamu cinta sama aku dan dia? Dia baru aja masuk ke kehidupan kamu dan dalam waktu singkat berhasil milikin kamu. Bahkan seluruh hati kamu.

Mas, kamu sendiri kan yang nyuruh aku berhenti cinta sama kamu kemarin? Terus kenapa sekarang kamu maksa aku balik ke kamu lagi?"

"Mi.."

"Mas, aku ngga mau baca buku yang sama dua kali, aku mau buka buku baruku. Sama Mark. Mark jauh lebih tahu caranya hargain cintaku di banding kamu."

"Tapi apa sekali lagi saja tidak bisa? Apa kamu sama sekali nggak merindukan waktu kita bareng dulu?"

"Aku rindu. Aku rindu sekali. Tapi aku tau, semakin aku rindu momen itu, semakin sakit juga aku. Jadi aku milih buat lupain perasaan aku ke kamu, Mas. Maaf.

Dan juga, aku udah jelasin ini berkali-kali ke kamu. Aku udah jatuh cinta sama Mark. Sekeras apapun kamu berjuang buat ambil hatiku lagi, sekarang udah ngga ada gunanya. Mark udah ambil hatiku. Bukan cuma aku, anak kita juga. Anak kita, juga sangat menyukai Mark Lianantha."

Air mata Doyoung mengalir lagi malam ini. Entah untuk kesekian kalinya merutuki kebodohannya. Kalau saja dia bisa menjaga komitmen dengan baik, dia yakin Misa tidak akan pergi darinya.

Dia yakin, Misa masih menjadi miliknya.

"Misa.." suara parau Doyoung memenuhi ruangan sepi dan gelap itu. Doyoung memeluk erat bantal guling yang biasa menemani Misa tidur setiap malamnya dulu ketika ia masih disini.

"Sekali saja, apa tidak ada kesempatan untuk saya dapetin kamu lagi?"

🎭🎭🎭

"Jadi, mau jelasin apa aja yang terjadi di sana sampai dia minta kamu buat nemenin dia malem ini?"

Wajah Mark sangat dekat dengan wajah Misa sekarang. Lelaki itu memojokannya di dinding kamar. Sepertinya masih kesal setelah mendapat telfon Misa minta ijin menginap di rumah Doyoung tadi.

"Kamu marah sama aku?" Misa menatap Mark dengan tatapan memelas. Tangannya ia bawa untuk dikalungkan di leher lelaki itu.

"No, babe. Aku ngga marah. Aku cuma kesel. Cemburu. Gak suka." Mark membuang wajahnya. Tidak menatap Misa karena mungkin saja pertahanannya akan goyah dan ia akan menghabisi bibir gadisnya.

Misa terkekeh, ia usap pipi lelaki itu sayang, "maaf ya gak ijin kamu dulu ke sana. Tadi aku chat Woojin dulu, nanya kamu ada meeting atau engga, ternyata ada. Aku ngga mau ganggu kamu, jadi aku ke rumah Mas Doy sendirian."

"Terus kamu tau darimana kalau dia lagi sakit?" Suara Mark terdengar ketus, cemburu tentunya.

"Kak Ten nelfon aku tadi, Mark." Misa berusaha nenangin Mark yang masih saja merasa kesal sejak tadi.

"Terus kenapa tiba-tiba dia minta kamu buat nginep disana?" Mark majuin bibirnya, akhirnya melemah dan mulai merajuk seperti anak kecil.

"Terus kenapa tiba-tiba dia minta kamu buat nginep disana?" Mark majuin bibirnya, akhirnya melemah dan mulai merajuk seperti anak kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia pengen perhatian lebih, Mark. Terus dia juga.. minta aku balik lagi ke dia."

Mark menatap Misa terkejut, "lagi? Terus kamu bilang apa?"

"Aku bilang," Misa mengusap perlahan surai hitam Mark, membiarkan lelaki itu nyaman dan membawa Mark untuk membenamkan wajahnya di perpotongan leher si manis, "aku bilang kalo aku udah jadi punya kamu sekarang. Aku dan anakku, dua duanya punya Mark Lianantha."

Mark tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Memeluk si manis, dan mengecupi perpotongan lehernya, "aku cemburu."

"Iya tau."

"Jangan balik ke Doyoung."

"Gaakan."

"Kamu punyaku."

"Iya, Mark." Misa menangkup pipi tirus Mark, membawa lelaki itu agar menatapnya. Memberi satu kecupan di kening lelaki itu,

"aku punya kamu. Cuma punya kamu!"

ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ

🔔💌misa udah terlalu cinta sama Mark Lianantha, rupanya.
recnjwin
22 Mei 2020.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang