84

2.2K 326 111
                                    

Mark menatap Misa yang kini menatap pintu besar di hadapannya. Hari ini hari dimana Misa dan Mark akan menyebarkan undangan pernikahan mereka ke orang-orang terdekat mereka dan rumah ini adalah rumah terakhir yang mereka tuju. Rumahnya Doyoung Anantha, rumah masa lalunya.

Mark menggenggam tangan Misa membuat si manis menoleh, menatap sang kekasih lama, "sayang, kalau kamu emang ngga mau ketemu dia kita ngga usah undang. Tapi kalo kamu mau tapi belum ingin bertemu sekarang, kamu bisa tunggu di mobil. Aku yang bakal ngasi undangan ini sendiri."

Misa tersenyum kemudian menggeleng, "aku bakal kasi undangan ini ke Mas Doyoung secara langsung."

"Kamu yakin?"

Anggukan Mark terima dari sang gadis. Bel pintu di tekan, beberapa kali mengetuk pintu rumah itu. Jantung Misa berdegup, setelah empat tahun dia akan bertemu dengan mantan suaminya itu, kan?

Pintu itu terbuka, Misa dan Mark terkejut karena menemukan seorang anak perempuan kini menatapnya dengan tatapan menggemaskan. Misa tau betul ini siapa. Ini pasti anaknya Doyoung dan Aina. Wajahnya mirip sekali dengan Doyoung.

"Ung, thiapa?"

"Ayah kamu ada?" Tanya Misa membungkukkan badannya sambil tersenyum ke arah anak kecil itu. Anak itu mengangguk, sebelum berlari ke dalam dan mencari Ayahnya.

Mark dan Misa saling pandang. Mark selalu memberikan kekuatan padanya, baik lewat tindakan maupun tatapan. Mark selalu ada di samping Misa sejak dulu. Misa bahagia karena bisa berakhir dengan Mark.

Keduanya tidak perlu menunggu lama, seorang lelaki jangkung kini keluar dari kediamannya. Anak kecil tadi sudah berada di dalam gendongannya. Anak itu tidak akan pernah salah, Doyoung hanya membenci Ibunya saja.

"M-Misa?"

Misa tersenyum tulus, mengangguk sebelum membalas ucapan Doyoung, "halo, Mas Doyoung. Apa kabar?"

Doyoung sangat merindukan gadis di hadapannya. Eksistensinya sangat Doyoung harapkan dan sekarang si manis ada di hadapannya. Setelah empat tahun menghilang darinya.

"S-saya tidak pernah baik-baik saja." Ucapan Doyoung bikin Mark dan Misa saling pandang. Misa mengulum bibirnya sendiri, bingung mau membalas ucapan Doyoung dengan apa.

Mark mengangguk, tanda mengingatkan tujuan mereka berkunjung ke kediaman Anantha. Misa merogoh tas selempang yang ia gunakan, menyerahkan sebuah undangan pada Doyoung yang kini menatap undangan dan Misa secara bergantian.

"Ini apa?"

"Mas, aku sama Mark udah bareng sejak lama. Jadi sekarang aku mutusin buat nikah sama dia. Kamu dateng ya ke pernikahanku? Ajak Istri dan anakmu juga."

"Menikah..?"

Misa mengangguk, ia ambil tangan Doyoung kemudian menaruh undangan itu tepat di atas telapak tangannya, "aku sangat mengharapkan kehadiranmu."

"Misa.."

"Maaf ganggu kamu malam-malam ya, Mas." Misa membungkuk. Setelahnya menggenggam erat tangan kekasihnya, baru saja Misa dan Mark hendak pergi, suara Doyoung mengintrupsi keduanya.

"Misa.." panggil Doyoung. Bibirnya bergetar, matanya berair. Empat tahun bukanlah waktu yang sebentar. Empat tahun tidak cukup untuk membuat Doyoung melupakan perasaannya pada gadis itu. Gadis yang ia hancurkan hatinya.

"Saya selalu berharap untuk kebahagiaanmu."

Senyum Misa mengembang, gadis itu mengangguk, "terima kasih, Mas." Dan setelahnya berjalan meninggalkan pintu kediaman Anantha. Meninggalkan Doyoung di sana. Dengan hatinya yang hancur berkeping-keping.

Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang