Room No. 6 & 3

1.3K 94 6
                                    


1 bulan kemudian...






"Hei, Jeon Jungkook!". Laki-laki berkacamata itu menoleh.

"Oh? Lee Seokmin, ada apa?".

"Lo beneran habis dipukulin dan diusir sama tuan Jeon?". Jungkook berdecak.

"Ck! Kenapa lo bahas dia lagi sih. Udah ah gue sibuk mau nyari kos-kosan nih". Laki-laki berhidung mancung itu mengekori Jungkook entah menuju kemana.






"Mari...mari saudara-saudari, bagi yang membutuhkan asrama yang tenang dengan view hamparan alam hijau dan harga miring bisa menghubungi saya".

"Asrama kami memiliki kamar-kamar yang kedap suara, jadi akan sangat nyaman bagi saudara sekalian. Grab it fast! Kesempatan terbatas".

Seorang pria tua berjenggot tebal bersama seorang laki-laki gempal berteriak nyaring lewat microphone di pinggir lapangan tepat di seberang Jungkook dan Seokmin. Dan seperti sudah diatur sebelumnya, Jungkook langsung mendekati pria tua itu yang menurutnya berwajah mirip Albert Einstein, idola Jungkook.

"Maaf tuan, apa boleh saya melihat asrama itu?". Pria berjanggot itu menaikkan sudut bibirnya.

Kena kau!

Mereka berjalan menuju rumah mewah pria tua itu. Memang rumah itu memiliki taman hijau yang menyegarkan mata. Membuat Jungkook langsung antusias. Begitu melihat kamarnya, ia bertambah yakin ingin mengontrak kamar itu. Bahkan harganya sangat murah untuk ukuran kamar semewah itu.

Rumah mewah itu terdiri dari tiga lantai. Lantai 1 separuhnya digunakan sebagai kolam renang, dapur utama serta ruang tamu dan ruang makan. Di lantai 2 merupakan kamar bapak tua itu dan ruang kerjanya, ditengah-tengah ada ruang karaoke dan ruang kumpul lengkap dengan televisi dan pernak perniknya. Lalu ada 2 ruangan yang entah itu digunakan sebagai apa. Sedang di lantai 3 ada enam kamar yang kesemuanya disewakan.

"Kamarmu disitu". Pria itu menunjuk kamar ujung dengan pintu bertuliskan angka 6.

"Sebelahmu namanya Jung Jaehyun. sebelah kamar mandi, kamar nomor 4 namanya Jung Chaeyeon dan tepat di depan kamarmu, Choi Yuna". Pria tua itu sedikit memberi penekanan pada kalimat terakhirnya. Jungkook manggut-manggut tanpa curiga.

Ia menyelesaikan administrasinya hari itu juga. Jungkook bahkan sudah memindahkan semua barangnya dari rumah orang tuanya ke asrama barunya. Tentunya ibu Jungkook menangis histeris saat putranya itu memilih tinggal di asrama daripada di rumahnya sendiri.

Jungkook sudah muak dipaksa ayahnya menjadi penerus Rumah Sakit miliknya. Passionnya adalah di kantor kumuh dengan berbagai sampah elektronik, ia lebih bahagia bersama sampah-sampah itu daripada berkutat dengan tumpukan berkas dan komputer yang menyala seharian. Ia berkali-kali menjadi sasaran emosi ayahnya setiap kali rekan-rekan ayahnya memergokinya melakukan tes di perusahaan elektronik.

Itulah sebabnya ia akhirnya memutuskan tinggal jauh dari orangtuanya. Nanti setelah ia sukses, ia baru akan kembali pada orangtuanya. Begitu goalsnya. Saat sedang merapikan kamar barunya terdengar suara dari seberang kamarnya.

Jungkook mengintip dari pintu kamarnya yang terbuka sedikit. Seorang perempuan keluar dari dalam kamar di seberangnya menggunakan pakaian yang cukup aneh. Bagaimana tidak aneh, di musim panas begini gadis itu keluar menggunakan pakaian sangat tertutup bahkan ada syal tergulung di lehernya dan topi hitam bertuliskan 'balenciaga' serta masker hitam yang menutupi seluruh wajahnya kecuali matanya.

Ia mengira kamar nomor 1 itu penghuninya sedang tidak ditempat, karena selama seharian ini ia tak mendapati adanya sebuah kehidupan dari dalamnya. Sedangkan dengan Jaehyun ia sudah sempat saling sapa.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang