Welcome home, Ghana!!

8.5K 68 3
                                    


Beberapa gadis terlihat memperhatikan sosok pria di imigrasi. Pria yang begitu tampan dan sekilas mirip bintang film Asia, nampak sangat tenang berdiri di barisan.

"Lo sudah siap dengan kehidupan baru lo, Ghan?" Wanita setengah baya terlihat berbisik di telinganya.

"Siap nggak siap, Ma. Ghana tetap harus melanjutkan hidup."

"Bagus. Itu baru anak Mama."

Ghana melihat lagi ponselnya. Timeline yang dipenuhi oleh banyak sekali foto-foto pernikahan kedua sahabatnya, meski saat ini dia menyebut keduanya, pasangan pengkhianat.

Rasanya sakit sekali melihat Nasya begitu bahagia dan bukan dia yang membuat kedua pipi gadis itu bersemu. Sorot mata mesra itu bukan lagi untuknya, bukan miliknya, sedangkan dia harus banyak mengalami kesulitan karena pernah mencoba menyelamatkan Nasya.

"Gue begini karena lo, Sya. Sumpah. Gue nggak akan pernah berhenti sampai lo yang memohon agar semua gue akhiri." Ghana membatin dalam hati.

Ponsel Ghana tiba-tiba menyala dan suara Nela terdengar lemah diseberang sana, wanita itu sering mencurahkan kekesalannya terhadap Nasya karena nekat menikahi Heri. Dia merasa, Nasya adalah wanita yang tak punya hati dan tidak berempati dengan keadaannya.

"Besok kita ketemu. Gue punya rencana buat mereka berdua. Entah lo suka apa nggak tapi rasanya kita akan tiba pada tujuan kita masing-masing kalau kerja sama." Ghana mengusap wajahnya.

"Ghan, lo masih oke, kan? Gue pikir setelah operasi, lo sudah berubah!"

"Gue nggak operasi sampai ke otak, Nel! Lo jangan ngajak ribut, gue capek!"

Ghana melambaikan tangan saat dari kejauhan, terlihat Andreas menjemputnya karena dia yang meminta. Sebelum kembali ke tanah air, Ghana sempat merasa takut keadaannya tidak bisa diterima oleh lingkungan sosial mereka dan satu-satunya orang yang bisa diandalkan untuk bersosialisasi adalah Andreas.

"Ndre!" sapa Ghana saat Andreas terlihat melamun padahal jarak mereka sudah sangat dekat.

"Eh, siapa ya? Kok kenal gue?" Andreas tercengang namun mulai melihat ke kiri dan kanan karena takut menjadi korban hipnotis orang asing.

"Ya elah, ini gue. Lo masa nggak ngenalin sohib lo sendiri sih. Gue cium juga lama-lama."

"Ghana? Ghana! Welcome home, Brother. Astaga gue kira ada kaum jejerukan dari mana tadi."

"Enak aja kaum jejerukan. Nyokap yang pilih, gue nurut aja. Dia yang bayar soalnya." Ghana merangkul Andreas menuju ke parkiran mobil sambil bercerita seputar pengobatannya di Korea.

🌸🌸🌸

Nasya sangat sulit membuka mata meski waktu menunjukkan pukul sembilan pagi. Pendingin ruangan rasanya menusuk ke tulang di balik selimut tebal acak-acakan yang melekat di tubuhnya.

Tangannya meraba ke samping kiri dan ternyata tidak ada siapa-siapa, membuat Nasya terperanjat saat menyadari apa yang sudah ia lalui semalam. Sesuatu yang benar-benar melelahkan sekaligus menyenangkan.

"Astaghfirullah, kepalaku sakit," desahnya sambil mencoba bangkit. Lagi-lagi dia terkejut saat mencoba untuk duduk, ternyata tidak ada apapun yang melekat di tubuhnya. Benar-benar polos dan hanya selimut itu yang menutupi.

"Kenapa aku nggak pakai baju?" Nasya membatin sambil berusaha keras membuka mata.

Belum juga selesai pertanyaan yang bergumul di kepalanya, Heri terlihat muncul dari pintu kamar mandi. Wajahnya sangat segar seperti tanaman gersang yang habis terkena air hujan semalaman.

Heri merasa seperti terlahir kembali sebagai sosok Ksatria tanpa tandingan, bisa menjalankan rangkaian kehidupannya berikutnya dengan sempurna.

"Assalamu'alaikum, Sayangnya Mas Heri." Heri menggoda istrinya yang menarik selimut sampai ke leher. Nasya merasa sangat malu jika sampai Heri melihat kondisinya yang tanpa busana.

Kamar KostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang