Cheer Up, Bro!

472 56 18
                                    

"Keponakan anda menyebalkan sekali, tuan. Saya dipaksa berkencan dengannya". Tuan Kwak bernapas lega setelah berhasil mengusir Hwang Eunbi keluar dari rumahnya.

"Meski dia keponakanku satu-satunya, kamu lebih baik jauh-jauh darinya. Ayo kembali kedalam". Tuan Kwak menggandeng Mingyu kembali ke dalam rumah.







Sorenya dua pria berbeda generasi itu tengah menonton acara gosip di televisi saat seorang gadis berseragam sekolah berjalan dengan santai menuju sofa di depan mereka. Sontak saja dua pria itu menyemburkan minuman di mulutnya.

"Yak! Hwang Eunbi! Masih belum kapok rupanya kau". Gadis itu menaikkan sudut bibirnya.

"Apa paman tidak tahu apa panggilanku di sekolah?". Ia mengusap bawah hidungnya dengan gaya angkuh.

"Ikan.pemakan.daging, PI-RA-MA!". Kedua pria itu saling pandang bingung.

"Ah, mungkin maksudnya PI-RAN-HA, tuan".

"Halah! Pirama dan Piranha sama aja kali. Dua-duanya tinggal di GOOGLE". Tuan Kwak berdecak.

"GOOGLE? Google gundulmu! Yang bener tuh sungai AMAZON, Eunbi-ah!".

"Halah sama aja. Dan paman, berhenti ikut campur dalam kehidupan asmaraku. Kalo paman terus ganggu, aku bakal pasang JYP di tubuh Kim Mingyu!". Eunbi menunjuk wajah shock di depannya.

"JYP? Apalagi itu?". Eunbi berdecak.

"Alat pelacak-an ituloh, dasar kudet kalian berdua ini. Jadi aku akan bisa menemukan dimanapun Mingyu berada kurang dari 60 menit dengan menggunakan kekuatan inseminasi buatan (maksudnya satelit Buatan)". Tuan Kwak menepuk dahinya.

"Astaga kenapa aku punya keponakan yang bolotnya sudah sampai DNA begini. Yak, Hwang Eunbi! Bukan JYP tapi GPS. Terus apa tadi? Inseminasi buatan? Itu buat sapi, bodoh! Kau pikir Mingyu ini sapi betina? Astaga.. Eunbi-ah, begini saja. aku akan memberimu pilihan karena kamu juga menguasai taekwondo. Mari kita tinggalkan hubungan sebagai paman-keponakan sejenak dan saling berhadapan di kompetisi formal. Kalau kamu menang, aku akan membiarkanmu berpacaran dengan Mingyu, tapi jika tidak.. maka anggap itu adalah pertanda dari dewa bahwa kamu harus menuruti perintahku-".

"Apa yang sedang paman ocehkan, sih? Intinya kita bertarung, kan? Oke, aku pergi dulu". Masih sempat-sempatnya Eunbi mengelus pipi Mingyu yang sedang gemetaran di tempatnya.




***



"Jeng..jeng..jeng.. saatnya Yuna's Party.. yeah. Halo semuanya..hari ini saya sudah menyiapkan pesta makanan China dengan gaya rambut dan busana yang sesuai". Gadis itu menepuk-nepuk kedua gulungan rambutnya.

Dalam beberapa menit ia sudah menghabiskan semua menu makanan China yang sengaja ditata sedemikian rupa. Komentar di siarannya semakin membludak seiring dengan semakin buasnya ia menyantap makanan itu. Ditengah siaran itu tiba-tiba ada yang mengetuk jendela kamarnya.

"Eh, tunggu. Kayaknya itu pesanan ayam pedasnya datang deh". Ia langsung bangkit menuju jendela dan membuka tirainya.

Tak ada siapapun di balkonnya. Tapi sebuah tab silver tergeletak di pinggiran balkon ketika ia tak sengaja menunduk. Ia meraih benda pipih itu dan menyalakannya. Nampak sebuah tulisan hangul dengan latar background putih menyala.

1 험임. 볼륨볼륨..🥺***

Seketika senyum lebar menghiasi wajah cantiknya. Ia melirik kamar seberangnya yang terlihat gelap itu. Tanpa pikir panjang ia langsung mematikan siaran live-nya dan meraih sekotak freeze mochi dari dalam lemarinya. Ia menimbang-nimbang kotak itu sambil mengingat-ingat kejadian kemarin saat laki-laki penghuni kamar seberangnya itu memilih menggendongnya ke rumah sakit daripada membawanya ke kantornya. Senyum manisnya lagi-lagi muncul tanpa izin.

Gadis itu lalu menggantungkan kotak itu di pagar pembatas kamarnya dengan kamar seberangnya.

***

"Oi, Jung Jaehyun!". Laki-laki yang tengah pemanasan itu menoleh.

"Hei, Jung Jaehyun. Bener lo ternyata! Astaga lama gak ketemu lo, gue sampe pangling". Keduanya bertos ria.

"Iya bener. Eh, Gue denger lo udah masuk timnas inti ya? keren banget, lo". Jaehyun mengamati laki-laki di depannya dengan pandangan memuji.

"Yaa gitu lah. Eh iya, Apa lo masih tetep kek dulu?". Jaehyun langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Membuat lawan bicaranya berdecak.

"Bagaimana bisa ACE di tim kita jadi gelandangan pengangguran seperti ini. Gue pikir lo dulu bakal dijadiin pemain unggulan top1 dari tim kita". Keduanya larut dalam lamunan masa lalu.

Saat itu Jaehyun adalah salah satu pemain terbaik di tim E. Semua anggota mengakuinya.

"Hei, Jaehyun-ah gimana bisa lo ngambil celah kek gitu tadi. Ya ampun itu bener-bener keren". Dua laki-laki itu tengah bercanda di pinggir lapangan seusai pertandingan babak penyisihan saat seorang anggota junior mendekati mereka.

"kalian denger berita terbaru nggak? Gue terpilih sebagai top1 buat kompetisi mendatang. Haha! Ah iya, Gue bahkan gak ngeliat nama lo di line-up. Jadi tetep berjuang ya, suatu saat kesempatan lo bakal dateng juga". Laki-laki itu menepuk pelan pundak Jaehyun dan berlalu.

"Apa? Hei, Jung Jaehyun! apa-apaan ini! Ayo kita ajukan petisi, ini jelas si brengsek itu menggunakan koneksinya biar pelatih bisa seenaknya mengajukan dirinya menjadi pemain top1. Apa lo bakal tetep diam jadi pemain cadangan terus, huh?". Jaehyun menoleh menatap temannya datar.

"Lupain aja".

"Yak!-".

"Udahlah.. nggak ada gunanya kita bikin gituan, yang ada kita malah didiskualifikasi dari kompetisi. semua orang disini tahu kualitas gue gimana. Gue jauh lebih baik dari dia, bahkan level gue belum ada yang nandingin. Biar aja pelatih nyesel karena nggak milih gue. Santai aja, gue duluan". Jaehyun berbalik sambil menyembunyikan raut kecewanya.

"hei! Nggak ada gunanya mikirin masa lalu. Sekarang kan lo udah jadi anggota tim inti, gimana kalo lo traktir gue aja sebagai perayaan". Keduanya pergi dengan tertawa lebar.
.
.
.














*besok gue ada interview, do'ain ya🥺
Kira2 begitulah arti kalimat diatas😅

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang