Malam Pertama ( panas ) 21+

15.3K 74 11
                                    

Dini hari itu, cuaca di kota Jakarta sedang diguyur rintik hujan. Begitu basah dan dingin, sangat berbeda dengan kamar superior tempat Nasya dan Heri sedang melewatkan malam pengantin.

Sangat panas dan bergairah.

Tumpukan bantal berbalut kain putih sudah tergeletak di lantai dengan bentuk tak beraturan. Sedangkan di atas ranjang, dua insan yang sedang mencoba merasakan manisnya malam pertama, masih begitu sulit menemukan celah kenikmatan sesungguhnya.

Nasya sudah merasa lelah berkali-kali mencapai klimaks meski Heri hanya melakukan sentuhan-sentuhan kecil. Kulit keduanya sudah sangat basah dan meremang, namun Heri masih belum ingin berhenti.

"Mas, aku capek." Nasya benar-benar lemah dan merasa kesakitan.

"Besok aja kita coba lagi, maaf. Aku kasihan kalau kamu nggak nyaman." Heri merangkak naik setelah bermain-main seperti bayi besar yang sedang menyusu.

Nasya merasa begitu lelah hingga matanya terpejam begitu saja saat Heri memberikan lengan sebagai bantalan. Gadis itu mengatur napas sambil merelaksasi diri untuk sesaat. Benar-benar sesaat karena setengah jam kemudian, Nasya terbangun mendengar suara Heri mendengkur.

Bibirnya sedikit terbuka sangat sensual, membuat Nasya begitu bergairah untuk melumatnya. Bergumul dengan sangat panas seperti beberapa waktu yang lalu.

Wanita itu merangkak ke dalam selimut yang menutupi kedua tubuh mereka. Jantungnya berdetak lebih kencang saat pertama kali memegang kejantanan seorang pria dan itu milik suaminya.

Meskipun rasanya aneh, namun Nasya harus mencoba hal paling gila agar malam itu tidak terlewatkan begitu saja. Memasukkannya ke dalam mulut.

Membuat Heri tersentak, namun wajahnya langsung bersemu. Tangannya turun, mengusap kepala istrinya meski sejujurnya dia juga merasakan kesenangan luar biasa.

"Kamu hebat, Sayang." Tubuh Heri menggelijang, bergerak tak nyaman namun dia begitu menyukainya.

Meskipun rasanya sangat aneh, sampai-sampai ingin muntah, namun Nasya tetap memberikan blow job yang benar-benar memuaskan.

Sampai-sampai Heri merasakan sesuatu yang berdesakan dan harus segera dikeluarkan.

"Tidak, jangan dimulutnya." Heri membatin dan langsung meminta Nasya menyudahinya.

Pemuda itu meraup bibir Nasya dengan rakus sambil meremas dada sintal yang begitu dia suka. Memainkan dan memelintir bagian ujungnya hingga Nasya mendesah dalam ciuman.

Kedua kaki Nasya melingkari tubuh Heri dengan kedua tangan menyatu di atas. Sesekali wanita itu menggeliat membuat Heri semakin bergairah.

Perlahan-lahan Heri mengarahkan ujung kejantanannya, sangat lembut meski tubuh Nasya melenting menahan sakit dan kemudian Heri mendorongnya lebih kuat.

Akhirnya mereka berdua benar-benar menyatu.

"Sakit!" Nasya merintih bersamaan dengan air mata yang menetes begitu saja.

Heri tidak menjawab dan menunggu sampai Nasya merasa tenang. Membiarkan kejantanannya berkedut di dalam kewanitaan Nasya yang seperti sedang mengurut. Rasanya nikmat sekaligus ngilu.

"Sya, kamu nggak apa-apa?" Heri mencium bibir istrinya. Melihat wajah Nasya yang begitu frustasi namun membuatnya semakin bergairah.

"Aku lanjutin ya?" Heri berdebar-debar jika saja Nasya memang tidak bisa menahannya.

"Iya, lanjutin aja. Aku nggak apa-apa, kok."

Heri tersenyum puas mendengar jawaban Nasya. Dia bangkit dan mengambil posisi setengah berjongkok, mulai memompa perlahan hingga pandangannya mengabut saat melihat langit-langit kamar.

Kamar KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang