Ridiculous Lies

328 51 17
                                    

"Ayo cepetan, tante!".

"Apaan sih! Lepasin tangan gue, anjir!".

"Ayolah, dandan yang cantik. Pakek setelan yang biasa tante pakek itu loh, yak kek ratu Alice Jobs". Chaeyeon mendengus.

"Woi! 'Jobs' yang lo maksud itu mendiang Steve Jobs, dan ratu Inggris itu ratu Elizabeth, dasar bego!". Chaeyeon mendorong jidat Eunbi.

"Bodoamat! sama aja, Ayo cepetan ganti baju!".

"Ish! Apaan sih. Kenapa lo maksa gue sih!".













Chaeyeon benar-benar bergaya ala ratu Inggris dengan setelan serba biru laut dari ujung rambut ke ujung kaki. Ia berjalan berlenggak-lenggok memasuki cafe itu bak seorang supermodel. Chaeyeon mendekati meja dimana Eunbi duduk bersama seorang wanita paruh baya dan seorang siswa laki-laki.

"Perkenalkan, ini adalah ibuku!". Chaeyeon nyaris tersandung.

"Woi! gue siapa lo tadi?". Ia membisiki telinga kanan Eunbi dengan bibir menipis.

Wanita paruh baya di depannya langsung menjambak rambut Chaeyeon dengan beringas.

"Yak! Beraninya puterimu mengancam anakku yang berharga!". Chaeyeon seketika panik. Kepalanya terasa seperti terbakar.

"Kau salah paham, bibi! Aku bahkan nggak ngerti apa maksudmu, lepaskan rambutku atau kulaporkan kau pada polisi atas dugaan penganiayaan!". Wanita itu langsung melepas cengkeramannya pada rambut Chaeyeon.

Chaeyeon menatap Eunbi sengit.

"Pura-puralah jadi nyokab gue kalo lo nggak mau hidup serasa di neraka".












"Maaf karena sudah bertindak berlebihan". Chaeyeon menatap kesal wanita di depannya sembari menyisir-nyisir asal rambutnya.

"Tapi.. kamu terlihat jauh lebih muda dari yang kupikirkan. Apa kamu benar-benar ibunya?". Eunbi langsung menyikut pinggang Chaeyeon.

"Aku.. ah, aku memang memiliki wajah yang awet muda. Aku melahirkan Eunbi saat masih 17 tahun".

"Cih! Ibu dan anak sama saja". Chaeyeon langsung menatap nyalang wanita itu.

"Apa kau bilang?!".

"Puterimu itu mengancam anakku untuk berkencan-".

"Woi! Kapan gue ngelakuin itu, anjir!". Eunbi langsung berdiri sambil menunjuk wajah siswa laki-laki di depannya.

"Mumpung gue lagi baik nih, cepet bilang yang sejujurnya ke nyokab lo!". Laki-laki di depan Eunbi langsung mengerut ketakutan dan bersembunyi di pundak ibunya.

"Itu kenyataan. Lo bilang ke gue bahwa hari itu kita berkencan". Kemudian pandangannya teralih ke ibunya. Mengadu padanya.

"Kalau aku tidak mengencaninya, dia menyuruhku untuk berkencan dengan malaikat maut, bu". Eunbi nyaris melayangkan tinjunya pada laki-laki cupu itu, namun urung saat melihat Chaeyeon menangis, tepatnya pura-pura menangis.

"Puteriku kehilangan ayahnya saat masih kecil dan dia pasti sangat merindukan ayahnya, tolong maafkan saja puteriku nyonya". Wanita di depannya nampak melunak sebelum....

"Tapi aku melihatnya menelepon ayahnya baru-baru ini, bu". itu suara anak laki-laki di depannya, membuat Chaeyeon langsung menatap sengit Eunbi di sampingnya.

Chaeyeon segera memutar otaknya untuk mencari alasan masuk akal.

"Ah, itu...aku akan segera menikah lagi. Itu ayah tirinya yang dia telpon". Chaeyeon mengelus rambut Eunbi sayang.

"Baiklah nyonya, kurasa cukup sampai disini. Apa kamu tidak bisa membiarkan anak-anak mengatasi masalah mereka sendiri? Mereka bukan anak kecil lagi, kan?". Wanita di depannya memandang remeh Chaeyeon dan Eunbi.

"Dugaanku benar. Dia memang menggoda putraku, kan? Kamu dan puterimu sengaja mengancam anakku karena kamu menginginkan dia, kan?". Chaeyeon menatap datar wanita itu.

"Apa maksudmu?".

"Beraninya kau menggoda anakku? Anakku adalah ketua kelas dan dia nomor satu di kelasnya. Dia adalah satu persen di atas kehormatan nasional. Dan namanya mengandung 7 karakter China, asal kamu tahu!". Chaeyeon terbahak geli.

"Cih!". Chaeyeon langsung membusungkan dadanya.

"Kamu tahu Eunbi-ku? Dia ketua klub campuran seni taekwondo nasional. Dia adalah yang terbaik dari yang terbaik dalam semua cabang olahraga. Dia 0,001 persen dari semua pemain game online. Dia juga punya surat izin mengemudi kendaraan besar. Dia bahkan bisa mengemudi truk besar hanya dengan satu tangan. Berani-beraninya kau membandingkan anakmu yang menyedihkan itu dengan puteriku? Ugh, jinjja! Dan kamu, Hwang Eunbi! Bagaimana bisa seseorang yang berharga sepertimu berkencan dengan anak lemah dan menyedihkan seperti itu? Jika kamu pergi kencan lagi dengannya, aku akan mematahkan kedua tangan dan kakimu. Ayo pergi!". Chaeyeon menarik Eunbi agar bangkit. tapi sebelum itu, Chaeyeon menyempatkan diri mencibir ibu dan anak di depannya.

"Karakter China, bokongku! Cuih!". Keduanya langsung berjalan menuju pintu keluar dengan menghentakkan kakinya.





***






"Tante! Lo bener-bener keren hari ini. Bhuahahaha". Chaeyeon dan Eunbi tengah meminum susu pisang di taman kompleks.

"Akting lo bener-bener setingkat penghargaan akordeon". Chaeyeon menolehkan kepalanya dengan malas.

"Yak! Accordion itu instrumen musik, bego! Yang bener tuh penghargaan Oscar!".

"Alah sama aja! Tapi makasih banget buat bantuannya hari ini. Dan mulai sekarang gue nggak bakal ngegangguin lo lagi deh".

"Yaelah makasih doang? Ckckck!". Chaeyeon mencibir.

"Eh tapi, lo kan udah pacaran sama Kim Mingyu, terus lo macarin cowok ingusan tadi juga?".

"Hmm. Kenapa emang?".

"Itu serakah namanya".

"Ah bodoamatlah. Hati gue cuma milik Mingyu, tapi si culun tadi adalah siswa terpandai di sekolah, dan ketua kelas. Dia seorang Golden Child. Berkencan dengannya bakal naikin status gue di sekolah". Eunbi menepuk dadanya bangga.

"Bener juga sih. Entah itu 'cinta' atau 'kualitas'. Tapi bukankah lebih bahagia kalo berkencan dengan seseorang yang memiliki 'kualitas' tepat?".

"Bener juga, sih. Tapi Kim Mingyu juga bikin gue bahagia". Eunbi nampak berpikir.

"Gue rasa dengan orang yang bikin lo bahagia bakalan lebih baik". Eunbi langsung menoleh.

"Tapi pas ngeliat gue pacaran sama si golden boy, anak-anak satu sekolah bisa mati saking irinya".

"Aish! Lo sama gue nggak ada bedanya ternyata". Keduanya kompak tertawa.

"Tapi, lo harus milih salah satu pada akhirnya".

"Gue sebenernya juga pengen gitu. Tapi siapa yang bakal gue pilih? Aish bodoamat! Pas gue lagi bingung biasanya cukup myimpulin dengan sederhana aja". Eunbi merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan sebutir koin.

"Gambar Presiden berarti gue milih cinta, kalo angka berarti gue milih kualitas". Eunbi mulai melempar koin itu ke udara dan menangkapnya dengan dua tangan menangkup.

"Siapa menurut lo?". Chaeyeon menjawab ragu.

"Presiden, mungkin?". Ketika tangan Eunbi yang satu melepas tangkupannya, koin bagian atas menunjukkan gambar presiden Korea Selatan.

"Yap, tante Chaeyeon berbakat jadi dukun ternyata. Oke, berarti gue harus milih 'cinta'. karena Presiden Moon Jae In nyuruh gue milih cinta, Gue harus pulang buat ketemu Kim Mingyu! Oh ya, nih buat kerja keras lo hari ini, bye!". Eunbi menyerahkan koin itu pada Chaeyeon yang dibalas decakan gadis itu.

Begitu Eunbi sudah hilang dari pandangan, Chaeyeon mencoba peruntungan asmaranya dengan koin. Mirip yang dilakukan Eunbi tadi. Ia berkali-kali menggumkan nama presiden Korea Selatan itu. Namun yang muncul adalah gambar angka. Ia mendesah.

"Yaaaahh... kalau gitu mungkin emang gue sama Jung Jaehyun nggak ditakdirkan bersama".
.
.
.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang