Part 25

911 75 28
                                    


    Miranti menyeka keringat dengan handuk seusai latihan Muay thai bersama pelatih pribadinya. Sesekali dia menggerakkan kepala mengusir rasa penat yang mengganggu pikirannya.

"Besok mau latihan jam berapa?" Pelatih duduk berhadapan dengan Miranti sambil memperhatikan guratan gundah pada gadis itu.

"Besok ada meeting sama pengusaha minyak dari kalimantan, Papa belum bisa terlalu banyak bekerja."

Pelatih bergegas sambil menyambar tasnya setelah membereskan perkakas keperluan latihan Muay thai yang  baru saja digunakan.

Setelah berpamitan, pelatih itu diam-diam mengambil foto Miranti yang mengenakan pakaian olah raga dengan bagian depan membusung sempurna. Dia memang sering melakukannya. Mengambil foto Miranti tanpa izin untuk dijadikan objek fantasi.

"Mir, bagi cuan dong. Dua puluh juta." Mario, Kakak laki-laki Miranti yang baru turun dari lantai dua rumah mereka terlihat tengah bersiap menuju pesta lajang salah satu temannya di club malam.

"Lo kalau mau cuan makanya kerja. Kalau nggak mau bantuin bisnis papa minimal lo pelihara tuyul." Miranti melempar handuk kotor ke arah Mario.

Miranti menggeleng dan sengaja menabrakkan ujung bahu kirinya ke tubuh Mario dan masuk ke dalam kamar. Miranti memiliki dua saudara kembar laki-laki di atasnya. Bernama Mario dan Marcel.

Mario sangat suka hura-hura dan malas bekerja, sedangkan Marcel cenderung sulit disentuh. Dia selalu sibuk dengan banyak perangkat komputer di ruangannya yang sangat besar. Marcel juga bisa menghasilkan banyak uang dalam waktu singkat.

Beberapa aparat pernah menggeledah rumah mewah mereka dan mencurigai Marcel adalah seorang Hacker profesional namun tuduhan itu tidak terbukti karena saat pemeriksaan, mereka hanya menemukan bahwa pria itu seorang Trader. Padahal Marcel adalah salah satu orang paling berbahaya bagi negara karena dia memang seorang Hacker.

Ponsel Miranti berbunyi, dari Fani yang bertanya apakah gaun Bridesmaid yang dijahit pass di tubuhnya.

"Bagus sih, Fan. Emang lo paling paham kalau gue suka pakai yang slim fit. Asli deh pas gue ngaca dah mirip pensil genit. Ketat." Miranti tertawa kecil sambil menyentuh gaun penggiring pengantin yang akan dipakai saat pernikahan Fani dan Andreas. Sahabat karibnya.

"Ya ampun, Mir. Kurang seminggu lagi nih. Gue kayak krisis percaya diri deh."

"Krisis-krisis apaan sih lo, Fan. Kayak mau pemilihan putri sejagat aja lagaknya. Santai, nikmati prosesnya. Jangan lupa minum jamu sehat wanita yang waktu itu kita beli." Miranti terkikik mengingat beberapa waktu yang lalu dia bersama Nasya dan Fani membeli beberapa barang aneh dan ramuan-ramuan tertentu.

"Lo udah minum, Mir? Efeknya gimana sih?"

"Ya buat apa dah gue minum. Mau tempur ama siapa juga. Sama satpam?"

"Jadi mana yang lo beli, Nasya udah minum belum ya?"

"Nasya kayaknya udah. Katanya dia nggak bisa tidur semalaman dan kepanasan. Itu ramuan emang buat orang yang sudah nikah jadi selain kepanasan juga kuat bergadang dan tenaga jadi berlipat-lipat."

Fani tersenyum membayangkan perkataan Miranti dan memikirkan wajah Andreas berganti-gantian. Beberapa tahun menjalin hubungan, tak pernah sekalipun pria itu mengajaknya untuk sekedar mencoba.

"Karena kita nggak pernah tahu berjodoh atau tidak di masa depan. Kasihan suami kamu nanti kalau  takdirnya bukan sama aku." Alasan yang selalu dikatakan oleh Andreas saat Fani sering memancing.

Apalagi beberapa waktu yang lalu salah satu teman mereka, Nela dengan lancang meminta Andreas untuk menjadikannya wanita kedua.

Hubungan mereka sempat terguncang hebat sampai-sampai Andreas rela berlutut sambil menjewer telinga di depan kamar Fani sebagai bentuk rasa bersalah karena dia sudah membuat Nela jatuh hati padanya.

Kamar KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang