Hari senin merupakan hari yang sakral. Dimana semua siswa mengikuti upacara bendera.
Yuna bergegas berjalan menuju lapangan sambil membawa topi. Jalannya terhenti saat Kila menghadang di depan bersama dua temannya dengan wajah menantang.
"Serahin topi lo" Kila meminta Yuna untuk menyerahkan topi padanya karena topi Kila lupa di bawa.
Yuna menggelengkan kepalanya "Ini punya aku"
Kila maju ke depan, bukan ke belakang, kalau ke belakang itu namanya mundur:v
Tangannya di lipat ditaruh di dada dengan menampilkan mata tajam.
"Serahin nggak! Kalo nggak, gue bakalan ngadu sama Mamah" bisikan Kila membuat Yuna perlahan menyerahkan topi itu pada Kila.
Yuna tau resikonya akan seperti apa. Pasti dia di hukum di lapangan. Tapi, lebih berat di hukum oleh Revi. Jadi, Yuna memilih untuk mengalah dan menuruti apa yang dipertahankan oleh Kila.
Kila merampas kasar topi milik Yuna "Nah, gitu dong. Ayo ke lapangan guys" Kila pergi dengan melambaikan tangannya seolah mengejek Yuna.
Kedua temannya tersenyum miring dengan melambai-lambai topi. Imelia dan Wiesda, itu kedua teman mak lampir:v
Yuna perlahan berjalan karena upacara akan segera di mulai. Tanpa atribut yang lengkap, Yuna akan tetap mengikuti upacara walaupun ada konsekuensinya.
Yuna berdiri tepat di samping Redo dan teman-temannya karena sudah tidak ada tempat lagi.
"SELAMAT MENGIKUTI UPACARA BENDERA YANG PERTAMA DI SEKOLAH KAMI" Sakri merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum ke arah Yuna.
"Lo nggak bawa topi?" Tanya Redo sambil melihat siswa-siswi lainnya yang beratribut lengkap.
"Lupa di bawa" jawab Yuna dengan menatap wajah Redo.
"Kalo lo nggak bawa topi, bisa-bisa lo di hukum" kata Nais.
"Nggak pa-pa"
"Baru pertama kali ini ada yang bilang di hukum nggak pa-pa. Gilaaa meeen" Nais mengacungkan jempolnya.
Redo tersenyum sambil memikirkan sesuatu. Tiba-tiba, Redo membuka topinya lalu menyerahkannya pada Sakri.
Yuna yang melihat itu hanya bisa terdiam dengan hati bergetar.
Sakri menatap topi itu dengan aneh "Ko?"
"Pake topi gue" titah Redo.
"Kan Sakir udah pake. Gimana caranya Do?" Raut wajah Nais nampak bingung.
Lantas, Redo memakai topi itu ke Sakri dengan cara di timpa. Jadi, Sakri memakai dua topi sekaligus. Oke sip pemborosan:v
"Nah, bereskan?" Tanya Redo sambil tersenyum ke arah Yuna.
"Maksud kamu apa?" Tanya Yuna sambil menatap kanan kiri yang menatap mereka.
"Ya gue mau nemenin lo" jawab Redo enteng.
Nais dan Sakri terkejut, pasalnya Redo belum pernah di hukum dari kelas X.
"Gue juga ikutan deh" cela Nais sambil membuka topinya.
"Heh! Kalo kalian ikut-ikutan, gue coret dari Cowok ganteng tiga dimensi" ancam Redo.
"T..tapi kan Do-"
"Udah jangan khawatir. Cowok kayak gue nggak bakalan lecet kalo di hukum" Redo kembali membenarkan topi Nais.
Entah kenapa hati Yuna susah untuk di kendalikan. Tidak henti-hentinya Yuna bertanya pada hatinya sendiri, kenapa Redo melakukan hal seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...