"Oh? Cokelat hangat!". Yuna berseru saat Jaehyun menghampirinya membawa dua cangkir cokelat hangat."Mau?". Yuna mengangguk dan langsung mengambil kedua cangkir itu.
"Aish! Lo nih emang temen makan gue, tapi yang satu ini punya gue". Jaehyun merebut cangkir hijau dari genggaman tangan Yuna.
Keduanya menyeruput cairan kental itu dalam diam. Jaehyun sesekali mencuri pandang ke sebelahnya.
"Lo keliatan lebih bahagia akhir-akhir ini". Yuna menaikkan alisnya.
"Tentu saja, cokelat panas adalah hal terbaik pas malam dingin kayak gini". Jaehyun tersenyum tipis dan reflek mengusap kepala Yuna.
Bertepatan dengan Jungkook yang baru keluar dari pintu samping asrama. Laki-laki itu langsung merengut tak suka saat menatap kemesraan di depannya.
"Hei, Jung Jaehyun! Minggir lo!". Jaehyun menaikkan alisnya.
"Kalo gue nggak mau, lo mau apa?". Yuna menepuk tempat kosong di sebelah kirinya tanpa merasa atmosfer yang mendadak berubah panas di sekelilingnya.
"Gabung sini aja, Jungkook-ie. Disini udaranya seger banget loh". Yuna melambaikan tangannya menyuruh Jungkook mendekat.
Tapi laki-laki itu tidak duduk di tempat kosong yang tadi ditunjuk Yuna, melainkan di tengah-tengah antara Jaehyun dan Yuna.
"Kenapa cuma gue yang nggak dapet cokelat panas?". Jungkook menoleh ke kiri dan kanannya.
"Gue cuma bikin dua tadi. Sana bikin sendiri!". Jungkook mendengus.
"Bagi cokelatmu lah, Na". Yuna menoleh dan melebarkan senyumnya.
Gadis itu langsung menyodorkan cangkirnya pada mulut Jungkook. Membuat Jaehyun menatap tidak suka.
"Enak, kan?". Jungkook tersenyum lebar sampai matanya menyipit.
"Aish! Cokelat ini mendadak rasanya aneh!". Jaehyun langsung membuang sisa cokelat di cangkirnya sambil bangkit berdiri.
Sementara dua sejoli di belakangnya masih sibuk bermesraan sambil bergurau. Jaehyun mendengus kesal dan menuju ke dalam asrama. Ia masih mengintip dua orang di luar yang terlihat semakin rapat menempel. Bahkan laki-laki bergigi kelinci itu mencuri ciuman di bibir bervolume itu.
"Apa itu?". Yuna menatap penasaran tangan Jungkook yang disembunyikan di saku jaketnya.
"Aku bakal ngelakuin sesuatu. Tapi kamu harus janji nggak boleh ketawa". Yuna mengangguk dengan ekspresi bingung.
Jungkook menggenggam jemari Yuna dan menaikkannya ke udara. Membuat gadis itu menatapnya semakin bingung.
"Choi Yuna. Kamu ditahan!".
"Huh?".
"Karena kejahatan telah mencuri hatiku. Kejahatan karena masuk tanpa izin ke dalam hatiku". Yuna nyaris menyemburkan cokelat panas yang sedang diminumnya itu.
"Apaan anjir! Gombalanmu bikin merinding tau nggak bhuahahahaah". Jungkook berdecih.
"Dih. Pokoknya dalam hubungan kita nggak ada hak untuk tetap diam. Dan nggak boleh mempekerjakan pengacara laki-laki". Yuna memukul pelan pundak Jungkook.
"Aish! Terserah!". Jungkook kembali meraih pergelangan tangan kiri Yuna. Memasangkan gelang buatan tangan.
"Oh? Ini kan...".
"Itu borgolmu. Jadi kamu nggak bisa lari dariku".
"Cantik banget gelang ini.. tapi apa boleh aku memilikinya?". Jungkook menyunggingkan senyum tipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House NO. '97
FanficSummary? Go check to the history ~ PROSES REVISI ~