Ghana mengetahui bahwa hari itu Nasya sudah bekerja seperti biasa dan dia mempunyai alasan untuk bisa mengajak gadis itu untuk bertemu.
[Sya, masih save nomer gue nggak ya?] Ghana mengirim pesan sambil memikirkan satu rencana berikutnya.
Nasya terkejut karena saat itu dia sedang banyak sekali pekerjaan di kantornya, apalagi Nasya baru saja mengambil izin cuti selama lima hari yang pasti sudah menunda beberapa kewajibannya.
[Assalamu'alaikum, Ghana. Apa kabar?] Nasya membalas sekedarnya.
Dia mengingat saat itu, pasca penculikan yang dialami olehnya, banyak kejadian beruntun yang menimpa orang-orang disekitarnya.
Mendadak Kakaknya Miranti yang bernama Mario harus dipolisikan oleh Papanya Ghana, namun usut punya usut ternyata semua itu ulah Ghana sendiri.
Harus ada satu orang yang dipersalahkan meski dalang dari semua itu anak mereka sendiri. Nyonya Hermas tak akan membiarkan anak kesayangannya dipermalukan meski di balik layar, ada negosiasi alot antara Miranti dan pengacara Ghana.
Miranti akan membuka ke media tentang semua percakapan via pesan singkat yang diterima oleh Kakaknya jika sampai Mario dipenjara.
Membuat beberapa eksekutor lapangan yang akhirnya menjadi pesakitan dan ditahan, sementara Mario bisa bebas dari segala tuntutan. Memperburuk hubungan orang tua Ghana dan Miranti.
[Gue baik, bisa ketemu bentar nggak?] Ghana mencoba untuk menjalankan rencana pertama.
[Maaf, nggak bisa.]
[Gue mohon. Mau ngasih kado pernikahan lo berdua. Bentar aja. Di parkiran kantor. Gue udah deket.]
[Maaf, nggak bisa. Gue banyak kerjaan. Coba telpon Mas Heri atau Andreas.]
Ghana tak melanjutkan untuk membalas pesan dari Nasya. Satu-satunya orang yang bisa membantunya adalah Nela.
Iya.
Nela akan sangat senang bila Ghana mulai menjalankan rencana mereka, menjebak Nasya untuk bisa terlihat berduaan dengan Ghana.
"La, rencana pertama seperti dugaan kita. Gagal. Sekarang giliran lo." Ghana menelpon Nela, memastikan wanita itu sudah menyiapkan segala yang dibutuhkan.
Nela yang sudah menunggu di sebuah kamar hotel akhirnya melancarkan aksinya. Menghubungi Nasya untuk berpura-pura meminta bantuan.
"Nasya, gue bisa minta tolong nggak? Ini kebetulan ATM gue ketelen sama mesin padahal ada yang harus gue bayar." Nela pura-pura gugup menelpon Nasya.
"Lo di mana, Nel?"
"Eng ... gue lagi perjalanan ke bank cuma ada yang harus banget gue bayar, lo bisa pinjemin gue duit nggak?"
"Ehem. Berapa?"
"Dikit aja, satu juta. Tolong lo kirim sekarang ya, Sya. Penting banget. Nanti gue kirim rekening temen gue."
Nasya menyetujuinya dan berjanji dalam beberapa menit uang itu akan segera dikirim. Wanita itu tidak pernah mengira itu hanya pancingan agar dirinya keluar dari kantor karena Ghana sudah menunggunya di luar.
Jarak ATM ke kantor memang tidak terlalu jauh, hanya lima menit berjalan kaki. Dalam sebuah ruangan yang berisikan beberapa mesin dari bank-bank berlainan.
Nasya tidak menyadari bahwa dia sedang bersama Ghana saat itu di dalam satu bilik.
Ghana berpura-pura melakukan transaksi dari satu rekening ke rekening lain miliknya sambil mencari kesempatan sampai tempat itu benar-benar lengang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomanceAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...