"Paman Kwak!". Pria tua itu menatap Mingyu sambil mengernyit.
"Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan".
"Tentang apa?". Mingyu menghela napas sejenak.
"Apa anda memperlakukanku dan Jung Eunha berbeda dari yang lain karena... kita bukan cucu anda?".
"Apa maksudmu!".
"Nggak gitu, paman. Soalnya yang lain dapet sandwich lengkap, tapi kita bahkan cuma dapet irisan bawang. Jadi, aku cuma penasaran-".
"HEOL!". Mingyu sampai terlonjak kaget.
"Kamu mempertanyakan hal itu?". Tuan Kwak menepuk dahinya kesal.
"Itu karena aku kehabisan bahan untuk membuat semua sandwich, dan kalian berdua hanya sedang nggak beruntung karena duduk di kursi sebelah situ. Bagaimana bisa kamu berpikir aku memperlakukan kalian berbeda hanya karena itu?". Mingyu langsung tersenyum lebar.
"Aih, begitu rupanya. Aku tahu paman Kwak bukan tipe orang yang seperti itu". Tuan Kwak menghela napas kasar.
"Aku sangat peduli padamu dan Eunha, tapi kamu justru berpikir tentangku seperti itu.... itu menyakiti hatiku". Mingyu langsung menatap canggung pria tua di depannya.
"Maafkan aku paman, mulai sekarang aku akan mempercayai anda sepenuh hati".
***
"Teman makan!". Yuna mendongak menatap Jaehyun yang membuka pintu kamarnya tanpa permisi.
"Liat! apa yang gue bawa ini?". Jaehyun mengacungkan sebuah brosur.
Laki-laki itu langsung masuk ke dalam kamar Yuna dan ikut duduk lesehan disamping gadis itu sambil memamerkan brosur ditangannya.
"Ini voucher diskon 50% karena grand opening loh, gue keren kan?". Yuna hanya mengangguk singkat tanpa minat.
"Kenapa muka lo murung gitu?". Yuna menundukkan kepalanya.
"Boleh gue nanya sesuatu?".
"Hmm?".
"Pinjami gue sekop, buat gali kuburan. Bhuahahahahah".
Krik krik krik
"Apaan sih, garing. Anjir!".
"Astaga, becanda Yuna-ya". Keduanya terdiam canggung selama beberapa menit.
Yuna memandang kosong ke langit-langit kamar, sementara Jaehyun memainkan brosur di tangannya. Tanpa diduga, Tiba-tiba Jaehyun menyeletuk santai tanpa berpikir.
"Lo.. suka sama Jeon Jungkook, ya?". Yuna menoleh kaget.
"Hah? apa?! Anu..a..ng...nggak..nggak mungkin!".
"Anu! anu! anu! Yaelah ngeles aja nih. Terus gelang lo yang cantik kemarin dimana?". Yuna reflek menunduk menatap pergelangan tangan kirinya yang kosong.
"Gue tau lo ngasih dia gelang itu karena lo suka sama dia kan?". Yuna menunduk semakin dalam sambil memainkan jemarinya.
Ia sedikit bingung untuk menjawab Jaehyun. Karena semua yang diucapkannya benar. Setelah menghela napas, Yuna akhirnya memutuskan menjawab.
"Iiya... ka..kamu bener...". Yuna menghembuskan napasnya dengan pasrah.
"Aku menyukainya". Jaehyun yang tadinya menatap Yuna serius langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Terus.. kenapa lo nolak ajakan kencannya?". Yuna tertegun.
"Gue nggak sengaja denger pembicaraan kalian di halaman tadi". Keduanya saling pandang.
"Aish! lo itu harusnya ngambil kesempatan ketika kesempatan itu datang sendiri!". Jaehyun menepuk kepala Yuna dengan gemas.
"Kamu tau sendiri kan, a..aku nggak bisa pergi keluar. Jadi, gimana aku bisa pergi kencan? Aku nggak akan pernah bisa melakukannya".
"Eeeiii... kenapa nggak bisa? Nggak usah mikir aneh-aneh. Berhenti sembunyi di kamar, kumpulin keberanian terus pergi keluar". Yuna masih diam.
"Lo takut?". Gadis itu mengangguk lemah.
Jaehyun langsung menggertak Yuna membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Yak! Kamu mengagetkanku!". Lalu Jaehyun melakukan hal yang sama kedua kalinya, membuat Yuna memukul lengannya kesal.
"Kamu nggak bisa ngagetin seseorang dua kali dengan trik yang sama!". Jaehyun tersenyum lebar.
"See? Meski ngagetin awalnya, tapi kalo udah ngalamin yang kedua/ketiga kalinya, bakalan nggak ngagetin lagi. Tau nggak kenapa?". Yuna menggeleng bingung.
"Karena kalo lo udah nyoba sekali, maka seterusnya lo bakal kebal sama hal kek gitu". Jaehyun menepuk pundak Yuna pelan.
"Kalo lo latihan keluar pas kencan pertama, maka lo nggak bakal ngerasa takut lagi pas kencan selanjutnya. Ayo pergi!". Jaehyun menarik tangan Yuna agar bangkit.
"Gue bakal ngelatih lo buat kencan pertama kali. Ganti baju, kita ketemu di restauran ini!". Jaehyun menunjuk brosur yang dibawanya tadi.
***
Jungkook menghela napas gusar sambil mencorat-coret buku tulis di depannya hingga kertasnya berlubang.
"Gue pasti udah gila!".
"Apa yang gue pikirin, ngajak kencan ketika cewek itu menderita agoraphobia?".
"Lo emang bego, Jeon Jungkook!". lelaki itu memukul kepalanya kesal.
Ponsel di samping kanannya bergetar.
"Siapa sih yang ngechat disaat kek gini, ngeselin, anjir!". Jungkook menyambar ponselnya dengan kesal.
최 유나💜
저녁애 시간되는대..
공희 하단앞애 서6시 애봐요..Jungkook membulatkan matanya menatap pesan chat itu.
"Yes!! assa!!". Jungkook menciumi benda persegi itu dengan bahagia.
***
Line!!
Sebuah notifikasi muncul di ponsel Chaeyeon saat gadis itu tengah menikmati es cappuccino di teras belakang asrama. Dengan malas ia membuka ponselnya
Hai, ini Sung Hyun Gyun, teman kencan butamu kemarin
Apa kamu kemarin pulang dengan selamat?
Aku ingin ketemu lagi. Apa besok ada waktu?
Chaeyeon nampak enggan membalas. Malah menghela napas kasar. Tepat saat itu Jung Jaehyun muncul dari pintu samping memakai setelan keren melintas di depannya. Chaeyeon langsung memukul kepalanya sendiri.
"Yak, Jung Chaeyeon! Sadarlah! Kesempatan lo udah di depan mata. Tapi kenapa lo masih belum bisa move on dari seseorang kek Jung Jaehyun?". Ia kembali memukul kepalanya dengan gemas.
"Lo harus ngelupain dia, anjir!".
"Woy, tante!"
"Aish! Kkamjagiya!". Eunbi muncul tiba-tiba dan langsung menyeret Chaeyeon memasuki asrama.
"Tante, lo sekarang lagi nganggur kan. Lo harus ikut gue ke suatu tempat!".
.
.
.*aku ada waktu malam ini, jadi ayo bertemu denganku di taman jam 6*
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House NO. '97
FanficSummary? Go check to the history ~ PROSES REVISI ~