Jungkook memandangi topeng Iron Man pemberian Jaehyun dengan kernyitan nyata di kepalanya. Sejak tadi kepalanya memang serasa ditusuk-tusuk jarum. Mungkin efek tidak tidur semalaman dan asupan nutrisi terakhir yang ia dapat adalah kemarin siang. Ia memijat-mijat pelipisnya sambil mengerang. Wajahnya terlihat sangat pucat.
Sementara di dapur, tuan Kwak tengah memasak berbagai menu dan menatanya di atas meja. Pria itu terlihat sangat cerah pagi ini. Tiba-tiba Mingyu datang dan nyaris mencomot telur kari yang masih mengepulkan asap itu. Namun tuan Kwak dengan cekatan menepis kasar tangan Mingyu.
"Makanan ini untuk Jeon Jungkook. Dia bahkan sama sekali tidak menyentuh sarapannya tadi pagi. Beraninya kau menyentuhkan jarimu yang kotor itu ke makanan yang kubuat khusus untuknya!". Mingyu ternganga tak percaya dengan pekikan tuan Kwak.
"Oh? Jungkook-ah! Kemarilah, duduk dan ayo makan". Tuan Kwak langsung mendorong tubuh Mingyu dan menarik lengan Jungkook untuk duduk di kursi yang sudah ia siapkan.
"Kau tadi belum sarapan, kan? Sekarang ayo makan ini". Jungkook terlihat sungkan
Alih-alih mengambil makanan yang dibuat tuan Kwak khusus untuknya, ia malah menuang air ke dalam gelas sambil mengeluarkan sebutir pil dari saku jaketnya.
"Obat apa ini? Apa kau sedang sakit?". Tuan Kwak terlihat sangat khawatir, sedangkan Mingyu mencibir di belakang mereka.
"Saya hanya sakit kepala sedikit, paman. Jadi, jangan khawatir". Jungkook menelan pil itu dan meminum airnya dalam sekali teguk.
Laki-laki itu juga langsung berbalik menuju kamarnya mengabaikan teriakan tuan Kwak.
"Paman, kemarin anda bilang akan mengajakku piknik, kan? Ayo kita berangkat sekarang". Tuan Kwak menaikkan sudut bibirnya.
"Hei, cucuku sedang sakit kepala. Gimana bisa aku sebagai kakeknya meninggalkannya seperti ini hanya demi piknik bersamamu?".
"Tapi anda sudah janji kemarin!".
"Heol! Cucuku lebih penting saat ini daripada kau! Kita pergi lain kali, oke?".
***
"Yuna-ya".
"Hmm?".
"Apa kita beneran kudu ngelakuin ini?". Gadis itu berdecak untuk yang kesekian kalinya.
"Kita butuh makan, Jae. Memang apalagi yang bisa kita lakukan tanpa dompet dan ponsel di desa terpencil begini. Jadi sekarang lakuin aja dan jangan banyak protes!". Yuna kembali mencoba mencabut kubis besar di depannya.
Mau tidak mau Jaehyun juga melakukannya dengan ogah-ogahan.
"Astaga. Anak muda seperti kalian ini memang nggak tau apa-apa soal berkebun, ya?". Seorang pria paruh baya muncul sambil menyindir mereka berdua.
"Eeeeiiii... paman. Jangan remehkan aku. Aku ini adalah mantan atlet dan tergabung di keanggotaan VIP sebuah gym terkenal di Seoul. Jadi urusan seperti ini gampang sekali bagiku". Pria itu tersenyum miring.
"Anda lihat ini, paman". Jaehyun mencabut dua kubis sekaligus, membuat pemilik kebun langsung takjub.
"Woaah... kuat juga rupanya kau. Bhuahahaah... aih, tapi gadis ini terlihat kecil dan lemah dengan tubuh kurusnya. Kenapa kau tidak berteduh saja disana sambil minum kopi, nona kecil?". Tanpa disangka Yuna justru mencabut satu buah kubis dengan satu tangannya.
"Apa barusan anda berbicara padaku, paman?". Pria itu langsung tertohok, bahkan Jaehyun juga takjub dengan kekuatan Yuna.
Mereka melanjutkan kegiatan memanen kubis hingga sore. Tak terasa mereka sudah hampir menyelesaikan panen kubis itu dalam satu area. Setelah mencabut kubis terakhir, pemilik kebun dan isterinya mendekat membawa nampan berisi banyak makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House NO. '97
FanfictionSummary? Go check to the history ~ PROSES REVISI ~