Ghana tiba di rumah mewahnya setelah menghabiskan waktu minum kopi bersama Andreas. Wajah baru Ghana ternyata cukup menyita banyak sekali perhatian gadis-gadis yang kebetulan ditemui olehnya. Pemuda itu semakin tampan dan berkelas dengan tampilan serba mahal melekat di tubuhnya.
"Ganteng banget, Bos." Tuan Hermas memicingkan mata saat melihat sosok pemuda yang begitu berbeda berdiri mematung di tepi kolam renang.
"Eh, Papa. Apa kabar, Pa?" Ghana tertawa kecil sambil merangkul ayahnya. Mengajak duduk di tepi kolam renang sambil bercerita segala sesuatu yang terjadi saat Ghana pergi.
Keduanya begitu akrab layaknya sepasang sahabat yang lama sekali tidak berjumpa dan saling melepas rindu satu sama lain. Ghana bahkan tak segan membicarakan wanita-wanita cantik di sana kepada ayahnya.
Tuan Hermas juga menceritakan perihal kondisi Nela yang sedang sakit dan harus menjalani operasi. Pria setengah baya itu sangat prihatin dengan kondisi Nela, namun di sisi lain dia juga punya alasan untuk tidak menerima gadis itu sebagai menantunya meski harus menukarnya dengan sejumlah uang dengan nominal sangat besar.
Ghana tidak peduli dengan apapun cerita omong kosong tentang Nela karena saat ini hatinya sedang dipenuhi oleh amarah dan dendam kepada Nasya. Gadis yang susah payah ia selamatkan hingga bertaruh nyawa, kenyataannya tak pernah sekalipun mencoba menghubungi dirinya meski hanya sekedar bertanya kabar.
Ghana tidak bisa menerima itu semua. Terlalu tak adil untuk hidupnya dan dia menuntut agar Nasya menanggung beban yang sama berat dengannya.
Pemuda itu berniat membeli sebagian saham di perusahaan tempat Heri bekerja, mengusulkan rencana-rencana kerja perluasan usaha yang sekiranya bisa membuat Heri dimutasi sejauh mungkin, hanya saja kendalanya saat ini tidak ada informasi yang mengatakan bahwa perusahaan itu sedang membutuhkan investor.
Satu-satunya yang bisa membantunya adalah Andreas. Sialnya lagi, Andreas bersahabat sangat dekat dengan Heri, membuat Ghana merasa benar-benar sendiri dan ditinggalkan untuk mati.
"Ghana pergi dulu, Pa. Ada janji mau ketemuan sama temen," ucap Ghana hanya dijawab dengan bergumam oleh Tuan Hermas.
Pria itu bertekad akan menemui Nasya untuk menceritakan sakit yang selama ini ia rasakan sepanjang menjalani pengobatan. Bagaimana dia akhirnya harus menerima wajah baru yang begitu asing, aneh dan bukan miliknya.
Setiap malam-malam yang dilalui begitu menakutkan, menyakitkan, seakan teror wajag manusia aneh membayanginya. Ditambah lagi rasa rindu dan sakit hati yang hadir silih berganti.
Sedangkan di satu sisi dia mengetahui bahwa di tempat lain, Nasya justru memutuskan menyerahkan hati dan hidupnya untuk pria lain, yang belum tentu bersedia melakukan pengorbanan sebesar dirinya. Dia tidak peduli jika kali ini harus melakukan segalanya seorang diri tanpa bantuan maupun belas kasihan siapapun.
Ghana sudah sangat berbeda saat ini.
❤❤❤
Nasya dan Heri tiba di rumah setelah dua hari menikmati indahnya bulan madu singkat mereka. Meskipun keduanya ingin lebih lama lagi menghabiskan waktu untuk berdua, namun tanggung jawab pekerjaan tak bisa lagi ditawar.
Keduanya harus segera kembali ke rumah tepat di hari ketiga pasca pernikahan digelar. Bulan madu yang dirasakan benar-benar singkat oleh kedua pasangan pengantin baru itu. Benar-benar singkat sampai Heri ingin mengajak Nasya melakukan perjalanan bersama ke kota Jogjakarta untuk beberapa hari di Minggu berikutnya.
"Mas Heri kenapa pilih Jogja sih? Punya kenangan apa di sana?" Nasya bertanya sambil malu-malu saat perjalanan pulang dari hotel.
"Jogjakarta itu kota mantan, seneng aja kalau di sana. Kamu nggak suka? Mau ke Bali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomanceAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...