53. DO.NA

1.8K 234 22
                                    


Pagi
Pukul 6:00

Yuna berjalan menuju pantai, menggunakan baju tidur Doraemon dengan sandal jepit yang dia pakai. Yuna menyilangkan tangannya di dada menatap kosong ke arah matahari yang mulai terbit. Sesekali Yuna menghela nafas berat. Sebenarnya Yuna rindu dengan kedua orangtuanya yang sudah tenang di sisi-Nya.

Yuna sedih karena mereka tidak bisa melihatnya kembali tersenyum.

"Pa, Ma, Yuna udah bahagia. Laki-laki yang Yuna dambakan selama ini udah ada di kehidupan Yuna. Namanya Redo. Dia laki-laki yang tampan, sama kayak Papa. Dia baik, lucu, sama kayak Mama" Yuna menunduk sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes.

Tiba-tiba ada tangan yang memegang pundaknya. Yuna menoleh, Redo tersenyum.

"Kenapa nangis?" Tanya Redo.

Mereka saling berhadapan, Redo meraih tangan Yuna lalu di genggamnya. Yuna menatap mata Redo dengan tatapan sendu. Seolah ingin di peluk dan di usap rambutnya.

"Kenapa? Ada orang jahat lagi yang buat kamu nangis kayak gini?"

Yuna menggeleng pelan lalu menatap ke arah pantai.

"Do, seandainya kedua orang tua aku ada disini. Kamu mau ngomong apa?"

Redo seketika tertegun mendengar pertanyaan Yuna. Lalu Yuna tersenyum berusaha menutupi kesedihannya.

"Seandainya mereka tahu kalau aku punya laki-laki yang bisa buat aku bahagia, pasti mereka bahagia. Dari kecil, aku punya keinginan. Di hari bahagia aku nanti, mereka bakal ada dan kasih restunya"

Redo mengelus rambut Yuna dengan lembut.

"Kalau orangtua kamu ada disini, aku bakalan berterimakasih karena mereka udah melahirkan anak perempuan yang kuat, tegar, baik, dan cantik seperti kamu. Terus aku bilang 'Saya akan menjaga Yuna dengan baik, membimbingnya, dan selalu membuatnya tersenyum' hanya itu" lalu Redo menyelipkan anak rambut Yuna ke belakang telinga.

Yuna membendung air matanya. Saat ini, Yuna tidak bisa berkata-kata lagi.

"Na, waktu kecil aku pernah nanya ke bulan. 'Bulan, apa aku bisa melihat matahari bersamaan dengan mu? Apa matahari bisa menangis?' ternyata bulan dan matahari tidak akan pernah bertemu. Mereka saling bertentangan. Tapi, saat aku bertanya kepada cahaya lampu 'Cahaya, apa yang membuatmu bisa bersinar terang? Jika padam, apa ada yang membuatmu kembali menyala?'. Na, kamu itu seperti lampu dan aku seperti listrik. Lampu tidak akan pernah bisa menyala jika tidak ada listrik, begitu pun listrik, dia tidak akan berguna jika tidak membuat lampu menyala. Aku akan selalu membuat kamu bersinar terang, jika putus, aku akan membuatmu kembali bersinar"

Bahu Yuna bergetar, air matanya jatuh, lalu Yuna akhirnya menangis. Redo langsung menarik tubuh Yuna untuk dia peluk. Yuna menumpahkan segala kesedihannya di pelukan Redo.

"Hiks hiks. Impian orangtua aku akhirnya tercapai. Makasih atas semuanya, Do" Yuna mengeratkan pelukannya.

Redo mengelus rambut Yuna sesekali mencium puncak rambutnya.

Saya janji, saya tidak akan membuat Yuna kembali merasa tersiksa. Saya akan mengabulkan semua keinginan yang belum kalian lihat dan dapatkan. Yuna akan bahagia dengan saya. Terimakasih sudah melahirkan Yuna ke dunia.

Di balik pepohonan sana, Nais dan Ervian terharu melihat keromantisan Redo dan Yuna. Sampai-sampai membuat Nais meneteskan air mata lalu baju Ervian yang menjadi lap-nya.

"Kisah mereka patut dijadikan film. Tolong dong, Pak Produser, buat kisah mereka menjadi bahan inspirasi dan tontonan yang menghibur pemirsa" ucap Nais yang mewakili author. Eh.

DO.NA [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang