43

2.7K 354 68
                                    

"Kenapa belum siap-siap juga, sayang? Apa lebih baik kita gak usah pergi? Kalau kamu gak enak badan lebih baik kita gak usah pergi ke acara refreshing," ujar Jaehyun yang kini berdiri di hadapan gue sambil menatap gue lekat-lekat.

"Aku hanya memikirkan perkataan Jennie yang terdengar ambigu waktu itu, apa kamu tidak penasaran?" tanya gue sembari menatap Jaehyun serius. "Kalau gitu ceritanya, udah jelas 'kan dia suka sama kamu? Jangan-jangan dia putus sama Jongin karena ketahuan dia suka kamu?" ungkap gue histeris setelah membayangkan kemungkinan yang ada.

"Bodo amat sih, yang aku suka kamu kok. Gak usah ngungkit dia lagi deh, kesal dengarnya," decak Jaehyun sambil mengusap-usap kepala gue.

Fyi, gue gak jadi di keluarin dari sekolah karena kejadian terakhir kali yang terjadi di auditorium sudah menjelaskan semuanya. Sejak hari itu, gak ada murid-murid yang berani gosipin gue lagi. Ya.... Meski mereka memang gak bisa menerima keberadaan gue. Kalau berada di sekitaran murid-murid sekolah gue, rasanya gue seperti terasingkan.

Setidaknya bentar lagi kami lulus, jadi gue gak akan lama menghadapi hal ini. Yang penting gue bisa menerima ijazah dan itu bisa menjadi gerbang awal buat gue untuk mewujudkan mimpi gue jadi desain grafis meski gue masih bingung gimana nanti alurnya gue bisa mewujudkan mimpi gue itu.

"Sebenarnya aku malas pergi, tapi butuh hiburan saat ini," ungkap gue seraya menatap Jaehyun lekat-lekat dan mengeratkan genggaman tangan kami. Pria itu menghela nafasnya, "Ya udah, ayo pergi. Kamu gak perlu khawatir, meskipun nanti yang lainnya menyudutkan kamu, kamu hanya perlu ingat kalau kamu punya aku. Oke?" ujarnya sembari mengusap kepala gue penuh kasih sayang.

Perlahan senyuman gue terlihat, lalu gue memeluk Jaehyun erat-erat. Sedetik setelahnya gue memonyongkan bibir di hadapannya. Jaehyun tidak bergeming, dia malah sibuk menertawakan gue sehingga hal itu membuat gue kesal setengah mati dan mencubit lengannya kuat-kuat.

"Kok saat kamu hamil, justru tingkat kemesuman-nya bertambah ya?" goda Jaehyun sambil mencubit pipi gue gemas. Gue menggerutu pelan lalu mendelik kesal ke arahnya, "Kamu gak akan ngerti, ini tuh pengaruh hormon tahu nggak?!" omel gue.

"Tapi yang minta dicium 'kan kamu?" sahut Jaehyun dan sukses membuat gue mengerucutkan bibir, "Siapa bilang? Ini tuh kemauan baby," celetuk gue yang tentu saja mengelak, tapi kayaknya memang bawaan gitu sih soalnya semenjak hamil ini tingkat sayangnya gue ke Jaehyun bertambah besar. Hobi gue jadi manja-manjaan ke dia, terkadang gue malu sendiri mengingatnya.

"Oh, jadi anakku yang mau?"

"Hmm."

Jaehyun tampak bahagia setelahnya, pria itu tersenyum lebar kemudian sibuk mengusap-usap perut gue penuh kasih sayang. Duh, kalau aura appa-able dia udah keluar entah kenapa membuat gue melting seketika. Bahkan sekarang gue udah senyam-senyum kayak orang gila.

"Sayang, jangan nyusahin bunda kamu ya nanti. Kasihan bunda kalau kamu banyak tingkah. Buat bunda kamu bahagia, paham?" ungkap Jaehyun yang mengusap-usap perut gue dengan perasaan gemas kemudian mengecupnya sejenak sehingga membuat wajah gue merona.

"Kok jadi kamu yang melting?" kekeh Jaehyun sembari mengacak-acak rambut gue. "Kayaknya kamu terlahir jadi papa idaman deh," sela gue yang kini membuatnya tersenyum.

"Iya dong, lagian aku mikirnya jadi papa muda gak terlalu buruk. Apalagi kalau kamu bundanya," cengir Jaehyun sambil mengerling nakal ke arah gue. "Ishhh, gombal!" dengus gue.

"Ya udah, ayo sarapan dulu kalau memang jadi pergi," titah Jaehyun seraya menggenggam tangan gue untuk menuntun gue ke meja makan. Namun, dia kembali menoleh ke arah gue setelah gue menahan tangannya.

Nikah Muda [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang