Bab 17

951 91 13
                                    


Ghana telah berjani kepada dirinya sendiri untuk memperbaiki segala keadaan meskipun sulit. Dia akan kehilangan kepercayaan Nasya namun ternyata bukan itu yang menakutkan.

Nasya tak lagi mencintai dirinya. Tidak ada kalimat yang lebih pedih dari seseorang yang dicintai selain mempertegas bahwa, dia telah menyerahkan hatinya kepada pria lain.

Tak ada sorot mata kerinduan yang begitu hangat seperti biasanya. Nasya bahkan berkali-kali mengalihkan pandangan ketika Ghana menatap kedua matanya. Bagi seorang laki-laki, itu sangat mencederai harga dirinya.

"Nasya nggak mungkin move on secepat itu, Ndre. Ini pasti ada yang salah. Ada yang janggal dan gua nggak akan tinggal diam. Diguna-guna apa ya sama Heri?"

Malam semakin larut saat Andreas memutuskan untuk tinggal sejenak di rumah Ghana pasca kedatangan mereka, menyelesaikan kasus ruwet percintaan segi empat Ghana, Nela, Heri dan Nasya.

"Guna-guna apa maksud lu sih, Ghan. Udah malem, tidur sono. Gua balik ya." Andreas bangkit dari ranjang Ghana yang berukuran sangat besar itu.

Atas saran teman-temannya, Andreas memilih tinggal setelah sebelumnya dia nyaris terlibat baku hantam lagi dengan Heri. Gadis-gadis itu ingin memastikan bahwa Ghana tidak melakukan hal-hal bodoh yang membahayakan dirinya.

Ghana termasuk laki-laki yang nekat dan juga sulit mengendalikan emosi saat marah. Sejauh ini, hanya Andreas yang bisa mengerti dirinya. Pria menyebalkan namun begitu sabar dan memiliki segudang lelucon garing.

"Yah ... kok balik. Lu mau kemana sih, Ndre? Udah jam satu dini hari, mangkal di mana sih lu? Udah sini aja, kelonin gua malam ini."

"Iiuuhh ... hoeeekk. Gua masih doyan perempuan ya, males ama lu. Banyak bulu-bulu di badan, kriting-kriting pula. Kayak tidur sama gorila."

"Sembarangan lu ngatain gua kayak gorila. Ini seksi, makanya sini lu deket-deket gua."

Andreas langsung berdiri sambil melemparkan bantal dengan keras mengarah pada wajah Ghana. Pria itu melihat ke arah ponsel yang sedari tadi menyala dengan mode getar.

Miranti dan juga Fani bertanya keadaan Ghana pasca menantang Heri untuk beradu kekuatan di atas ring. Dia ingin berkelahi secara jantan namun elegant. Ghana tahu Heri bukan penyuka olah raga keras.

"Begini ya, Heri. Aku minta maaf sudah melakukan apapun yang membuat hubungan pertemanan kita berantakan begini tapi melepaskan Nasya, aku juga nggak bisa. Sya, please tanya lagi hatimu." Ghana bicara sesaat setelah dia berusaha memukul Heri namun dihalangi oleh Andreas.

Pertemuan beberapa saat yang lalu seakan menjadi penentu sikap yang akhirnya mereka ambil bersamaan. Heri dan Nasya tetap akan menikah beberapa bulan lagi.

Nela terlihat tak bisa menerima karena keluarganya pasti akan terus memaksa dia untuk segera menikah. Nela bersimpuh di kaki Heri meminta maaf, dia berjanji akan mengembalikan semua pemberian Ghana dan menuruti apapun keinginan Heri.

"Kau mau aku berhijabkan, Mas. Done. Aku mau. Kapan? Mulai besok aku akan mulai mengenakan hijab seperti yang dulu selalu kamu katakan." Nela meratap mengiba dengan derai air mata kepedihan. Nela sungguh sangat menyesali perbuatannya.

"Nela. Nggak bisa. Kamu pakai hijab karena memang itu wajib. Kamu wanita muslimah," ucap Heri sambil menggenggam jemari Nasya. Dia ingin tetap memastikan apapun yang terjadi, tidak ada yang berubah dengan hatinya untuk Nasya.

"Mas, sadarlah. Ya Tuhan. Kamu kenapa jadi sekeras ini sih. Aku sudah minta maaf, kau mau aku minta ampun? Yang seharusnya cuma kulakukan pada Tuhan dan kedua orang tuaku?"

"Nggak perlu. Ini sudah malam. Nasya harus segera pulang. Kami pamit ya."

Nela menahan bahu Nasya dan mencengkeramnya dengan kuat agar wanita itu tidak meninggalkannya. Matanya basah dengan sorot mata memohon, dia tahu bahwa Nasya memiliki perasaan yang sensitif dan penyayang tapi kali ini Heri lebih kuat menarik tangannya untuk pergi.

Kamar KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang