94 : Special Part #4

2.4K 253 97
                                    

Mark memandangi istrinya yang kini tengah menaruh earphone di kedua sisi perutnya, ingin bayinya mendengarkan lagu yang akhir-akhir ini di gemari oleh sang Bunda. Senyuman Mark tidak luntur sejak tadi. Ia mendekat kemudian naik ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya di samping Misa dan mengistirahatkan kepalanya di bahu sempit wanita itu.

"Dedek bayinya denger lagu juga?" Tangan Mark yang bebas mengusap perlahan perut buncit Misa, merasakan banyak pergerakan di sana.

Misa mengangguk cepat, memilih untuk merangkul Mark dengan satu tangan kemudian mengusak rambut suaminya yang berantakan, "biar dedek bayinya suka musik juga, kayak suamiku."

"Dedek bayinya pasti suka, dia pasti persis aku sama kamu." Mark tersenyum membayangkan anaknya akan lahir ke dunia sebentar lagi. Trimester kedua telah berakhir dan Misa telah memasuki trimester ketiga. Itu artinya sebentar lagi Mark akan benar-benar resmi menjadi seorang Ayah.

"Kira-kira bayinya cowok atau cewek ya, Mark? Terus dia mirip kamu atau mirip aku?" Misa mulai membayangkan bagaimana wajah anak mereka nanti. Siapa yang lebih mirip, dirinya atau Mark.

"Aku suka semua yang kamu beri ke aku. Mau cowok maupun cewek sama aja, sayang. Masalah mirip kamu atau aku, kayaknya dia bakal mirip kita berdua. Pasti ada aja baik fitur wajah atau perilakunya mirip sama masing-masing dari kita."

Misa tersenyum malu, memilih untuk memeluk suaminya dengan erat menyalurkan perasaan cintanya yang menggebu-gebu pada Mark, "aku cinta kamu, Mark!"

"Aku lebih cinta kamu, Misa."

"Oh iya, aku lupa bilang. Hari ini jadwal check-up kamu ke dokter. Ngga sekalian nanya jenis kelamin anak kita?" Lanjut Mark masih dalam posisi memeluk istrinya sayang.

"Eung.. mau."

"Auntie?"

Mark dan Misa melepaskan pelukan keduanya. Menatap ke arah pintu dan nemuin Riko berdiri di sana sambil tersenyum lebar. Kaki kecil Riko berlarian menuju kasur Misa, setelahnya berusaha untuk naik ke atas kasur itu walaupun sulit.

Riko mulai merengek waktu tubuhnya tidak juga berhasil naik ke atas kasur. Baru saja Mark mau membantunya, tubuh kecil Riko sudah terangkat dan berhasil menaiki kasur. Riko masuk di antara Mark dan Misa kemudian memeluk erat tangan Auntienya, ingin menghabiskan waktu bersama.

Mark dan Misa menatap Doyoung yang kini berdiri di depan ranjang mereka. Jadi tadi yang membantu Riko naik tentu saja Ayah Doyoung. Doyoung menatap Mark dan Misa dengan tatapan tidak enak, "maaf ya, harusnya saya tidak ijinkan Riko masuk ke sini."

"Gapapa, Mas. Riko kan biasa main-main di kamarku. Emang kenapa Mas? Kak Jaerim mana?" Tanya Misa sambil mengusak rambut Riko sayang. Matanya masih menatap Doyoung yang kini tersenyum tipis ke arahnya.

"Sedang siap-siap, kami mau pergi keluar sebentar. Riko di ajak ngga mau, tadinya mau ngasi Riko ke Ayah sama Bunda sebentar, tapi malah lari ke kamar kamu. Riko lagi nakal-nakalnya sekarang." Doyoung menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan tingkah anaknya.

" Doyoung menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan tingkah anaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pandora Box [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang