Setibanya di rumah Nasya, Ghana sedikit kecewa karena ternyata rumah itu lengang. Lampu-lampu juga dimatikan pada bagian dalam rumah."Tuh, orangnya nggak ada. Nggak telpon dulu sih tadi." Andreas terdengar menggerutu.
"Kalau telpon dulu, nanti dia malah nggak mau ketemu, Rojali. Kayak nggak tahu tabiat cewek aja."
Andreas menekan bel di sisi pintu sekali lagi namun tidak ada jawaban, sebenarnya ada adiknya Nasya di dalam kamar sedang mengerjakan tugas, hanya saja dia mengenakan head set dengan volume musik satu tingkat di bawah maksimal.
Mendengarkan lagu-lagu Korea dengan irama menghentak-hentak saat sedang berada di dalam rumah seorang diri.
"Fix, nggak ada orang. Lain kali nelpon dulu, Bos. Jadi nggak sia-sia begini." Andreas melangkah kembali ke mobil. Diikuti langkah Ghana yang gontai dengan wajah lesu.
Mereka langsung kembali ke rumah Ghana. Perjalanan selama kurang lebih dua puluh menit itu terasa lengang karena Andreas mulai merasa kesal dengan sikap Ghana yang masih saja kekanak-kanakan.
"Nasya ke mana ya, Ndre?"
"Mana gue tahu."
"Biasa dong. Nge-gas gitu. Kenapa sih lo?"
"Gue ... antar aja gue pulang, Bro. Sakit kepala nih tiba-tiba, mobil gampang aja ntar biar supir ngambil ke rumah lo."
Ghana mengantar Andreas sampai rumah dan berpisah tanpa banyak basa-basi. Lingkungan rumah Andreas yang sepi membuat Ghana tidak betah berlama-lama karena merasa takut dengan pohon bambu rindang di lahan kosong samping hunian sahabatnya itu.
"Ndre, gue langsung ya."
"Lha iya, emang mau mampir?"
"Nggak ah, perasaan gue nggak enak."
"Gue juga. Pengen ke belakang."
Andreas melambaikan tangan dan masuk ke dalam rumah sesaat setelah mobil yang ditumpangi Ghana berlalu melewati dirinya.
Malam sudah semakin larut. Ternyata Ghana tidak langsung pulang, melainkan ke sebuah tempat hiburan malam untuk bersenang-senang. Sudah lama dia terkurung di dalam rumah karena cedera di kakinya. Setelah semua membaik, pemuda itu mulai kembali pada hobinya yang lama.
Berfoya-foya dan mabuk-mabukan.
'Bugh'
Satu tangan memukul keras punggungnya, membuat Ghana menoleh sambil tersenyum.
"Mario," sapa Ghana saat melihat kakaknya Miranti mengangkat sloki berisi cairan berwarna kuning dengan aroma menyengat.
Mario dan Ghana adalah member tetap di tempat hiburan malam terkenal di kota dengan julukan Tuan Muda dan Tuan Kaya.
Tuan Muda adalah Ghana sedangkan Tuan Kaya merupakan panggilan khusus untuk Mario. Mereka berdua memiliki hobi yang sama, menghambur-hamburkan uang dan menikmati kesenangan yang menyesatkan.
"Kenapa, hhmm?" Mario mendekatkan wajahnya kepada Ghana yang terlihat gusar, "tentu masalahmu bukan uang, hem?"
Ghana mengusap wajahnya, "aku butuh orang-orang yang bisa membantuku menyingkirkan penghalang. Bunuh saja jika perlu."
Mario tertawa kecil sambil menyalakan sebatang rokok, menghisapnya dalam-dalam dan meniupkan asap hingga membumbung tinggi ke atas.
"Gambar dan lokasi," tanya Mario.
Ghana menyalakan ponselnya dan mengirim gambar mereka beramai-ramai sambil menunjukkan sosok Heri dan juga Nela.
"Masalah apa ini?" Mario mengernyit namun dia tidak menyadari bahwa mereka adalah teman-teman Miranti, adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamar Kost
RomansAda pepatah bijak mengatakan, jangan pernah menceritakan kelebihan, kebaikan pasangan kalian pada orang lain. Karena itu sama halnya membuka jalan dan memancing penasaran bagi orang lain untuk masuk ke dalam hubungan sebagai pihak ketiga. Begitu pu...