BRAK
Betapa terkejutnya mereka saat ada yang mendobrak pintu. Sampai membuat Yuna terbangun dari tidurnya dan terkejut saat melihat laki-laki yang hendak menyentuhnya.
Redo menatap punggung kedua orang itu yang hendak berbuat macam-macam. Redo sudah tahu gelagat mereka saat mengendap masuk. Redo bisa melihatnya lewat ponsel saat Redo mencoba melihat wajahnya sendiri. Ada yang berani masuk ke ruangan dengan tingkah yang mencurigakan.
Redo mengepalkan tangannya menatap sengit orang yang hendak mencelakai Yuna. Redo berjalan dan menarik paksa tangan laki-laki itu.
Redo terkejut saat melihat wajah laki-laki itu, dengan memejamkan mata berusaha menahan emosi.
"Ayah" terlihat ekspresi wajah Redo yang menyembunyikan kekesalannya.
Yuna bangun dan langsung memposisikan badannya untuk duduk. Mereka sudah membuat Redo kesal bukan main karena mereka mengendap-endap seperti orang jahat.
Redo melihat Maya dan Irpan tengah tersenyum kaku serta membentuk jarinya seperti huruf V.
"Kalian udah buat Redo emosi" kata Redo.
"Ya maafin Bunda sama Ayah, Do" kata Maya sambil membuka jaket kulitnya. Maya duduk di samping Yuna dan Irpan lirik kanan kiri untuk terhindar dari amukan Redo.
"Kalian udah kayak penjahat tau, Redo takut ada orang yang jahatin Yuna lagi. Ngapain juga pake jaket kulit kayak gini. Penampilan udah kayak preman. Untung Redo belum bogem Ayah" ucap Redo panjang lebar.
"Abisnya kamu ngelarang kita buat nengok Yuna, si calon mantu. Kita kan pengen liat kondisinya. Iya kan, Bun?"
"Iya, Do. Kamu nggak tau gimana khawatir nya kita. Semua ini rencananya Ayah. Nyuruh pake pakaian kayak gini" jawab Maya membuat Yuna tertawa.
Redo langsung melihat Irpan dengan tatapan tajam lalu memijat dahinya karena telah di buat pusing oleh kedua orangtuanya sendiri.
"Kamu mau kemana tadi?" Tanya Irpan.
"Mau keluar beli kopi" jawab Redo.
"Ayah ikut"
"Hm, buka dulu jaket kulitnya itu. Nanti di sangka penjahat, gelang besi nya tuh copot juga" titah Redo yang langsung di turuti oleh Irpan.
"Bun, jaga Yuna dulu yah"
"Iya, Do"
Redo dan Irpan keluar untuk membeli kopi. Kini, Redo merasa tenang karena sudah ada yang menjaga Yuna.
"Maafin kita yah. Kita udah ganggu kamu yang lagi istirahat" Maya mengusap rambut Yuna lembut.
Yuna menggelengkan kepalanya "Nggak ko, Mah. Malahan Yuna seneng kalian bisa kesini"
"Mamah bawa sesuatu lho buat kamu" bisik Maya.
"Apa?"
Maya merogoh saku celananya dan memberikan permen "TARAAA, permen! Mama sengaja bawa permen dari rumah. Mama juga bawa cokelat. Kamu mau?"
Yuna mengangguk cepat merasa senang karena bisa menikmati coklat dan permen.
"Nanti yah, Mama ambil dulu di tas"
Akhirnya mereka makan coklat tanpa sepengetahuan Redo dan Irpan. Mereka saling menyuapi coklat yang lezat sambil tertawa membahas kejadian lucu saat Maya dan Irpan berjalan menuju ruangan ini.
Irpan dan Redo tengah minum kopi di kantin rumah sakit.
"Do, kenapa Yuna bisa sampe kayak gitu?" Tanya Irpan setelah menyeruput kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...