18

3.3K 379 45
                                    

"Rose?" panggil Jaehyun yang natap pemandangan disekitar balkon kamar sekali lagi sebelum kami beneran pulang ke Korea.

"Hmm?" sahut gue yang masih sibuk benahin barang-barang.

"Sini, gue mau ngomong bentar," ungkapnya sok misterius.

"Apa sih? Biasanya juga langsung ngomong," heran gue yang mengernyit bingung.

Tatapan teduh Jaehyun buat gue gak tenang. "Gue tuh menyadari sesuatu, dan gue kepikiran tentang itu."

"Apa memangnya?" bingung gue.

"Yang ngebuat gue nyaman emang cuma lo doang."

Gue terdiam, menatap ke atas supaya gak nangis detik itu juga. Alasan gue gak rela ngelepas Jaehyun itu karena dia baik pakai banget. Gue iri sama masa depan dia nanti, serius.

Jaehyun melingkarkan tangannya di punggung gue. "Bisa gak sih kita gak berantem lagi cuma gegara hal sepele? Gue mau hubungan kita itu mulus aja gitu. Kayak saudara yang melindungi saudaranya. Jadi gue harap gak ada kata cemburuan lagi. Well, gue tau lo sayang ke gue karena kita udah lama sama-sama. Tapi bisa gak anggap rasa sayang itu seperti rasa ingin melindungi? Gue gak mau nyakitin lo, makanya gue mati-matian gak mau pacarin lo. Dan, lo gak perlu khawatir karena meskipun gue milik orang lain nantinya, gue gak bakal ninggalin lo."

"Memangnya lo gak pernah suka ke gue meski cuma sedikit? Kita perjelas aja sekarang," sela gue penuh penekanan, menatapnya teduh

"Kalaupun ada, mungkin cuma di mimpi lo," balas Jaehyun yang mengedikkan bahunya sehingga gue nginjek kaki dia dengan raut wajah sebal.

"Jangan serius-serius amat lah, gue jadi takut," kekeh Jaehyun. Gue mendelik kesal ke arahnya.

"Emang sebenarnya gak ada kata sahabatan dalam hubungan cowok dan cewek, ujung-ujungnya nyesek."

"Gue gak bisa di tinggal sama orang yang udah 11 tahun bareng gue. Gue gak mau~," rengek Jaehyun.

Gue natap Jaehyun lekat-lekat.

"Kita sahabatan sampai akhir, oke?"

"Kalau gue bilang oke, udah pastikan lo gak bakal ninggalin gue?" lirih gue. Jaehyun tertawa kecil dan meluk gue gemes. "Iya sayang, iya," balasnya.

"Masalahnya pasti pacar lo ntar yang cemburuan," desis gue penuh sindiran.

"Kalau dia gak suka saka hubungan gue sama lo, yaudah putus," sela Jaehyun enteng sembari mengedikkan bahunya.

"Termasuk Naeun?"

"Hmmmm bisa jadi," kekeh Jaehyun.

"Belain terussss," cemberut gue.

"Tapi kalau misalnya Naeun sama lo jatuh ke jurang, orang yang pertama kali gue selamatin pasti lo."

"Gak usah ngomong lo tukang kibul," gerutu gue emosi.

Jaehyun tertawa kecil terus menempelkan keningnya ke kening gue. "Janjinya mana?" tagih Jaehyun. Gue mendengus kemudian menggesekkan hidung gue ke hidung Jaehyun. Di saat orang janjian pakai kelingking, kalau kami pakai hidung. Sejak dulu mah. Aneh? Tentu. Kami 'kan berbeda.

Tapi percayalah, sejak hari itu hubungan gue sama Jaehyun semakin baik dari sebelumnya. Kita tetap jalanin pernikahan ini, tapi pikiran kita udah mulai dewasa.

Gue mulai terbiasa nganggep Jaehyun itu kayak saudara, mungkin guenya yang keliru sampai mikir macam-macam kalau gue suka sama Jaehyun. Mungkin kemarin-kemarin itu gue yang terlalu baper, secara gue akui Jaehyun tumbuh menjadi remaja yang super tampan dan cool.

Nikah Muda [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang