40. DO.NA

2.3K 256 26
                                    


Sudah dua minggu berlalu Yuna memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Selama itu juga Yuna tidak pernah bersekolah.

Betapa khawatirnya perasaan Redo. Coba saja pada saat itu, Redo mengantarkan Yuna untuk pulang. Kejadian ini tidak akan pernah terjadi. Pada saat kejadian dimana Kila menelpon Yuna, Yuna memilih untuk jalan sendiri. Dengan beralasan merepotkan jika di antar. 

Setelah 2 hari itulah, awal kecurigaan Redo muncul. Nomor penselnya tidak aktif. Redo langsung memutuskan untuk datang ke rumah Yuna dan tidak di sangka Yuna ternyara masih ada. Bahkan, Yuna mempersilahkan Redo untuk masuk dan sedikit berbincang-bincang.

Keberadaan Kila dan Revi pun tidak nampak. Pada saat Redo bertanya, Yuna malah mengalihkan pembicaraan. Bahkan, Redo berniat untuk menjenguk Revi tetapi Yuna melarangnya karena Revi butuh istirahat total.

Sekarang, Redo tidak bisa menemui Yuna. Redo yakin ini semua ulah Kila. Rencana Kila yang keji. Bahkan belum terpikirkan oleh Redo sebelumnya. Selama Yuna tidak terlihat, sosok Kila pun tidak terlihat juga.

Sampai saat ini, rumahnya nampak sepi seperti tidak berpenghuni. Nomor Yuna pun tidak bisa di hubungi sama sekali.

Hari Rabu ini penuh dengan misteri, lagi-lagi Yuna tidak masuk sekolah. Kemana lagi Redo harus mencari.

Redo duduk sendirian di kursinya, nanar menatap bayangan Yuna disana. Redo menundukkan kepalanya berusaha untuk kuat.

"Kamu kemana sih, Na?"

Sakri, Dita, dan Nais datang dengan raut wajah sedih. Selama tidak ada Yuna, Redo pun terlihat murung. Seperti hidupnya tidak bermakna.

Duduk di depan Redo dalam keheningan.

"Do, gimana kabarnya Yuna?" Tanya Dita.

Redo hanya menggelengkan kepalanya.

"Kemana lagi yah kita nyari dia? Gimana kalo kita tanya si Wiesda sama Imel. Mungkin, mereka selama ini tau Kila pergi kemana" usul Nais yang cemerlang.

Pletak

"Tumben lo pinter?" Tanya Sakri.

"Ya maklum, hari-hari gue berwarna saat ada Salma"

"Bucin lo"

"Ya bodo amat"

"Emang mereka tahu yah keberadaan Yuna?" Tanya Dita.

"Ya semoga aja. Mereka itu kan personilnya Mak Lampir" jawab Nais.

"Nggak sekalian aja kita ajak bebep gue si Salma buat nyari Yuna? Dia kan laki banget. Buat mereka takut" Nais mulai sering menyebut-nyebut nama pujaan hatinya itu.

Walaupun belum menjalin hubungan, setidaknya Nais bisa merasakan rasa cinta dan sayang. Setiap pulang sekolah, mereka selalu pulang bersama naik bis. Di samping Salma yang terlihat tomboi, ternyata Salma adalah perempuan yang sangat lembut kepada anak kecil. Dan Nais merasa cocok dengannya, dengan dalih Salma bisa mengurus anaknya nanti. Eh, Salma calon istri atau calon baby sitter ya?

"Iya bener. Salma kan jago tuh" ucap Sakri sambil menepuk-nepuk dadanya sendiri.

"Jago apa?"

"Jago membuat hati Nais luluh"

"Wawidaw"

"Emangnya Salma mau bantuin kita buat nyari Yuna?" Dita membenarkan tasnya.

"Pasti mau lah. Slowww, gue yang ngajak dia" jawab Nais.

"Kita ke kelas mereka istirahat nanti" kata Redo sebagai kata penutup.

----

Tibalah mereka di kelas Imel dan Wiesda. Lumayan ramai karena lebih banyak orang yang tengah baca buku. Anak IPA emang gitu ya?

DO.NA [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang