Andreas dihubungi langsung oleh Nyonya Hermas untuk membantu mencarikan satu pengacara terkenal. Mengantisipasi kalau akhirnya sampai keluarga Nela sungguh-sungguh memperkarakan Ghana.
"Tapi, Tante?" Andreas menggigit bibirnya, "Sabtu besok saya akan menikah."
Nyonya Hermas tertawa kecil sambil melirik kalender di atas meja kerjanya. Wanita setengah baya itu menarik nafas panjang sambil mengambil buku cek dari dalam laci.
"Kamu jangan khawatir, Yas. Tante sudah booking tiket kelas bisnis ke Maldives, buat honeymoon. Biar nggak ada yang mengganggu kalau mau teriak-teriak." Tawa nakal menyertai perkataan Nyonya Hermas.
"Kok teriak-teriak sih, liar banget. Tante lucu." Andreas berada di antara rasa malu, canggung dan jadi penasaran.
"Kalau pertama pasti sakit, jangan buru-buru. Selow ...." Nyonya Hermas mengusap wajahnya, "masih beberapa hari lagi, toh?"
"Iya sih, tapi kayaknya saya butuh latihan."
"Weh, latihan apa?" Kedua mata Nyonya Hermas membulat sambil menunggu jawaban berikutnya dari Andreas. Berharap pemuda itu membocorkan sesuatu yang sensual untuk didengar sebagai hiburan pagi hari.
"Latihan ... olah raga."
"Oh ... Tante kira," pungkas Nyonya Hermas dengan nada kecewa.
Wanita itu dengan sabar dan lembut akhirnya mampu membuat Andreas tak berkutik, berbagai tawaran pekerjaan dengan nilai fantastis disodorkan satu persatu hanya untuk membuat Andreas bersedia mendampingi Ghana. Nyonya Hermas sangat ahli menaklukkan pemuda-pemuda seperti Andreas, yang terkadang masih dikuasai oleh banyak sekali ambisi.
"Proyek di Kalimantan, sewa lahan dan kerja sama, nanti kamu aja yang pegang semua. Beberapa rekan Tante juga ada yang mau membuka lahan perumahan di sana, gampanglah. Pokoknya pulang bulan madu, kamu banyak proyek. Gimana, Yas?"
"Em .... "
"Ya ... kalau cuma satu milyar mah, kecil!"
"Jadi, Tante perlu pengacara buat apa nih? Kalau ribut masalah gono-gini, Andreas nggak mau ya." Andreas menyerah.
"Ya nggaklah, gila apa mau pisah sama Om kamu. Kalau bisa malah Tante kempit ke mana-mana."
Nyonya Hermas memeriksa agenda kerja untuk melihat jadwal-jadwal pertemuannya dengan beberapa klien. Dia ingin bicara langsung dengan Andreas mengenai permasalahan Ghana.
"Nanti sore jam lima masih di kantor?" Nyonya Hermas tersenyum miring dengan banyak rencana di kepalanya.
"Andreas saja yang ke kantor Tante."
Andreas mengempaskan posisi duduknya, bersandar sambil memejamkan kedua matanya sesaat. Sebenarnya dia sedikit malas berurusan dengan Ibunya Ghana. Beberapa waktu sebelumnya, Nyonya Hermas pernah membawa beberapa orang rekannya untuk meminta dibuatkan surat perjanjian dan balik nama pasca berpisah dengan suami-suami mereka.
Dua di antaranya mengajak Andreas bersenang-senang di sebuah hotel berbintang lima. Pemuda itu memang menggemaskan di mata Ibu-ibu kesepian dan butuh kehangatan, sikapnya yang ramah dan wajah rupawan sungguh menjadi fantasi tersendiri. Seperti melihat bayi lucu yang rasanya ingin dimandikan.
Andreas juga sangat suka olah raga khususnya latihan abdomens yang berguna untuk melatih otot sekitar perut bagian bawah dada dan sekitar pinggul atas, membentuk otot perut menjadi six-pack. Tidak mengherankan jika tampilan fisik Andreas begitu terjaga dan sering digilai oleh banyak wanita dewasa.
Sedangkan di rumahnya, Ghana merasa tenang setelah berfikir sudah berhasil menyusun rencana menyingkirkan Nela dan juga Heri. Sambil berdiri di balkon kamar yang menghadap ke kolam renang, pemuda itu mencoba menghubungi bank tempat Nasya bekerja dan menanyakan apakah Nasya ada di ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomanceAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...