Bab 5

1.5K 114 20
                                    

Pukul empat sore itu, saat otakku sedang mendidih-mendidihnya mendadak Heri berkirim pesan aneh.

[Sya, suka rambutan, duku, manggis atau salak?]

Pertanyaan yang lucu. Untuk apa Heri bertanya begitu. Kenapa sih dia, seperti sedang berada di kebun buah-buahan. Namun kujawab saja hitung-hitung menghilangkan penat.

[Just one? Kalau suka semua gimana?]

[Kamu keluar bentar gih. Aku tunggu di parkiran.]

What. Ini jam berapa sebenarnya. Aku belum waktunya pulang kantor.

Tapi.

Penasaran.

Rasanya dadaku berdebar-debar tak karuan, bertanya-tanya apa gerangan yang akan Heri lakukan lagi kali ini. Yang sekiranya membuat hatiku melambung tinggi ke angkasa.

"Kemana, Nash? Titip gorengan dong sama jus semangka," ucap salah satu rekan kerja saat melihatku melintas.

"Ke luar bentar. Cari angin."

"Masuk angin baru tahu nih anak."

Aku hanya menutup mulut dengan telapak tangan. Mengulum senyum karena sedang bergetaran hati ini memikirkan Heri.

Sial. Kenapa rasanya seperti mau ketemu pacar. Anehnya lagi aku mampir ke toilet untuk berkaca. Memastikan penampilanku masih oke, merapikan rambut. Mengulum bibir berganti-gantian agar terlihat basah. Ah apa sih ini.

"Tenang Nasya, kamu cuma mau ketemu Heri. Pacarnya Nela. Jangan baper, ingat. Dia pacarnya Nela. Pacarnya N E L A." Kuyakinkan diriku sendiri bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku tidak boleh jatuh cinta pada Heri.

Tidak boleh.

Perlahan langkahku yang semula lebar-lebar mendadak berkurang ritmenya jadi sangat pelan saat kulihat Heri dengan kaca mata hitam terlihat keren berseragam wearpack warna orange.

Dari kejauhan dia sudah menyambutku dengan senyum tipis namun indah sekali. Masya Allah. Aku suka dia.

"Sudah makan, Sya?" Heri menyentuh sedikit punggungku agar kami beriringan ke mobil operasional kantornya yang di parkir agak jauh.

"Sudah tadi sama Miranti. Kamu?"

"Oh ya, makan apa?"

"Makan grill. Kamu sudah makan?"

"Nanti, Sya."

Aku hanya diam. Hingga dia membuka pintu mobil bagian belakangnya dan mengambil satu keranjang buah-buahan yang tadi dia sebutkan.

Buah rambutan, duku, manggis dan salak bercampur-campur di beberapa plastik-plastik dalam satu keranjang jaring-jaring.

"Banyak banget, Heri. Ya ampun kamu dari mana sih?"

"Tadi habis on site. Di jalan ada yang jual buah-buahan beginian. Kebetulan pada beli tadi buat anak istri di rumah katanya. Eh aku jadi inget ada kamu."

Ah Heri.

Apa sih maksudnya.

"Terima kasih. Kamu inget aku hehehe."

"Selalu kok."

Nyess.

Inti terdalam di dadaku bagai disiram sirup. Dingin tapi ada manis-manisnya. Aku dan Ghana rasanya tak pernah diperlakukan semanis ini.

Yang membingungkan adalah raut wajahnya datar-datar saja. Hanya lirikannya yang melesat tajam bagai anak panah menghujam hatiku. Membuatku lemah seketika.

Kamar KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang