You've Been Done

406 70 50
                                    

"Pamaaaan...Mingyu pulaaaanng!". Seketika Eunha dan tuan Kwak yang tengah bersembunyi panik.

Eunha menahan tubuh besar Mingyu yang hendak naik ke lantai 3.

"Woi, Kim Mingyu! Apa lo nggak bisa keluar agak lamaan dikit?". Mingyu berdecih.

"Njir! Apa gue butuh izin buat pulang ke rumah gue sendiri, huh?". Sontak Eunha menyeret Mingyu kembali menuruni tangga menuju lantai 1.

"Woy! Mau ngapain lo, anjir! Lepasin tangan gue!".

"Ssttt kecilin suara lo!".

"Mau lo apa sih?!".

"Tolong tunggu diluaran bentar lagi aja, ya? Plis! Plis!". Eunha menggosok-gosokan kedua telapak tangannya.

"Kenapa lo nyebelin gini sih?". Eunha langsung membekap mulut Mingyu.

"Diem! Bentar lagi ayah gue keluar dari kamar mandi. Ayah gue nggak tau kalo gue tinggal bareng kalian. Tolong pergilah jalan-jalan keluar bentar aja, oke?". Mingyu menaikkan sebelah alisnya.

"Oke, gue bakal keluar asal lo minta maaf dengan tulus ke gue karena udah nampar wajah tampan gue pake pancake". Eunha langsung naik pitam.

"Apa?! Lo mau gue minta maaf? Keluar dari sini sekarang kecuali lo pengen gue gampar lagi pake pancake!". Eunha mendorong Mingyu sampai terjatuh dan menutup pintu di depannya.




***








"Aduh! Ngantuk banget!". Kepala Jungkook rasanya sangat berat, begitupula gadis di depannya.

"Lo nggak nambahin obat tidur di ramen cup tadi kan?".

"Ya enggaklah!".

"Gue boleh baring bentar nggak. tenang aja, gue nggak bakal ngelewatin garis kok".

"Eh! Kenapa kamu berbaring di kamarku?".

"Kalo lo keberatan, lo tinggal mgelewatin garis terus bangungin gue". Jungkook langsung membaringkan tubuhnya dan menggunakan ranselnya untuk bantalan kepalanya.

Namun belum sempat memejamkan matanya, lengannya menyenggol sebuah kertas. Ia mengambil kertas itu dan membacanya.

"Choi Yuna?". Gadis yang tengah membaca buku itu menoleh kaget.

"Jadi nama lo Choi Yuna?".

"Dari mana kamu tau?". Jungkook menunjukkan kertas di tangannya yang ternyata adalah sebuah kartu nama.

"Bukannya ini kartu nama lo?". Gadis itu langsung membanting buku di tangannya.

"Lo kerja di kantor?".

"Berikan padaku!". Yuna bangkit mendekati Jungkook.

"Ini kan perusahaan gede". Jungkook menaikkan lengannya sehingga Yuna kesulitan meraihnya.

"Kenapa lo berhenti kerja disitu?".

"Aku bilang berikan padaku!". Yuna berjinjit-jinjit.

"Lo dipecat ya?".

"Cepet balikin! Balikin nggak!".

Keduanya tidak mau mengalah. Malah saling dorong. Yuna tak sengaja menginjak botol air sehingga membuatnya oleh ke belakang. Tangannya yang sedari tadi terulur reflek menarik kerah kemeja Jungkook. Membuat mereka jatuh bersamaan ke atas kasur dengan posisi Jungkook menindih Yuna. Mereka saling tatap kaget selama beberapa detik.


***




"Eunha-ya. Pastikan untuk memeriksa semua kunci pintu. Ayah akan sering mengunjungimu".

"Baik ayah, cepatlah pulang". Baru saja Eunha dan ayahnya menuruni tangga sampai ke lantai 1, saat Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan asap yang membumbung di seluruh penjuru lantai satu.

"Asap apa ini?".

"Apa ada sesuatu yang terbakar?".

"Kebakaran?! Gimana ini?".

"Eunha, ayo segera keluar!". Namun Eunha malah kembali naik tangga menuju ke kamarnya.

"Eunha-ya! Kembalilah! Ada kebakaran".

Akibat teriakan itu, Jungkook dan Yuna tersadar dari posisi mereka yang ambigu. Jungkook langsung menarik tangan Yuna dan menyeretnya keluar kamar. Sedangkan tuan Kwak berjalan tertatih karena menahan air kencing yang hampir keluar karena ia tahan sedari tadi. Saat hampir menuruni tangga pria tua itu melihat Jungkook dan Yuna keluar bersamaan. Sehingga akhirnya ia kembali bersembunyi di balkon sampai pria tua itu terkencing-kencing di celana.

"Eunha-ya! Cepat keluar!".

Eunha keluar bersamaan dengan Jungkook dan Yuna. Ternyata Eunha kembali kekamarnya untuk menyelamatkan tas-tasnya. Saat membuka pintu depan, empat orang itu terkejut mendapati Mingyu tengah mengipas-ngipas tumpukan kertas yang sengaja dibakar di depan pintu.

"Apa-apaan nih?". Jungkook terlihat kesal.

"Ini adalah api". Mingyu berujar dengan imut sambil mengejek Eunha.

"Hei, Kim Mingyu. Lo sengaja bakar kertas-kertas itu? Orang dewasa rasional macam apa yang ngelakuin-".

"YYYAAAKKK, KIM MINGYU!". Ucapan Jungkook terpotong teriakan Eunha.

Yuna langsung berbalik kembali ke kamarnya saat menyadari kekonyolan apa yang sudah terjadi. Sementara Jungkook menatap punggungnya yang menjauh. Eunha berbalik dan seketika panik. Mendapati ayahnya masih di depannya. Sedangkan ia tengah membawa semua bayinya.

"A..ayah?". Ayahnya nampak murka.

"Dasar anak sialan!". Eunha langsung berlutut di kaki ayahnya.

"Ayah, maafkan aku. Tapi aku nggak bisa nyingkirin bayiku gitu aja".

"Eunha menilap semua uang sewa dan kuliahnya buat beli bayi-bayinya, paman". Mingyu malah mengompori.

"Apa?! Kamu masih saja melakukannya bahkan setelah semua rambutmu kuhabisi? Dimana guntingnya! Carikan gunting!". Mingyu terbahak di belakangnya.

"Ayah! Ayah, aku mohon maafkan aku! Sekali ini saja. Bagaimana bisa aku menjual mereka ketika mereka seperti darah dagingku sendiri?". Sementara Mingyu semakin terbahak di belakang mereka.

"Ayah tidak mau tahu. Dasar gadis durhaka!". Eunha langsung bangkit sambil mengusap air matanya.

"Aku selalu dibully dan dipanggil jelek karena penampilanku seperti pengemis pas kecil. Apa ayah tahu?".

"Tentu saja aku tahu!". Mingyu dan Jungkook langsung shock.

"Itulah sebabnya aku mencoba melakukan yang terbaik untukmu". Eunha menepis tangan ayahnya yang mencoba menarik tangannya.

"Setelah aku operasi plastik dan menggunakan pakaian bermerk.. semua orang yang dulunya membullyku mulai ngikuti aku. Meski mereka mungkin menunjukkan taringnya dan menertawaiku di balik punggungku..SETIDAKNYA MEREKA MASIH MENGHORMATI WAJAHKU!!". Eunha membentak ayahnya.

"Ya ampun! Bagaimana bisa kamu tidak dewasa begini! Jangan pernah berpikir untuk meneleponku sampai kamu kembali menyadari kesalahanmu". Ayah Eunha langsung membanting pintu depan sedang Eunha berlari ke kamarnya sambil menangis.

Jungkook menatap Mingyu kesal. Laki-laki tinggi itu nampak menyesali perbuatannya.

"Lo keterlaluan. Lo harus minta maaf ke Eunha". Jungkook menggelengkan kepalanya dan meninggalkan Mingyu dengan perasaan bersalahnya.
.
.
.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang