Reconciliation

262 39 25
                                    

Mingyu membakar semua foto selfie polaroid yang diambilnya bersama Eunha beberapa waktu lalu. Laki-laki itu sedikit sendu malam ini. Selain karena tuan Kwak yang batal membawanya piknik, ia juga agak sedih saat Line-nya diblokir Eunha.

Tiba-tiba seseorang yang sejak tadi memenuhi kepalanya muncul di depannya sambil menangis.

"Kim Mingyu! Gue nggak tau kalo lo sebegitu tersiksanya karena putus dari gue. Baiklah, Ayo kita... balikan aja. Nggak peduli betapa nyeremin-nya si Eunbi, gue bakal bertahan".

"Mm...maksud lo ap-". Suara Mingyu terputus karena orang itu mencium pipinya.

"Kim Mingyu! Ayo kita berjuang bersama melindungi cinta kita". Setelahnya gadis itu berlari kembali ke dalam asrama.

Mingyu tertegun.

"Apaan nih, baru juga sehari putus.. si Eunha udah nggak sanggup jauh dari gue. Hahahahaa... Ah... gue emang sekeren itu". Mingyu tertawa-tawa sendirian seperti orang gila.

"Oi, Kim Mingyu!". Seketika tawanya lenyap.

"E...Eun..Eunbi-ssi!". Mendadak Mingyu susah menggerakkan kakinya.

Gadis itu berjongkok di depan Mingyu yang berdiri mendadak.

"Oke. Kali ini gue cuma perlu nutup mata dan minta maaf. Jadi, mulai malam ini... kita balikan".

"WHATT!!!".

"Apa maksudnya?".

"Eeeii...maksud gue, kita balik jadi pasangan mulai malam ini". Mingyu masih terlihat bingung.

"Gue kan udah berkhianat dan selingkuh. Jadi kenapa lo....".

"Lo belum paham juga?". Mingyu menggeleng.

"Biar gue jelasin". Mingyu kembali duduk mencoba tenang.

"Lo nyelingkuhin gue". Mingyu mengangguk.

"Terus barusan gue bilang kita balikan, kan?". Mingyu kembali mengangguk.

"Nah, itu dia". Eunbi menepuk pelan lengan kiri Mingyu.

"Tapi gue masih nggak paham apa yang lo maksud".

"Aish! Lo nih bikin kesel, ya! Lo kemarin nyelingkuhi gue, kan?".

"Ya".

"Terus barusan lo minum-minum sama si brengsek Jeon Jungkook, kan?".

"Ya".

"Terus gue juga barusan bilang kita balikan, kan?".

"Ya". Eunbi menepuk pipi kiri Mingyu.

"Lo paham sekarang?".

"Ta...tapi-".

"Gue heran. Lo itu sesempurna ini, tapi kenapa kepala lo nggak ada isinya, sih?! Ckck! Pokoknya, kita udah balikan sekarang. Jadi, jangan coba-coba khianatin gue lagi. Ngerti lo?!". Eunbi bangkit berdiri.

"Eh iya. Gue bakal tandain lo sebagai milik gue". Eunbi mencium jemari tangannya sendiri lalu menempelkannya pada bibir Mingyu yang terlihat shock.

"Selingkuh lagi, mati lo di tangan gue!".

Setelah Eunbi menghilang, Mingyu mengusap bibirnya dengan beringas.

"Sialan! Jijik banget! Kenapa si Eunha dan Eunbi jadi macem sendok dan garpu gini. Mereka mutusin dan ngajak balikan gue disaat bersamaan?".

***

Yuna duduk termenung sambil memandangi gelang hitam pink pemberian Jungkook. Tiba-tiba saja perutnya terasa melilit. Perasaan seperti tidak nyaman, terasa seperti kembung dan dadanya sedikit nyeri. Tepat saat itu pemilik rumah dan isterinya masuk kamar bersama Jaehyun yang tengah mengangkat dua bantal dan sebuah selimut besar.

"Ya ampun... gimana yaa... berhubung rumah kami kecil dan hanya punya dua kamar tidur. Jadi terpaksa kalian tidur dalam satu ruangan". Sang suami justru memukul pelan lengan isterinya.

"Eeeiii... apa maksudmu! Bagi pasangan muda begini, tidur sekamar itu lumrah!". Keduanya terbahak bersama.

"Kami bukan pasangan, nyonya!". Yuna menginterupsi.

Pasangan suami isteri itu masih terbahak.

"Aigoo.. baiklah.. baiklah. Oh iya, apa kalian ingat pancake bawang putih yang kalian makan tadi sore?". Yuna dan Jaehyun saling pandang.

"Apa kau tahu bahwa pancake yang dicampur bawang putih sangat bagus untuk stamina pria...". Jaehyun hampir tersedak ludahnya sendiri.

"Pancake bawang putih hampir sama kuatnya dengan ginseng dan tanduk rusa buat stamina pria. Aku yakin kau akan merasakannya sebentar lagi". Kali ini Jaehyun benar-benar tersedak ludahnya sendiri.

Sementara pasangan suami isteri di depannya tertawa geli. Lalu pria paruh baya itu meraih tangan Jaehyun dan menggenggamnya.

"Semoga beruntung malam ini, anakku! Pancake bawang putih!". Pria itu mengedipkan sebelah matanya pada Jaehyun.

Setelah kepergian dua orang itu. Yuna dan Jaehyun saling curi pandang dengan canggung. Lalu dada Yuna kembali terasa nyeri. Jaehyun menoleh.

"Lo mual, ya? Rada kembung?". Yuna mengernyit.

"Sini biar gue periksa". Jaehyun langsung meraih telapak tangan kanan Yuna dan sedikit memijat-mijat jempolnya.

"Nah, kan. Tangan lo udah kek es batu. Lo pasti masuk angin".

"Tapi aku belum pernah masuk angin".

"Tunggu bentar. Gue cari jarum dulu". Beberapa saat kemudian Jaehyun kembali membawa satu set jarum jahit.

"Sekali tusuk aja, lo bakal ngerasa enakan". Yuna melebarkan matanya.

"Hah? Woi! Nggak! Aku nggak mau! Itu pasti sakit sekali! Oke... oke. Aku udah baik-baik aja". Yuna berbalik memunggungi Jaehyun.

Sementara laki-laki itu berusaha membujuk Yuna. Hingga tanpa sadar Jaehyun setengah memeluk tubuh Yuna yang membelakanginya.

"Cu...cuma sedetik k..kok. Diem dan tutup mata aja". Mendadak Jaehyun menjadi gagap saat menyadari posisi ambigu mereka.

Jaehyun sudah menggenggam jempol tangan kanan Yuna. Sementara Yuna masih merengek di depannya. Jaehyun memijit pelan lengan Yuna dan langsung menusukkan jarum itu ke pinggiran jempol Yuna.

"Akh! Yak! Kamu membuat tanganku berdarah, woi!". Yuna memukul-mukul pundak Jaehyun.

"Ya emang gitu harusnya, bodoh!". Jaehyun menepuk-nepuk punggung Yuna.

Tak berapa lama Yuna bersendawa nyaring. Gadis itu menatap malu-malu pada Jaehyun karena bersendawa dengan keras di depannya.

"Nah, liat! Udah dibilangin juga. Gimana sekarang?". Yuna mengangguk.

"Lebih baik. Makasih, ya". Yuna langsung menarik tangannya dari genggaman Jaehyun dan menghisap darah yang keluar dari jempolnya.

Keduanya memutuskan berbaring dengan bantal milik Jaehyun yang dijadikan pembatas. Mereka berbagi selimut yang sama.

"Kamu nggak tidur?". Yuna menatap bingung Jaehyun yang justru masih duduk tegak di pinggiran kasur.

"Woi, nona Choi! Jangan sampe ngelewatin garis ini!". Jaehyun menunjuk bantal di tengah diantara mereka.

"Oke.. oke. Aku nggak bakal mgelewatin bantalmu". Jaehyun mulai merebahkan dirinya.

"Jangan lewat batas, oke?".

"Iya...iya. Duh, berisik!". Keduanya berbaring sambil menatap langit-langit kamar.

"Ini pertama kalinya aku tidur diluar rumah. Aku nggak yakin bakal bisa tidur nyenyak". Baru saja Jaehyun hendak membalas, namun dengkuran halus dari mulut Yuna membuatnya kaget.

Jaehyun mengangkat kepalanya dan menyanggahnya dengan tangan kanannya. Ia memandangi wajah tidur Yuna yang terlihat damai.

"Dia bilang nggak bakal bisa tidur nyenyak. Tapi lihat sekarang, dia bahkan langsung mendengkur setelah kepalanya menyentuh bantal".

Akhirnya Jaehyun juga mencoba untuk tidur, ia hanya mendapat bagian selimut sangat sedikit. Karena Yuna sudah menariknya dan nyaris menutupi seluruh tubuhnya.
.
.
.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang