Redo dan pengganggu itu berhasil mengantarkan Yuna ke rumahnya. Yuna melambaikan tangannya dan Redo pun mengangguk lalu melajukan mobilnya untuk pergi.Yuna melihat jam di ponsel sudah menunjukkan pukul 4 sore. Artinya, kedua singa akan segera datang.
Satu jam ini akan Yuna manfaatkan untuk beres-beres rumah. Dengan cepat Yuna masuk lewat jendela dan mengganti pakaiannya.
Kue tadi sengaja Maya bungkus untuk Yuna dan Yuna taruh kue itu di meja belajarnya.
Pertama-tama saya ucapkan, eh pertama-tama Yuna menyapu dan ngepel lantai. Yuna mengerjakannya dengan wajah bahagia entah karena apa. Yuna tidak pernah merasakan kebahagiaan ini sebelumnya. Ya Tuhan, tolong berikan kebahagiaan selalu kepada sang putri Yuna.
Flashback on
Yuna dan Redo tengah duduk santai di sofa sambil melihat Nais yang tengah mengejar Sakri karena ingin mengambil kue bolu terakhir yang di jamin kelezatannya yang tersisa satu di piring.
Seketika kondisi menjadi pecah tatkala Sakri terjatuh dan di susul oleh Nais. Kue bolu nya pun berhasil di dapatkan oleh Irpan karena ketelatenan tangannya. Irpan langsung melahapnya tanpa dosa dengan mengabaikan perjuangan bayi jangkrik itu.
"Enak banget ya ampun" Irpan menjilati jari bekas kue itu.
"Bolu gue" wajah Nais sedih saat melihat bolu kenikmatannya sudah di lahap semua oleh Irpan.
"Harusnya aku yang makan bolu. Makan bolu yang lezat itu. Harusnya yang kau makan bukan ituuuuuuu" Sakri sungguh kecewa dan sedih saat titik kenikmatannya sudah tiada dengan mengubah lirik lagu.
Yuna dan Redo tertawa puas melihat mereka yang kecewa. Maya menggelengkan kepalanya melihat tingkah mereka yang abstrak.
"Sakir sama Nais ngapain berenang di lantai?" Tanya Irpan terkejut.
"Kita bukan renang, Om" jawab Sakri berusaha bangun.
"Terus?"
"KUEEEEEEE BOLUUUU HIKS HIKS"
"Kue nya terlanjur di makan. Udah abis juga di mulut" Irpan berjalan melewati mereka yang tengah menganga lebar.
"KUEEEEEEE" Nais dan Sakri berteriak histeris, cukup lebay, bahkan lebay nya akut!
"Kamu ajak main Yuna aja, Do. Disini udah terkontaminasi oleh bakteri" kata Maya.
"Ayo Na, daripada kita liatin mereka. Mendingan ikut gue yuk" ajak Redo yang di angguki oleh Yuna.
Kini, Yuna dan Redo tengah duduk di pinggir kolam renang dengan tangan yang memainkan air. Disini mereka bisa tenang. Jauh dari kebisingan mulut bayi jangkrik.
"Na"
"Hm?"
"Gue mau curhat tentang sesuatu sama lo. Boleh?"
Yuna menoleh ke arah Redo lalu tersenyum "Boleh"
"Ini masalah asmara"
Yuna melebarkan telinganya untuk mendengarkan cerita Redo.
"Dulu, waktu kelas 1 SMP. Nyokap bokap gue main ke rumah temen lamanya. Saat gue main disana. Gue ketemu sama perempuan cantik banget. Cantiknya melebihi kecantikan Raisa bahkan artis korea" Redo menunduk lalu tersenyum sambil membayangkan moment itu.
"Dia pake gaun pink, rambutnya di tata dengan sangat rapi. Dia pake sepatu kayak Cinderella gitu. Tangan mungilnya bawa balon warna merah. Mukanya, nggak keliatan soalnya terlalu banyak cahaya cantik dimuka dia"
KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...