Berbagai usaha penyelamatan dilakukan agar nyawa Nela tertolong. Tim medis bekerja sangat keras dan berlomba dengan waktu di ruang unit gawat darurat.
Bagian lain dari Nela merasa sedang berada di tempat yang asing, tepi sebuah sumur dengan api yang menyala besar. Tidak ada siapapun di sana selain dirinya dan rasa takut.
Nela sangat bingung serta begitu merasakan panas luar biasa hingga kulit tubuhnya seperti terbakar dan akan meleleh. Gadis itu mulai berfikir, ini bukan dunia yang dulu pernah dia tinggali.
Dia berada di dimensi lain kehidupan yang sebelumnya tak pernah terbayang akan seburuk itu.
"Aku ingin pulang, di sini sangat panas." Nela berputar berusaha mencari pertolongan namun hasilnya nihil. Tidak ada manusia maupun kekuatan lain yang bisa membantu dirinya.
Nela hanya bisa membiarkan tubuhnya jatuh dan tersungkur, "Tuhan, aku ingin bertaubat. Aku ingin bertemu dengan kedua orang tuaku, sekali saja."
Tanda-tanda vital dari tubuh Nela melonjak seketika, gadis itu seperti dilempar dan dijatuhkan dengan sangat keras kembali pada raganya. Sudut matanya basah, Nela menangis dalam ketidak berdayaan.
Bersamaan itu, kedua orang tua Nela tiba dengan wajah sangat cemas. Ayah Nela bahkan tak percaya anak gadisnya bisa melakukan hal sebodoh itu.
"Nela beberapa waktu belakangan ini sangat labil, Pah. Mungkin dia butuh pulang ke rumah dan tinggal bersama kita seperti dulu." Ibunya Nela terisak sepanjang jalan dengan nada bicara terbata-bata.
"Nela hanya butuh kupukul seperti dulu. Lihat, dia jadi anak yang sulit diatur karena kau terlalu mengikuti kemauannya. Dia jadi manusia yang lemah!"
"Papa. Astaghfirullah." Wanita yang selama ini selalu mengalah dengan apapun keinginan suaminya itu menghentikan langkah, "jangan sampai kita menyesal jika Nela tak lagi tertolong karena sikap kita yang terlalu keras selama ini."
"Di akherat, Papa yang akan dimintai pertanggung jawaban. Bagaimana Papa akan menjelaskan kenapa anak kita begitu murah menjajakan dirinya hingga ...." laki-laki itu mengurut kening saat memikirkan bagaimana bisa hidup Nela hancur dalam waktu singkat.
"Seharusnya Nela tetap tinggal bersama kita," sesal wanita yang telah melahirkan Nela ke dunia.
Kedua orang tua itu hanya bisa menyesali sikap mereka di masa lalu, yang tidak pernah menahan Nela untuk pergi dari rumah hanya untuk belajar hidup mandiri.
Nela memutuskan mencari pekerjaan di kota lain karena terlalu tertekan berada bersama keluarganya.
Bagaikan burung yang terlepas dari sangkar, Nela hidup bebas tanpa adanya perhatian dan pengawasan, berusaha mencari kesenangan seperti yang selama ini diharapkan. Sebuah pengakuan dan penghargaan dari orang lain.
***
Heri bersiap untuk berangkat bekerja pagi itu. Meskipun beberapa bagian tubuhnya masih sakit, namun dia memaksakan diri untuk tetap bekerja.
"Memangnya sudah kuat bawa motor?" tanya Bapak saat melihat Heri membuat roti panggang untuk sarapan.
"Naik ojek online, Pak." Pemuda itu duduk di kursi makan sambil menyantap sarapan buatannya.
"Nasya bagaimana kabarnya?"
"Nggak tahu. Belum tanya lagi pagi ini. Semalam katanya sudah mendingan sih habis minum obat Cina dari saudaranya. Katanya biar cepet pulih."
Bapak menarik kursi di samping Heri sambil menepuk bahu anak laki-lakinya itu, "Nasya anak yang baik. Keluarganya juga baik. Bapak percaya sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomantikAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...