12. DO.NA

3.1K 291 14
                                    


Suasana kelas sepi saat Pak Boy datang pas dengan Redo dan Yuna. Dengan cepat mereka menuju ke tempat duduknya.

"Selamat pagi"

"PAGI PAK"

Sakri mencolek tangan Redo "Woy, modus ya lo?" Bisik Redo dengan pelan agar Pak Boy tidak mendengar.

"PAK, BENDAHARA KITA BERISIK" Nais dengan tadosnya mengadu pada Pak Boy.

Redo tertawa melihat Sakri yang tersenyum ke Pak Boy dengan paksaan. Seluruh siswa pun ikutan tertawa. Ada yang tertawa malu dan ada juga yang tertawa rusuh. Dalam arti memukul-mukul meja.

Berbeda dengan Yuna, dia hanya terdiam tanpa terusik dengan tawa di kelasnya.

"Saya cuma memberitahu agar Redo tidak telat, Pak" elak Sakri dengan ekpresi seperti tahanan.

"BOHONG PAK, DIA NANYA MASALAH MODUS" teriakan Nais membuat keadaan kelas tambah kacau.

Redo sedikit melirik ke arah Yuna yang tengah tenang dengan buku-buku bacaannya. Di mejanya ada satu novel dengan judul "Happiness"

Pak Boy meletakkan beberapa bukunya di meja lalu melangkah sedikit ke depan.

Sakri menginjak kaki Nais agar tidak menambah masalah lagi.

"AWWW SAKIT! PAK, SAKIR SENGAJA INJEK KAKI SAYA" Nais mengeluh kesakitan akibat injakan keras Sakri.

Pletak

Sakri memukul tangan Nais di hadapan semuanya, mereka sepertinya hendak mengadakan turnamen tinju dadakan.

"Kena pasal bisa di penjara lo" kata Nais dengan ekpresi kesal.

"Kalian bisa nggak diam!" Pak Boy sudah murka dengan kelas ini. Bentakan keras berhasil membuat semuanya terdiam.

Yuna melihat ke arah Pak Boy yang berwajah garang. Macam macan, singa, bahkan seperti ekpresi nyamuk.

"Tidak bisa kah kalian semua diam? Bapak tuh capek sama kalian-kalian-kalian pada" lanjutnya dengan bolak-balik kanan kiri.

"Typo pak. Seharusnya kalian-kalian" celetuk Redo membenarkan.

"Oh, saya tadi bilangnya tiga kali?"

"IYA PAK"

"Oke maaf"

"DIMAAFIN KO PAK" para murid menyahut kompak kecuali Yuna. Yuna hanya terdiam.

Brak

Semua kaget saat Pak Boy menggebrak meja. Mata mereka melotot, memegang dada, seraya mengucapkan "ASTAGFIRULLAH HALADZIM KAGET DONG"

"Bapak udah ngajar kalian selama hampir 3 tahun. Tapi kenapa kalian tetap seperti ini? Capek bapak tuh. Hati bapak kesal, keuheul bapak ka kelas ieu (kesal ke kelas ini). You know?"

"YEEEEES"

Sakri dan Nais kembali bertarung dengan jari mereka yang saling mencubit satu sama lain. Pak Boy yang melihatnya langsung memijat pelipisnya. Merasa tidak tahan.

Redo melemparkan gulungan kertas kepada Nais dan Sakri agar mereka bisa diam. Sakri dan Nais melihat ke arah Pak Boy yang kini tengah menatap mereka.

Kedua upil itu tersenyum kaku sambil mengangkat tangan dan melambai-lambai kan "Maaf, Pak"

"Dimaafkan tapi dengan satu syarat"

"Apaan tuh?" Tanya Sakri.

"Follow akun ig bapak" Pak Boy mengeluarkan sepidol lalu menuliskan nama ig nya di papan tulis. Oke mon maaf pak, ini lagi apa ya? Lagi pemilu?

DO.NA [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang