Setelah menggelar pernikahan super mewah, Fani dan Andreas memutuskan untuk berbulan madu ke Maldives selama dua Minggu. Satu impian mereka berdua sejak masih berstatus pacaran.
"Gue nitip Nela ya, Gengs. Kapan-kapan kalian ajak main bareng deh." Fani merangkul Nasya dan Miranti di atas pelaminan.
"Gue nggak janji, mesti ngurusin nikahan juga soalnya cuma ya kalau ada waktu gue usahain," ucap Nasya.
Memang sejak Nela dinyatakan sakit, kondisinya semakin memburuk dari hari ke hari. Tubuhnya menjadi sangat kurus tanpa dia harus bersusah payah untuk diet.
Nela bahkan sering mengeluh gelisah setiap malam sejak operasi yang dijalaninya. Apalagi dia sudah tidak bisa lagi melanjutkan aktifitas bekerja karena kedua orang tua Nela memutuskan agar anak gadis mereka kembali ke rumah.
Sebagai orang tua, mereka benar-benar merasa gagal mendidik Nela sehingga hidupnya menjadi berantakan tak karuan. Satu-satunya yang tersisa hanyalah harapan, agar seorang pria bersedia menerima dirinya apa adanya.
"Heri, kita bisa ketemu sebelum aku pulang ke rumah orang tua, nggak?" Nela siang itu menghubungi Heri.
"Aku kerja, La."
"Jam makan siang ya?"
"Duh, gimana ya? Aku mesti ...." Heri mendengar suara Nela tiba-tiba terisak.
"Oke, kita ketemu di tempat pizza yang deket toko buku waktu itu ya. Jam satu."
Nela tersenyum saat Heri setuju menemuinya. Wanita itu juga menghubungi Nasya untuk bertemu di tempat dan waktu yang sama. Ada sebuah rencana yang sedang dipikirkan olehnya saat memikirkan rencana pernikahan Heri dan Nasya.
Beberapa waktu yang lalu, dia membaca tentang sebuah tulisan mengenai poligami. Nela hendak menawarkan dirinya untuk berbagi kehidupan rumah tangga dengan Nasya dan Heri karena hanya mereka berdua yang dianggap sangat memahami keadaannya.
Nela tidak akan pernah bisa melahirkan keturunan, namun dia ingin merasakan kehidupan berumah tangga meski hanya sebatas status belaka. Nela ingin memperbaiki hidup dan cuma Heri yang bisa membuat hatinya utuh. Menggetarkan rindu yang entah sejak kapan kembali membuatnya sangat gelisah.
Nela menyadari bahwa Ghana hanya tempatnya berbagi kesenangan namun tidak pantas untuk menjadi sandaran kehidupan. Apalagi melihat saat ini, Heri terlihat begitu mencintai Nasya, melindungi, mengasihi sepenuh hati.
Satu sisi hatinya begitu menyesali dosa dan kesalahan di masa lalu, namun sisi yang lain rasanya ingin merasakan sama seperti Nasya saat ini. Menjadi wanita yang dicintai oleh Heri.
Siang itu seperti janji yang mereka sepakati, Nela menunggu kedatangan Heri dan Nasya. Nasya lebih dulu tiba dan tidak mengira bahwa selain dirinya, Nela juga mengundang Heri bersama mereka.
"Ada apa sih, Nel. Dadakan banget. Untung aku pas lagi nggak meeting." Nasya mengambil buah potong di piring Nela dan mengunyah perlahan.
"Udah sehat banget kayaknya. Makasih ya, Nash. Udah mau datang nemenin makan siang." Nela mengusap tangan Nasya saat dari kejauhan, Heri terlihat buru-buru memasuki restoran itu.
Nasya hampir tersedak saat melihat kedatangan Heri siang itu. Heri menemui Nela tanpa memberitahunya, membuat Nasya merasa curiga. Bagaimanapun mereka akan segera menikah, sudah seharusnya Heri menjaga jarak dengan Nela.
Lebih salah lagi saat Nela saat ini mempunyai banyak alasan untuk sekedar mengharap belas kasihan, yang bisa saja menghancurkan sebuah hubungan.
"Mas Heri, ngapain di sini?" Nasya bertanya dengan nada bicara penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomanceAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...