Suara deburan ombak terdengar membuat telinga menjadi rileks. Tenang, nyaman, dan tentunya sangat indah. Pemandangan hamparan pasirnya yang luas dan lembut seperti tepung terigu.Akhirnya, perjalanan sekitar 7 jam yang mereka tempuh terbayarkan oleh pemandangan pantai Ciantir yang terletak di Desa Sawarna, Bayah, Banten.
Mereka tidak henti-hentinya mengedarkan pandangan menyapu ke seluruh penjuru pantai. Memukau.
Liburan yang menyenangkan bagi mereka apalagi liburan gratis. Sakri menatap pantai seraya menggenggam tangan Dita.
Nais menautkan kedua alisnya melihat kelengketan mereka yang membawa pasangannya masing-masing.
"Bentar lagi gue nemu cewe nih di sini" gerutu Nais.
"Na, bagus banget pemandangannya"
"Iya" terlihat sangat berbeda penampilan Yuna. Dirinya memakai dress cantik selutut dengan di ikat asal rambutnya.
Cuaca sore hari menyejukkan mata karena tidak panas. Maya dan Irpan tengah memotret keindahan bumi. Irpan sudah seperti photographer yang handal. Maya bak seperti model dengan berbagai gaya melihat ke arah kamera.
Dita dan Sakri tengah bermain dengan pasir membuat sebuah istana. Sakri terlihat jahil karena membuat wajah Dita terkena pasir. Dita membalasnya dengan gumpalan pasir yang telah dia siapkan lalu.
Bugh
Pasir itu terkena badan Sakri. Sakri tidak terima dengan ulah Dita. Akibatnya, Dita berlari menjauh dari Sakri.
Yuna yang melihat kebahagiaan Dita hanya tersenyum kecil.
Nais menuliskan sesuatu di pasir berharap ada perempuan yang mengisi relung hatinya. Sungguh malang nasib mu!!
Redo meraih tangan Yuna lalu menariknya untuk menelusuri keindahan pantai. Redo ingin berduaan saja bersama Yuna, berharap tidak ada yang mengganggunya.
Redo dan Yuna duduk di tepi pantai sambil memainkan pasir. Redo mengarahkan kepala Yuna agar bersandar di pundaknya.
Yuna merasakan kedamaian saat berada di samping Redo. Entah kenapa sikap Yuna seperti ini. Berubah, sangat berubah. Kecantikannya dan keanggunannya terpancar.
"Na"
"Hm?"
"Kalo kita lulus sekolah, kita ngapain?"
Yuna mendongkakan kepalanya menghadap Redo karena tidak tahu maksudnya. Setelah Yuna berpikir akhirnya Yuna tahu harus menjawab apa.
"Aku kerja" jawab Yuna pelan.
"Nggak akan kuliah?"
Yuna menyeringai "Gimana aku mau kuliah, aku aja numpang di rumah kamu"
"Aku bayarin"
KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
JugendliteraturCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...