Baru saja Redo ingin mengantarkan Yuna pulang. Tapi, terdapat dua upil gajah mengejutkan mereka di mobil dengan membawa banyak boneka beruang. Dari mulai yang kecil sampai yang besar."WOY!!!!" Sakri dan Nais berteriak bersama.
Hampir saja jantung Yuna dan Redo hampir copot. Redo memejamkan matanya sambil memijat pelipisnya "Kalian ngapain disini?"
Yuna menoleh ke arah belakang sambil menyembunyikan senyumannya.
Sakri memeluk boneka beruang kecil "Kalo gue sih alasannya film Upin Ipin udah selesai, gue kan kesel Do. Makanya gue kesini. Daripada gue kesepian, kan repot"
"Nah kalo gue. Kuota gue abis, Do. Tujuan gue kesini cuma mau nge WiFi. Lumayan gratis" kata Nais.
"Anu ngapain disini? Owh gue tahu, lo lo pada abis ngapain? Hayoh ngaku. Anu jangan bilang kalo Anu lagi anu-anu" selidik Sakri membuat semua pembaca ambigu.
"Apaan sih, Sak. Gue ambigu nih elah" Nais menoyor kencang kepala Sakri seolah membalas dendam karena Sakri selalu membuat bahunya terasa ingin copot.
"Pikiran lo ngeres banget sih! Ambil sapu" ucap Sakri.
"Buat apa emang?"
"Buat sapu otak lo supaya lancar dan pikirannya nggak ngeres"
"Kalian kesini cuma mau ribut?" Tanya Redo membuat mereka akhirnya terdiam.
"Ya itu juga termasuk. Ya abisnya gue marah-marah sama burung nggak pernah ngejawab sih" jawab Sakri.
"Tuh kan gue ambigu lagi" sela Nais.
Yuna tidak paham dengan apa yang mereka katakan. Terlalu terbelit-belit. Akhirnya Yuna hanya bisa terdiam.
"Lo ngomong ambigu ambigu mulu. Gue juga ikutan jadi ambigu kan" kata Redo cepat.
"Wah bahaya. Anu cepet keluar. Tidak baik perempuan disini sendiri saat para lelaki pada ambigu" cetus Sakri yang langsung di angguki oleh Nais.
Yuna tidak menjawab, dia hanya membenarkan posisi duduknya agar nyaman.
"Leubok tah! Hakan ku sia. Upin ipin makan micin, hikin!!" Ejek Nais bahagia.
Seakan kedua upil merusak suasana Yuna dan Redo. Tidak bisa di pungkiri, sehari saja mereka tetap merusak suasana.
"Lo mau nganterin Anu?" Tanya Nais.
"Iya. Mendingan kalian jangan ikut deh. Langsung ke kamar gue aja" balas Redo terdengar pusing.
"Upin Ipin ke sawah, Waaah" ujar Nais.
"Upin Ipin mulu lo ah. Gue pengen jalan-jalan dulu, Do. Lumayan kan bisa ngerasain angin siang"
"Malem bege" cela Nais kembali menoyor kepala Sakri. Akhirnya penantian pembalasan Nais bisa dilakukan.
"Lo bales dendam sama gue ya?"
"Kagak"
"Kagak salah lagi kan?"
"Iyee"
Redo mengembuskan napas beratnya lalu menatap ke arah Yuna yang sudah tunduh. Alias terlihat mengantuk. Padahal, sekarang baru pukul 8 malam.
Daripada Redo mendengar kedua bayi kudanil itu selalu ribut. Akhirnya, Redo memutuskan untuk menjalankan mobilnya walaupun di belakang tengah perang boneka.
Sesekali Redo melirik ke arah Yuna lalu tersenyum kecil. Tibalah mereka sekarang di depan rumah Yuna.
Sakri dan Nais sangat terkejut saat melihat gerbang rumahnya saja sudah hampir sama seperti rumah kerajaan. Mewah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DO.NA [End]✓
Teen FictionCinta memang unik, pilu menjadi rindu, sayang bertahap menjadi cinta. Kisah ini mungkin terlalu rumit dalam kehidupan nyata. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya warna ini muncul ketika ada dia. Dia itu aneh, perempuan yang tidak bisa di tebak. An...