Target 1: Closed!

310 60 14
                                    

"Apa yang sedang anda lakukan disini?". Tuan Kwak terlonjak kaget saat ayah Eunha tiba-tiba muncul dari belakangnya.

"O..oh, aku tidak sengaja kesini dalam perjalanan ke kamar mandi".

"Masuk saja, tuan. Jangan ragu-ragu". Tuan Kwak menggeleng sangsi.








"20 tahun yang lalu, ibu Eunha membawanya ke pedesaan dimana aku tinggal setelah berpisah dengan suaminya yang di Seoul. Sejak ibunya menikah denganku, Eunha sangat tidak menyukaiku. Dia selalu menjadi penyendiri karena penampilannya yang....". Ayah Eunha menggantungkan kalimatnya.

"Maaf..... jelek, ehm!". Tuan Kwak mengangguk santai.

"Maaf, Seoul bagian mana kalau aku boleh tahu?".

"Cheongdamdong, tuan". Tuan Kwak melebarkan mulutnya kaget.

"Jangan bilang mantan suaminya bernama Kwak Minho?". Ayah Eunha menyipitkan matanya.

"Entahlah, Aku hanya tahu nama depannya, Minho. Tapi nama belakangnya aku kurang tahu. Ada apa tuan, apa terjadi sesuatu?". Tuan Kwak langsung menggeleng.

"Tidak, jadi aku punya kenalan yang kehilangan cucunya. Dan hanya sebuah kantong kainlah petunjuknya. Temanku itu bahkan tidak tahu apa isi kantong itu. Oh iya, apa Eunha punya semacam tanda lahir?". Ayah Eunha terlihat berpikir.

"Seperti apa tepatnya?".

"Hmm.. mungkin mirip tato di tubuhnya".

"Waktu kami main air disungai, aku tak menemukan tanda apapun". Tuan Kwak manggut-manggut.

"Baik, lanjutkan ceritamu". Ayah Eunha mengangguk-angguk tanpa curiga.

"Sampai mana tadi? Oh iya. Di desa ini tidak banyak mainan atau teman bermain yang seusianya. Jadi Eunha sering bosan. Hingga suatu hari aku menemukan ginseng liar yang cantik. Dia menjadi sangat senang karenanya. Hari itu pertama kalinya aku melihatnya tersenyum dan pertama kali pula ia mulai membuka hatinya padaku". Ayah Eunha nampak menerawang.

"Jadi sejak saat itu, setiap Eunha marah padaku.. aku akan berusaha mencari ginseng liar itu bagaimanapun sulitnya. Dan saat itu, dia akan tertawa cekikikan sambil melingkari lenganku".

"Jadi itu sebabnya kamu tadi langsung pergi ke hutan, untuk mencari ginseng?". Ayah Eunha mengangguk membuat tuan Kwak terharu dengan mata berkaca-kaca.

"Tapi Eunha sudah dewasa sekarang. Aku ragu ginseng ini akan mampu untuk membuatnya berhenti marah padaku". Tuan Kwak mengusap wajahnya.


***

Jungkook masih memandangi gadis yang sedari tadi sibuk makan di depannya itu. Kali ini gadis itu mengambil seporsi besar ramen dan langsung melahapnya.

"Woy, om dan tante yang disana! Kalian berdua dari tadi makan terus dan sekrang masih makan lagi?". Eunbi yang sedari tadi memanggang barbekyu bersama Mingyu berdecak.

"Kenapa nggak pergi ke food partner aja?". Jaehyun langsung menoleh bingung.

"Yak! Bukan food partner, tapi food fighter, bego!". Jungkook dan Eunha menggeleng malas.

"Semuanya...aku bawakan sleeping bag untuk kalian". Ayah Eunha datang membawa setumpuk kantong tidur di pelukannya.

"Terima kasih, paman. Oh iya, apa anda punya obat nyamuk? Aku hampir sekarat karena nyamuk disini". Ayah Eunha terlihat bingung.

"Ah, tapi aku baru saja pulang dari toko. Kalau gitu Aku akan kembali ke toko untuk membelikanmu obat nyamuk". Belum genap ayah Eunha berbalik, Mingyu kembali berucap.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang