45

2.9K 344 83
                                    

Jaehyun pov.

Gue buru-buru menyusul langkah Rose ke rumah keluarganya. Setibanya di sana, gue di sambut dengan tatapan bertanya-tanya milik mertua gue sehingga membuat gue merasa tidak enak hati.

"Jae, sebenarnya kalian kenapa sih?" tanya ibu Rose yang benar-benar terlihat begitu cemas.

"Maaf, Ma. Kami hanya mengalami kesalahpahaman dan aku janji akan mengurus hal ini secepatnya," ungkap gue. "Soalnya Rose tiba-tiba datang ke rumah sambil nangis sesenggukan, terus gak bilang apa-apa dan sekarang malah mengurung diri di kamar. Mama jadi khawatir," ungkap ibu Rose.

Setelah mendengar hal itu, gue segera menghampiri kamar Rose. "Sayang? Tolong dengerin penjelasan aku dulu," mohon gue dengan nada melemah, bahkan mata gue sukses berkaca-kaca. Gue benar-benar sedih harus mengalami pertengkaran ini.

Padahal gue menyembunyikan hal ini memang murni karena gak ingin kami jadi ribut mempermasalahkan status gue dan Jennie di masa lalu, apalagi Jennie sahabat Rose waktu itu dan sekarang hubungan mereka lagi gak bagus. Sebenarnya gue ingin memberitahu Rose sejak lama, tapi ketakutan selalu menghantui gue.

Gue beneran gak ada niatan buruk menyembunyikan hal ini, tapi gue gak tahu kalau hal yang gue lakuin justru memperumit keadaan.

"Maafin aku Rose," ujar gue tertahan dan masih betah mengetuk pintu kamar. Tidak lama setelahnya, gue tertegun saat melihat Rose yang baru saja membuka pintu. Gadis itu menatap gue dingin. Tatapan gue terpaku pada koper yang Rose bawa.

Selebihnya Rose tidak menghiraukan keberadaan gue dan mempercepat langkahnya untuk keluar rumah. Gue menahan tangannya, "Maksud kamu apa bawa-bawa koper kayak gini?" tanya gue baik-baik. Rose menepis kasar tangan gue kemudian melanjutkan langkahnya, "Gak usah sok peduli," ujarnya dingin.

Saat langkah Rose melewati ruang tamu, tentu pertengkaran diantara kami menjadi pusat perhatian. Bahkan sekarang ada kedua orang tua gue di rumah keluarga besar Rose.

"Rose, apa yang kamu lakukan?" tanya ayahnya sambil menggenggam erat-erat tangan Rose.

"Aku mau pergi yah, aku udah lelah," ungkap Rose lirih. Gue tertegun mendengar ucapannya dan semua orang yang berada di sini terlihat sangat terkejut.

Rose hanya diam saja saat melihat ayahnya menariknya untuk duduk di sofa, "Kendalikan diri kamu, Rose. Jangan turuti emosi kamu. Omongin masalah kamu baik-baik sama Jaehyun sekarang," tegur ayahnya.

"Gak ada yang perlu dijelasin kok, semuanya udah jelas," gumam Rose yang menatap ke segala arah dengan tatapan kosong.

"Setidaknya pikirin Jeno, tolong kalian jangan kayak gini," isak ibu gue yang mulai menangis. Melihat itu dan mendengar nama Jeno secara bersamaan, spontan membuat air mata gue semakin berjatuhan.

"Maaf, aku udah mikirin semuanya. Aku benar-benar gak bisa melanjutkan semua ini. Berat bagiku untuk bersikap baik-baik saja," lirih Rose sambil menatap semuanya dengan tatapan memohon.

"Aku mau pergi untuk menenangkan diri. Aku sadar, aku belum bisa jadi ibu yang baik. Tolong jaga Jeno dengan baik," mohon Rose yang benar-benar terlihat putus asa.

Gue yang kesal sontak menarik Rose untuk kembali ke dalam kamar kemudian mengunci pintunya. Gue lirik Jeno sudah terlelap.

"Kamu jangan asal ngambil keputusan kayak gini dong. Kamu gak kasihan sama Jeno, hah? Aku udah jelasin semuanya, kalau aku sama Jennie udah gak ada hubungan apa-apa lagi. Aku gak tahu kalau foto itu masih ada di buku aku, lagian itu buku yang aku pakai waktu aku sekolah di New Zealand. Aku gak ada bermaksud menyembunyikan apa-apa lagi, sayang. Tolong jangan kayak gini," ungkap gue getir. Gue menatapnya sendu.

Nikah Muda [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang