Redo sangat marah, dirinya pergi ke rumah Kila. Redo tidak tahan dengan kelakuan mereka yang bebas. Redo menggedor pintu agar Kila dan Revi membuka pintunya.Raut wajah Redo sudah tidak bisa di deskripsikan dengan kata-kata. Bisa kalian bayangkan sendiri betapa marahnya Redo saat ini.
"KELUAR! KALIAN HARUS TANGGUNG JAWAB"
Brak brak brak
Tidak segan-segan Redo mendobrak pintu rumah.
"KELUAR KALIAN! SAYA AKAN LAPORKAN KALIAN ATAS TINDAKAN KRIMINAL" suara Redo menggema di istana Revi.
Gelap. Hanya secercah cahaya menerangi seluruh penjuru rumah. Seperti tidak ada penghuni. Redo membanting pas bunga.
"BANGSAAAAT! KELUAR KALIAN ATAU SAYA SEWA PEMBUNUH UNTUK BALAS DENDAM"
Kelakuan Redo sudah seperti orang tengah kesurupan yang sedang di rukyah. Teriak-teriak sambil memecahkan apapun yang ada di hadapannya.
"AAARRRKKH!" Redo meremas rambutnya sendiri melampiaskan kemarahannya.
Nais dan Sakri datang dengan ekspresi terkejut. Tingkah laku Redo membuat mereka tidak percaya. Sampai-sampai Nais menyamakan suhu badan Redo dengan pantatnya.
"Masih aman" kata Nais tanpa dosa.
Redo memberikan tatapan tajam kepada Nais. Nais langsung memeluk Sakri merasa takut.
"Woy! Homo anjir! Lepas!" Sakri langsung menepisnya.
"Do, sadar. Kita harus menyelesaikan masalah dengan kepala dingin" lanjutnya.
"Emang kepala bisa panas?" Tanya Nais.
Langsung saja Sakri menyumpal mulut Nais dengan ponselnya sendiri. Tidak apa-apa, tinggal jaga lilin nanti malam untuk mendapatkan ponsel baru. Eh maksudnya, minta duit sama Mamski.
"Diem lo nying-nying!" Umpat Sakri.
Nais langsung diam.
"Gue harus ungkap siapa pelakunya" Redo geram dengan situasi ini.
"Mereka nggak ada di rumah ini. Menurut warga sekitar, rumah ini nggak ada orang. Mungkin bukan Kila pelakunya" ucap Sakri.
Redo berjalan ke depan dengan berdecak pinggang "Harus ada bukti kalau Kila dan Revi bukan pelakunya"
Sakri menyeret Nais dengan cara menarik kerah baju nya seperti membawa tikus:v
"Apa lo nggak curiga sama Kusuma? Bisa jadi dia dan Kila bahkan sama temen-temenya merencanakan semua ini. Mungkin mereka bilang nggak tahu supaya mereka lolos gitu aja" ucapan Sakri ada benarnya juga.
"Tapi gue yakin, bukan Wiesda sama Imel pelakunya. Mereka jelas-jelas takut dan bilang nggak tau dengan ekspresi jujur" sela Nais.
Redo terdengar menghembuskan nafas beratnya saat teka-teki ini sulit di pecahkan.
"Apa kita lapor aja ke polisi?" Tanya Sakri.
Redo langsung menggeleng cepat "Nggak, gue nggak akan lapor ke polisi sebelum tahu siapa pelakunya. Gue sendiri yang akan cari tahu dalang di balik penusukan sekaligus penyekapan Yuna"
"Apa Yuna tahu pelakunya siapa? Mungkin saat Yuna sadar nanti dia bakalan kasih tahu"
"Dia nggak bakalan tahu karena dia nggak pake kacamata dan alat bantu penglihatan lainnya"
"Mungkin Yuna bisa tahu dengan suara pelaku" kata Nais.
"Tapi itu butuh waktu yang lama. Gue takut pelaku itu kabur kalau nunggu Yuna sadar dari komanya" jawab Redo.

KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Fiksi RemajaCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...