Akses internet memang sangat pesat di salah satu sekolah ternama di Bandung. Tidak khayal banyak sekali orang yang berburu wifi gratis tanpa password. Luas sekolah sekitar 8 hektar dengan berbagai fasilitas. Ada kelas, kantin, toilet, lapangan utama, ruang guru, kopsis, lapangan futsal, ruang serbaguna, dan sebagainya. Nama sekolah itu adalah “SMA CISVIK”.
Lucu bukan nama sekolahnya? Atau aneh? Pasti sangat asing di telinga kalian.
Sekolah swasta yang banyak di minati oleh para siswa. Bisa di bilang sekolah ‘Favorit’ di Bandung. Posisi di kantin begitu ramai dengan suara teriakan di pojokan. Itu sudah biasa di dengar oleh makhluk tapi bukan makhluk halus:v
“BALIKIN HP GUE” sungguh menggelegar suaranya.
Bakso yang hendak di makan saja terjatuh saat mendengar teriakan super ekstra itu. Ada yang tengah memoles lispstik saja berantakan.
Tangannya berusaha mengambil ponsel sampai naik ke atas meja. Puluhan siswa tidak berhenti tertawa dan ada juga yang tertawanya sampai tersendak.
“REDO LO NONTON BOKEP?”
Semua orang terkejut melotot mendengar kata yang sangat membuat telinga malu. Kasian ukhti dan akhi yang tengah makan ternodai oleh perkataan dari mulut Sakri Elowly.
Redo dengan cepat meraih ponselnya lalu menaruhnya di saku celana sambil menatap Sakri yang bego. Ekpresi Sakri cengengesan sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
Berbeda dengan Nais, dia terdiam meratapi jusnya yang tumpah akibat Redo berdiri di meja tadi.“SIAPA JUGA YANG NONTON BOKEP?” suara lantang Redo menambah dosa para penghuni termasuk salah satu kiayi kelasnya yang selalu islami dan memakai peci ke sekolah. Dia hanya menggelengkan kepalanya dan menutupi telinga supaya tidak mendengar teriakan itu sampai mengucapkan istigfar puluhan kali.
“TADI DI HP LO APA?”
“INI FILM TAYO!”
“Udah kalian jangan pada ribut. Nasib gue ngenes banget yah liat jus gue tumpah” suara Nais membuat Redo memejamkan mata supaya tangannya tetap baik-baik saja menahan emosi tanpa berdosa.
“BIAR REDO YANG BELIIN LAGI” ucapan dari mulut Sakri membuat Redo terperanga kaget.
Pletak
“Ko gue? Duit gue abis” Redo menunjuk dirinya sendiri dengan ekspresi melongo.
“Kan gue kaya” ucap Sakri.
“KALO LO KAYA KENAPA GUE YANG BELIIN NAIS MINUMAN?” emosi Redo memuncak.
Kenapa kalian pada ngegas semua sih? Telinga author bisa conge nih:v
“Oh iya yah” Sakri mengangguk-ngangguk baru sadar “Yaudah sana Lo pesen lagi” Sakri menepak pundak Nais yang masih tetap melamun.
“Beneran?”
“Iya”
“IBU, NAIS PESEN TEH MANIS, JUS ALPUKAT, JUS MANGGA, ES PINGUIN, SAMA AIR PUTIH”
Pesanan Nais membuat Sakri terdiam dan susah menelan ludah juga. Sebanyak itukah pesanan Nais? Redo tertawa puas melihat ekspresi Sakri yang tengah menatap dompetnya yang menipis.
“Mampus Lo!” ejek Redo lantas berjalan keluar kantin dengan memasukan tangan kirinya ke saku celana dan tangan kanannya menganggat ponsel sambil melambai-lambai seoolah mengejek Sakri. Kini nasib keuangan Sakri sangat miris dan perut Nais sungguh beruntung.
Kalian mau mengenal ketiga upil semut itu?
Kenalin
Redo adalah anak dari Irpan dan Maya. Inget!! Ini bukan Redo yang jahat dalam cerita SATRIA. Anak tunggal yang akan mewarisi usaha Irpan. Redo memiliki sifat seperti Irpan, kocak, asal jeplak, dan tentunya tampan. Anak kelas 12 IPA 3 yang lumayan di gandrungi oleh para wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...