Another Breakfast

273 50 19
                                    

Jaehyun tengah melamun di kamarnya sambil senyum-senyum, mirip orang sedang mabuk cinta. Lamunannya buyar kala alarm ponselnya berbunyi nyaring. Ia langsung mematikan ponsel bernada lagu girlgrup GFRIEND itu dengan satu tangan, sedang tangan lain menuang air minumnya ke dalam gelas dan menyiramkannya pada sepotong batang kayu yang sudah gosong di dalam pot pink lucu di meja samping kasurnya. Ia mengingat momentnya kala itu:




"Kamu bahkan mencuri batang kayu keberuntunganku. Padahal itu hadiah buat seseorang".

"Hadiah?".







Paginya setelah Jaehyun barbekyu-an dengan Yuna di halaman, ia menyelamatkan batang kayu yang nyaris menjadi abu itu. Membersihkannya dan merawatnya agar tumbuh kembali.



"Hai, Batang keberuntungan?". Jaehyun sudah mirip orang gila karena mengajak bicara sebatang kayu.

"Hai, kayu?". lelaki itu tersenyum lebar sambil mengelus batang gosong itu.

"Kamu harus tumbuh besar dan kuat ya. Oppa akan merawatmu mulai sekarang". Bahkan ia mengoleskan semacam salep luka bakar pada permukaan batang gosong itu.

"Oppa akan pergi kerja, kamu baik-baik disini ya?".

***

Jungkook celingukan dibalik pohon besar di halaman asrama. Ia tengah menunggu seseorang yang baru saja ia lihat keluar dari asrama. Tak berapa lama seorang gadis dengan topi dan masker menutupi wajahnya berjalan sambil menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Jungkook mendekat dan menepuk pelan pundak gadis itu hingga membuat gadis itu terlonjak kaget.

"Hai? Habis dari mana?". Gadis itu menoleh sambil mengelus dadanya.

"Ah? A..aku baru aja buang sampah di luar". Jungkook menggigit bibir bawahnya.

"Uhm... lo...ada waktu nggak malam ini?".

"Malam ini?". Jungkook mengangguk.

"Heol!".

Tiba-tiba saja tuan Kwak muncul dari pintu samping sambil membawa selembar kertas, membuat Jungkook kelabakan. Ia khawatir tuan Kwak melihat dan salah paham terhadap mereka.

"Kalo lo ada waktu luang, lo mestinya olahraga terus ngecilin badan lo itu!". Gadis itu reflek menunduk menatap perut ratanya.

"A..ah.. o..oke. Aku akan menurunkan berat badanku. Terima kasih atas sarannya". Gadis itu langsung berbalik.

Jungkook menoleh ke arah tuan Kwak yang masih saja menggerutu di pintu depan.

"Aku tidak percaya betapa tingginya tagihan air bulan ini! Heol! Heol! Heol!". Tuan Kwak langsung masuk ke dalam rumah sambil menghentakkan kakinya.

Anjir! Kirain pak tua itu tadi denger omongan gue

"Woi, Choi Yuna! Tunggu!". Gadis yang hendak membuka pintu itu kembali menoleh.

"Gue cuma becanda tentang nurunin berat badan. Maksud gue, gue pengen lo punya waktu malam ini. Gue mau ngajak lo makan malam di luar". Tanpa sadar gadis itu tersenyum dibalik maskernya.

"Makan malam?".

"Hmm. Gue lulus ujian tahap pertama. Gue pikir itu karena kekuatan gelang keberuntungan lo". Yuna mendongak menatap tangan Jungkook yang diacungkan keatas oleh laki-laki itu.

Tepat saat itu Jaehyun tengah keluar dari pintu samping dan tanpa sengaja mendengar percakapan mereka berdua.

"Ini cuma semacam balas budi aja buat seseorang yang udah ngasih gue sesuatu. Bener, kan?". Jaehyun yang berada cukup dekat dengan mereka menyipitkan matanya menatap Yuna yang nampak ragu-ragu.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang