Ghana tercengang melihat sepeda motor yang ditumpangi Nasya dan Heri itu akhirnya terseret meskipun tidak terlalu jauh.
Beberapa masyarakat berhamburan menghampiri Nasya dan Heri yang merintih kesakitan sedangkan beberapa laki-laki bertubuh kekar mengetuk kaca mobil Ghana.
"Turun!" sentak pria-pria dengan seragam ojek online serta beberapa diantaranya tukang parkir. Ghana merasa gemetar dan kakinya mendadak lemah saat kaca mobilnya dipukul-pukul berulang kali.
Kemacetan tidak dapat terhindarkan karena Ghana masih mematung tak mau meminggirkan letak mobilnya. Heri langsung bangkit menghampiri Nasya yang mengurut lengan kiri dan kakinya.
"Sakit." Nasya menitikkan air mata ketika merasakan sulit menggerakkan tangan kirinya.
Heri langsung membopong tubuh Nasya ke dalam sebuah mobil warga yang kebetulan langsung menawarkan bantuan ke rumah sakit. Beberapa pria mengurus sepeda motor Heri dengan menuntunnya ke sebuah bengkel di sekitar tempat kejadian.
"Jalan saja, Mas. Urus saja dulu istrinya. Kesakitan tuh dia. Biar yang lain kami bereskan." Seseorang dari dinas perhubungan yang kebetulan melintas dan melihat kejadian itu akhirnya mengambil alih keadaan.
Heri bahkan tidak tahu bahwa yang menabrak mereka adalah Ghana karena terlalu panik dengan keadaan Nasya. Lagi pula mobil Ghana sudah dikelilingi banyak kerumunan orang yang meminta pertanggung jawaban atas peristiwa itu.
Ghana akhirnya membuka pintu mobil dan tanpa banyak kata, seorang preman menarik kerah baju Ghana agar dia segera keluar dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Keluar, banci! Lihat itu istri orang sampai luka-luka."
"Ma-maaf. Saya tidak sengaja."
Ghana menepikan kendaraannya karena takut diamuk oleh massa. Serpihan body sepeda motor yang pecah tercecer tak jauh dari tempatnya berdiri.
Seorang ibu-ibu sempat memungut paper bag berisikan kain kebaya milik Nasya, "biar nanti saya sampaikan pada yang bersangkutan sambil meminta maaf." Ghana mengambil bungkusan itu, dengan satu tujuan. Dia akan membakarnya jika semua urusan ini sudah beres.
Seorang pemuda menghubungi kantor polisi terdekat untuk melakukan pengamanan dan Ghana sudah tidak bisa berbuat banyak selain menerima hujatan serta caci maki warga sekitar.
Pemuda itu menghubungi Andreas yang sedang asyik melihat gadis-gadis berolah raga Zumba di pinggir lapangan. Beberapa wanita dengan kulit bergerak-gerak terbungkus pakaian super ketat. Membuat Andreas tergerak untuk mengambil gambar.
"Ngapain sih lu, emak-emak lagi olah raga malah dipotoin." Bilal bergumam sambil menyeka keringat di ketiaknya dengan handuk wajah milik Andreas.
Handuk yang beberapa kali dipakai Bilal mengeringkan keringat di bagian menyegarkan dari tubuhnya itu juga berkali-kali digunakan Andreas untuk menyeka wajah.
"Padahal ada sih iklan pelangsing yang nggak pakai capek goyang-goyang begitu. Praktis pula," kata Andreas sambil merogoh ponsel satunya yang bergetar di dalam saku.
"Tapi nggak sehat kalau begitu. Selain menjaga pola makan dengan gizi seimbang, olah raga teratur dan hindari bermalas-malasan, obat cuma membuat seseorang menjadi ketergantungan," balas Bilal sambil melihat ponselnya. Miranti menyapa dengan ucapan selamat pagi Oppa.
Bilal selalu galau setiap ada wanita yang mendekati dirinya. Sebagai anak bungsu di keluarganya, Bilal seakan memikul banyak sekali tanggung jawab dan tuntutan keluarga.
Ibunya selalu memberi banyak sekali syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai golden tiket bagi wanita untuk menjadi kekasihnya.
"Jangan coba-coba pacaran backstreet, Bil. Itu grup musik jadi bubar gara-gara backstreet," ucap Ibu menunjuk poster grup band di kamar kakaknya Bilal yang bermukim di luar negeri. Mengikuti suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomanceAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...