"AW SAKIT MAH" rambutnya di jambak kencang oleh wanita paruh baya dengan pakaian modis.Jeritan kesakitan itu selalu menerpa rumahnya. Perih dan sakit dikala meminta berhenti tapi malah tambah kencang. Bibirnya bergetar hebat sambil memejamkan matanya menahan rasa sakit.
"Mah sakit hiks hiks" Yuna berusaha melepaskan tangan Reviona.
Revi memang bukan Ibu kandung Yuna, dia adalah Ibu tiri yang semenjak Papah kandung Yuna meninggal dunia, Revi selalu menyiksanya bersama anaknya.
"M..mah tolong lepas. Sakit Mah" buliran air mata membasahi pipi Yuna. Siksaan ini sungguh berat selama 3 bulan.
"Jangan panggil saya Mamah. Saya bukan Mamah kamu!" Revi mendorong tubuh Yuna ke tembok lantas tertawa bersama anak kandungnya.
"Makanya jadi cewe jangan kegatelan" kata Kila sambil tersenyum sadis.
Yuna menangis sambil menutup wajahnya supaya Revi tidak menamparnya.
"Kamu nggak usah dekat-dekat dengan cowo. Orang cupu kayak kamu nggak pantas dengan laki-laki kaya dan tampan!" Revi kembali menjambak rambut Yuna.
Yuna sampai mendongakkan kepala dengan mata terpejam.
"Dengerin saya. Kamu saya pindahkan ke sekolah itu supaya kamu nggak ada temen!"
Plak
Tamparan keras membuat pipi Yuna memerah dan sakit amat luar biasa. Bekas tangan Revi terukir jelas di pipi Yuna. Kila tersenyum licik dengan melipat tangannya di bawah dada.
"Ampun Mah, ampun" telapak tangan Yuna di satukan meminta ampun agar Revi tidak menyiksanya lagi.
Baju Yuna lusuh, rambutnya berantakan dengan rasa perih mendalam. Kila dan Revi tidak suka dengan Yuna. Dengan segala siksaan mereka lalukan kepada Yuna.
Yuna tidak pernah mengadu pada siapapun, biar dia merasakannya sendiri tanpa membuat orang lain khawatir.
Yuna selalu memakai pakaian bekas dengan model yang norak. Berbeda dengan Revi dan Kila, mereka selalu memakai pakaian yang glamor dengan menghabiskan harta warisan.
Rumahnya besar, mewah, seperti istana. Tapi, hanya di huni oleh tiga orang saja. Tidak ada pembantu bahkan tidak ada tukang kebun. Semuanya Yuna yang kerjakan. Bahkan, sarapan saja Yuna yang buat dengan berbagai macam permintaan dari Kila.
Memang benar, pada saat Yuna tengah berada di kantin tadi. Kila selalu mengawasinya. Apalagi, saat Redo dan kawan-kawannya duduk berdekatan dengan Yuna. Kila langsung menatap tajam seolah memberikan penekanan agar Yuna pergi. Makanya, Yuna selalu menunduk takut melihat tindasan Kila.
Yuna menangis sesenggukan sambil meraba pipi bekas tamparan Revi. Kila menghampiri Yuna lalu memegang pipi Yuna.
"Denger yah. Lo jangan deketin Redo. Inget!" Lantas Kila kembali menampar pipi Yuna yang tadi bekas tamparan Revi.
Plak
"AAAW" jeritan Yuna sungguh menggelegar di rumah besar itu. Bisa kalian rasakan bagaimana sakitnya. Apalagi di siksa setiap hari.
"Ayo Mah. Kita shopping" Kila menggandeng tangan Revi melenggang pergi meninggalkan Yuna yang tengah kesakitan.
"JANGAN LUPA BERSIHIN KAMAR GUE!" Teriak Kila lalu tertawa puas melihat penderitaan Yuna.
Yuna lantas menangis dengan bibir gemetar lalu teringat dengan Papahnya.
"Sakit hiks hiks" Yuna berusaha berdiri untuk membereskan kamar Kila agar tidak kembali marah dan menyiksanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...