Mark itu tipe suami yang sangat memprioritaskan istrinya di banding hal lainnya. Tidak peduli sepenting apapun hal lain yang menunggunya, kalau itu adalah Misa, sang istri akan tetap menjadi nomer satu.
Kayak sekarang Mark lagi fokus ngerjain tugas kantornya. Beberapa kali membaca laporan keuangan yang tadi diberikan Woojin untuknya, tidak ingin membuat kesalahan. Ini perusahaannya sekarang, tentu dia tidak boleh membuat kesalahan walaupun sekecil apapun, kan?
Atensi lelaki itu teralihkan ketika mendengar ponselnya berbunyi. Terpampang nama istrinya di layar. Senyuman Mark mengembang, segera ia angkat panggilan itu karena takut sang istri akan merajuk padanya. Sebenarnya Misa yang merajuk itu tidak seram, Misa yang merajuk malah membuatnya tampak luar biasa menggoda dan Mark harus mati-matian menahan dirinya untuk tidak 'bermain' dengannya karena Misa masih di trimester pertamanya. Di trimester kedua Mark pastikan Misa tidak akan lepas tanggung jawab memberikan jatahnya.
'Henlo, dadda?'
Lagi, senyuman Mark semakin mengembang. Mendengar suara istrinya selalu membuat dirinya bahagia. Dan tentang panggilan itu, Misa bilang kalau dia mendapatkan itu dari mimpinya. Mark tidak keberatan, itu terdengar luar biasa menggemaskan ketika Misa yang mengatakannya.
"Halo sayang. Kenapa nelfon hm?" Sekarang Mark lanjut liatin macbooknya, walaupun gitu dia tidak mulai mengetik, dia hanya tidak ingin pikirannya terpecah untuk istri dan pekerjaannya. Ingat, Misa nomer satu.
'Eum, kamu mau mam siang apa, sayang?'
"Kenapa? Mau bawain makan siang kesini?" Tanya Mark yang mendapat deheman super semangat dari seberang sana. Mark tau Misa sangat bahagia ketika Mark bisa menebak sesuatu di pikirannya.
'Iya, dadda. Aku pengen bawain kamu makan siang. Kamu mau makan apa siang ini, biar aku bisa siapin sekarang.'
"Baby, kalo aku bilang ngga usah gimana?"
Mark tau, Misa pasti mencebik sekarang. Si manis pasti akan merajuk padanya. Sekarang Mark harus lebih dulu menjelaskannya pada si manis, "no, bukannya aku ngga mau makan masakan kamu. Aku cuma ngga mau kamu kecapean sayang. Apalagi kamu ini masih trimester pertama, aku ngga mau bayi kita sampai kenapa-kenapa."
'Bayi kita ngga bakal kenapa-kenapa kalau aku cuma masak buat kamu, Markie. Lagian di sini ada Bunda, Ayah, Kak Jaerim sama Riko, aku ngga bakal kenapa-kenapa. Please, aku bosen banget pengen masak buat kamu.'
Mark tersenyum, ah ya, dia lupa kalau untuk beberapa bulan ke depan dia dan sang istri akan tinggal bersama di kediaman Learnadi. Dia tidak ingin Misa sampai sendirian di rumah mereka. Jadi Mark memutuskan untuk tinggal di sana supaya ada yang mengawasi si manis. Mark yang menginginkan ini dia juga yang lupa.
"Ngga main sama Riko, hm?"
'Tadi main, tapi Riko sekarang bubu. Terus.. terus.. aku kangen kamu. Pengen ndusel sama cium..' suara Misa memelas. Ya Tuhan, bagaimana seorang Mark Lianantha bisa menolak jika Misa Learnadinya, sang istri menggemaskan sudah memelas seperti ini?
"Fine, bawain aku makan siang ya. Masaknya yang gampang aja. Kamu makan di sini sama aku kan? Aku ngga mau kamu kerepotan. Aku mau makan ayam goreng aja. Terus buat kamu makan salmon panggang teflon aja. Pokoknya yang gampang kamu gak boleh kecapean. Oh iya, jangan lupa bawa susu ibu hamil kamu. Minumnya harus tepat waktu. Buat kesininya jangan naik mobil online, nanti biar aku yang jemㅡ"
'No! Markie ngga boleh gitu ih. Tetep di kantor aku nggapapa berangkat sendiri tau.' Mark membayangkan bagaimana istrinya mengembungkan pipinya di seberang sana. Lelaki itu terkekeh, istrinya ini sangat keras kepala. Tapi tetap saja Mark sangat mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora Box [✔]
Short Story╔════════╗ sᴇǫᴜᴇʟ, ᴅᴇᴀʀ ᴅʀᴇᴀᴍ ╚════════╝ ꜱᴜᴍʙᴇʀ ᴍᴀꜱᴀʟᴀʜ ɪᴛᴜ ʙᴇʀᴀꜱᴀʟ ᴅᴀʀɪ ᴋᴀᴍᴜ. Start : 21 Februari 2020. End : 14 Juni 2020. ʀᴇᴄɴᴊᴡɪɴ©