Officially

309 46 25
                                    

Choi Yuna tengah menggosok kedua tangannya sambil sesekali membenahi coat panjangnya. Ia kedinginan sekaligus gugup. Ini kencan pertamanya selama 23 tahun hidupnya, wajar kalau ia gugup. Bahkan sangat gugup karena dirinyalah yang meminta berkencan lebih dulu. Kalau mengingat hal itu, Yuna menjadi malu sendiri. Bagaimana bisa seorang gadis yang belum pernah berpengalaman berani mengajak kencan seorang laki-laki.

Ah tapi Jung Eunha tadi bilang kalau Jeon Jungkook juga belum pernah pacaran sebelumnya

Lagi-lagi senyum tipis menghiasi wajahnya yang memerah, entah karena kedinginan atau gugup. Ia mengusap pipinya yang memanas saat mengingat bagaimana sikap laki-laki itu padanya selama ini.

"Ah, apa aku terlalu cepat datang, ya?". Yuna mengecek jam digital di ponselnya.

"Enggak kok, ini memang sudah jam 7". Yuna kembali celingukan ke seluruh penjuru taman yang sangat sepi itu.

Tak berapa lama seseorang yang ditunggunya muncul dengan berlari tergesa. Di tangan kirinya ada banyak balon warna-warni.

"Oh? Jungkook-ssi!".

"Maaf telat, udah lama nunggu?". Yuna menggeleng.

"Nih!". Laki-laki itu menyodorkan semua balon itu pada Yuna.

"Buat apa balon-balon ini?".

"Kamu bisa sembunyi di belakang balon ini kalau perlu. Jadi kita bisa ke tempat ramai tanpa harus nutupin wajah cantikmu itu". Entah sejak kapan laki-laki itu mulai memanggilnya berbeda.

"Aku udah nggak butuh sesuatu kayak gitu lagi..". Jungkook terlihat sedikit kecewa.

"Karena aku... nggak bakal nyembunyiin wajahku lagi". Sontak wajah murung di depannya tersenyum lebar.

"Serius?". Yuna mengangguk lalu menerima balon itu.

"Aku bakal mindahin insiden menakutkan 3tahun lalu itu di balon ini... dan ngelepasin semuanya kek gini". Yuna melepas beberapa buah balon ke udara hingga tersisa 4 balon.

"Aku juga bakal melepas kesulitan-kesulitan dari masalaluku...". Satu balon ia lepas lagi.

"....dan diriku yang penuh kegelapan sebelumnya". balon ungu terlepas.

"Dan juga... semua rasa sakit dari kenangan masalalu". Kali ini balon kuning yang dilepas, sehingga tersisa 1balon di tangannya.

"Oh? Masih ada sisa 1 balon! Apalagi Yaa yang harus kulepas?". Yuna memandangi balon pink itu sambil berpikir.

"Semua yang ngehalangin hubungan kita...". Wajah Jungkook mendadak muncul di balik balon itu.

"... itu yang harus kamu lepasin". Jungkook menggenggam tangan kanan Yuna yang tengah memegang balon dan melepaskan satu-satunya balon yang tersisa.

Keduanya saling melempar senyum. Jungkook menarik tangan Yuna yang ia genggam tadi hingga gadis itu menabrak dadanya.

"Mulai sekarang, kamu punya aku dan aku punya kamu. Kita bakal saling menguatkan, oke?". Yuna mengangguk tanpa berani mendongakkan kepalanya.

"Hei, apa ada sesuatu yang menarik di bawah sana, hmm? Kenapa kamu sedari tadi menunduk?". Reflek Yuna mendongak sambil menggeleng.

"Enggak, itu-". Kalimat Yuna terpotong oleh kegiatan yang tiba-tiba dilakukan Jungkook padanya.

Laki-laki itu menabrakkan bibirnya pada bibir Yuna sampai membuat gadis itu terdiam kaku.

"Hei, ada apa dengan ekspresi itu?". Jungkook menjentikkan jarinya di depan wajah Yuna yang memandang kosong ke arahnya, melamun.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang