20. DO.NA

2.7K 279 21
                                        


Mereka menunggu Yuna sampai lima menit lagi masuk kelas. Dita sedari tadi tengok kanan kiri tidak ada tanda-tanda Yuna muncul. Apalagi hujan deras mengguyur membuat semua murid malas pergi kemana-mana.

"Yui kemana sih? Ko belum dateng juga"

"Iya, sampe makanan gue abis gak tersisa" kata Nais.

"Gue juga, abisnya sama si Nais" sindir Sakri memainkan garpu dan sendok.

"Bentar lagi masuk" Dita melihat jam yang melingkar di tangannya.

"Ayo gue anter" ucapan Nais membuat Sakri sedikit marah. Sakri memukul lengan Nais sedikit kencang. Ehm kenapa mas Sakri? Cembokur yah? Ahahaha

Dita yang melihat respond dari Sakri hanya tersenyum, Dita ingin sekali mencubit ginjal Sakri karena sudah membuat jantungnya dag-dig-dug serrr.

Redo memutar bola matanya merasa malas dengan tingkah receh mereka. Redo berdiri sambil melihat ke tetesan air hujan.

"Gue nyari Una dulu" Redo takut terjadi apa-apa pada Yuna. Redo langsung menerobos hujan untuk mencari Yuna.

"Eh eh, DO GUE IKUT" Sakri berteriak di tempat.

"Eh dodol. Nggak usah teriak, kalo mau ikut, langsung susul aja" Nais menjewer telinga Sakri.

Tidak bisakah kalian tenang sedikit? Nggak berantem gitu. Pusing ya ampuun.

Daripada Dita melihat keributan mereka, Dita menyusul Redo untuk mencari Yuna. Tanpa sadar, Sakri dan Nais tetap berkelahi dengan adu jeweran. Biar sama-sama sakit.

Nais menoleh ke arah Dita yang sudah tidak ada keberadaannya melepaskan jeweran.

"Woy si Dita kagak ada"

Sakri pun menoleh dan benar saja apa kata Nais. Dita sudah pergi.

Pletak

"Lo sih ngajak ribut mulu" Sakri pergi meninggalkan Nais yang tengah mengeluh kesakitan akibat jeweran dan pukulan Sakri.

"Kalo satu jam sekali Sakir mukul gue, berapa banyak pukulan dalam setahun? Gue mendingan pergi ke lautan deh atau pergi ke planet Mars, biarpun panas tapi bebas dari pukulan Sakir" keluh Nais mengusap bekas pukulan Sakri.

"Author lagi nih biang keroknya, kenapa coba gue aja yang jadi korban" lanjutnya.

"Heh heh, masih untung lo main. Mau kagak lo di ganti sama pemeran lain hah?" Author marah nih guys. Nggak tahan!!

"Hehehe monmaaf nih, gue masih pengen main. Lumayan kalo terkenal di cerita ini"

----

Yuna tidak bisa melihat sekitar karena kacamata yang dia pakai pun tidak sanggup. Terlalu gelap. Yuna hanya bisa mengetuk-ngetuk pintu agar ada orang yang mendengarnya.

"Tolong" kondisi Yuna mulai melemah karena ketakutannya itu. Takut jika tidak ada yang menolong dan dia bisa bermalam di toilet ini.

Kila dan kedua anak buahnya itu memang jahat. Tidak tahu dengan arti kata 'Kasian'

Yuna terus saja berdoa agar ada orang yang menyelamatkannya. Keringat dingin membasahi pelipisnya Yuna.

Di satu sisi, Redo dan Dita tengah mencari keberadaan Yuna di berbagai toilet. Maklum, toilet sekolah ini banyak. Ehm.

Sakri dan Nais malah mencari Yuna di perpustakaan karena mereka berpikiran jika Yuna kelewat pinter. Jadi, perpustakaan tempat hidupnya.

"BU PERPUS, LIAT YUNA NGGAK?" Teriak Sakri di jendela sambil mengintip.

DO.NA [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang