Malam minggu memang asik untuk nongkrong di cafe bagi beberapa kalangan. Berbeda dengan Redo, biasanya Redo dan kedua bayi jangkrik itu selalu main. Tapi, untuk malam ini rasanya kedamaian menerpa Redo karena terbebas dari virus rariweuh mereka.
Redo yang memakai celana pendek hitam dan kaos hitam pula berjalan gontai menuju ruang keluarga untuk sekedar menonton tv. Di kamar sangat membosankan. Selalu bertemu dengan bantal, guling, selimut, dan kasur. Tidak bertemu.. ah lupakan.
Redo duduk di tengah, memisahkan Irpan dan Maya yang tengah nyaman. Irpan dan Maya saling melempar tatapan merasa kesal karena sudah terpisah.
"Udah tua, jangan romantis mulu" sindir Redo.
"Segini umur Ayah 21 tahun juga" ucap Irpan.
"Bunda juga baru umur 19 tahun"
"Yah, pindahin tv nya" titah Redo sambil memeluk gemas Maya. Manja!
"Nggak mau" sahut Irpan sambil berjalan.
"Kenapa?" Redo membenarkan posisi duduknya dengan menoleh ke arah Irpan.
"Ya berat lah. Masa ayah harus pindahin tv" tandas Irpan membuat Redo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Maksud Redo, pindahin channel TV nya"
"Kamu sih, Ayah kamu kan becandanya kubik" bisik Maya.
Redo tertawa kecil saat mendengar bisikan dari Maya. Tidak ada Nais dan Sakri, Irpan pun bisa melontarkan kata-kata perunggu nya.
Redo menyusul Irpan "Ayah sebenarnya ngelawak dari umur berapa sih?"
Irpan berdiri lalu berbalik pada Redo "Dari proses pembuatannya juga Ayah udah bisa ngelawak"
"Hebat dong yah" puji Redo berhasil membuat Irpan sombong dengan bersiul.
"Mulai sombong" sindir Maya.
Irpan pun kembali ke habitat asalnya yaitu sofa sambil merangkul pundak Maya.
Redo merasa jomblo dan kikuk melihat orangtuanya menunjukan keromantisannya. Alhasil, Redo hanya bisa menonton TV dengan memakan kripik pisang.
"Do" panggil Irpan.
"Apa?" Redo masih fokus dengan tontonan nya.
"Kapan nikah?"
Sontak saja membuat Redo menoleh cepat pada Irpan. Kata 'nikah' membuat pankreas Redo bergetar.
"Nikah?"
"M-maksudnya kapan pacar kamu kesini lagi, Do?" Maya berusaha membenarkan pertanyaan Irpan yang ngaur. Belum tamat SMA udah bahas nikah. Bahaya.
"Pacar yang mana?" Tanya Redo.
"Kamu punya pacar berapa emang? Pake nanya pacar yang mana segala"
"Ya maunya berapa?"
Plak
Irpan memukul bahu Redo pelan "Yang bener kamu, Do. Besok ajak Yuna kesini"
"Hah? Yuna? Mau ngapain?"
"Ya main lah sama calon mertua. Pacar kamu suka masak nggak?" Tanya Maya antusias.
"Bisa deh kayaknya" Redo menjawabnya dengan hati-hati karena takut salah menjawab.
"Gimana sih kamu! Pacar sendiri aja kurang tau kebiasaannya" ejek Irpan pada Redo.
"Ya Redo kan bukan orangtua Una, Yah. Pacaran juga nggak"
"APA!" Maya dan Irpan berucap demikian.
Redo menutup telinganya karena berada di tengah-tengah menjadi santapan teriakan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...