Ghana terlihat asyik bermain game saat Andreas datang memenuhi undangannya. Dengan pakaian kerja yang digulung bagian lengan, membawa beberapa berkas dan sekotak rainbow cake.
Ghana yang bersantai di tepi kolam renang rumah mewahnya dengan kaki lurus terganjal meja kayu nampak berbinar melihat kehadiran sahabatnya itu.
“Wuih, Brother. I miss you,” sapa Ghana dengan senyum menyebalkan sambil merentangkan tangan ingin memeluk namun Andreas justru menghardik jijik.
“Omongan lu bikin gua ngeri, Ghan. Kebanyakan minum dari pispot lu.”
“Etdah, canda aja, Bro. Najis juga kangen-kangenan ama lu kali.”
“Ya udah gua balik nih, nggak dikangenin.”
“Dih ngambek. Bentar, gua pinjemin daster emak gua. Kayak cewek cakep aja lu minta dikangenin, gua cium baru tau.”
“Coba aja kalau nggak gua injek nih kaki yang udah kayak mumi.”
Kedua pria itu saling tertawa terbahak-bahak sambil mengambil posisi duduk bersebelahan. Ghana menghubungi Andreas untuk mengutarakan rencananya.
Laki-laki itu ingin mengurus balik nama beberapa aset yang akan diberikan untuk Nasya. Sebagai seorang notaris, tak ada yang lebih memahami semua itu sebaik Andreas.
Apa syarat-syaratnya, bagaimana prosedurnya, sura-surat dan berapa biaya yang harus disiapkan, semua sudah dirincikan oleh Andreas.
Bagi pria itu wajar-wajar saja jika Ghana meminta bantuannya untuk mengurus balik nama untuk Nasya. Setahu dirinya memang Ghana sedang berhubungan dengan Nasya.
“Banyak banget, Ghan. Lu nggak salah nih? Kalau ada apa-apa nggak sayang tuh. Ya bukan ikut campur ya, gua tahu Nasya orangnya baik kok. Tapi keluarganya?” tanya Andreas dengan polos sambil menyesap lemon tea hangat dari cangkir dan meringis kemudian.
“Ini pake cuka ya, asem banget sumpah,” sambung Andreas lagi.
“Lu minumnya sambil lihat air kolam, Ndre. Lihat muka lu sendiri makanya asem!” jawab Ghana dengan tawa sangat keras.
“Gua ke Nasya itu satu hati, Ndre. Apapun yang dia minta gua kasih. Jangankan harta, nyawa gua nih kalau dia minta, gua kasih cuma-cuma. Gua cinta mati sama dia, Ndre,” sambung Ghana sambil mengawang ke langit-langit.
“Budak cinta lu, Ghan.”
“Mending, dari pada budak hawa nafsu?”
Tiba-tiba saja Miranti menelpon Ghana untuk bertanya posisi keberadaan saat ini. Wanita nyentrik itu kebetulan melintasi rumah Ghana dan ingin singgah. Lagi pula dia melihat story wasap Andreas bergambar kaki dibalut perban dengan caption meeting dengan manusia setengah mumi.
Andreas senang mengetahui jika Miranti akan datang berkunjung. Gadis itu salah satu yang paling seru dan juga candaan ceplas-ceplosnya sering kali membuat suasana gaduh seketika.
Benar saja, tidak terlalu lama berselang suara knalpot racing mobil sport warna merah milik Miranti terdengar menderu di halaman rumah, membuat kedua laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
Miranti memang selalu show off dengan kekayaan orang tuanya dan memang dia sangat kaya raya. Hanya dia satu-satunya dalam lingkup pertemanan yang bisa menjatuhkan mental dan harga diri Ghana karena kedua orang tua mereka yang sama-sama terpandang.
Miranti tersenyum mencurigakan dari kejauhan, saat berpapasan dengan asisten rumah tangga Ghana, dia minta dibuatkan juss jambu biji murni tanpa campuran, “Mbak, jambunya jangan lupa dicuci bersih ya, kulitnya digosok-gosok. Saya alergi debu dan kotoran, termasuk pikiran kotor.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomanceAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...