Pagi ini Jungkook benar-benar mengangkat kopernya keluar asrama. Tuan Kwak sampai kewalahan mengejarnya. Pria tua itu bahkan sudah menahan lengan kiri Jungkook.
"Yak, Jungkook-ie. katamu kemarin gak bakal pergi ke Jerman sampai minggu depan? Jadi kenapa sekarang sudah pergi dari sini?". Jungkook menggaruk tengkuknya.
"Saya harus menghabiskan waktu saya bersama orangtua saya, paman. Saya juva perlu melakukan bebeerapa hal sebelum pergi ke Jerman minggu depan. Jadi, bisakah saya minta tolong anda mengirimkan sisa barang yang tidak muat di koper ke rumah orangtua saya?".
Aku akhirnya menemukan cucuku yang lama hilang hanya untuk mengucapkan selamat tinggal?
"Kalau gitu, beritahu aku jika kamu membutuhkan apapun di Jerman sana dan segera meneleponku jika kau ingin kubawakan kebutuhanmu, oke ".
"Baik, paman. Ah iya, tolong salamkan pada anak-anak lain karena saya mungkin tidak akan sempat berpamitan".
Aku akan berubah jadi kakek yang baik saat kamu kembali nanti, cucuku...
"Saya berangkat sekarang, paman". Jungkook membungkuk singkat dan langsung berbalik berjalan menjauh.
Sementara tuan Kwak sudah berkaca-kaca di belakangnya. Dengan gerakan slow motion, pria tua itu berlari mengejar Jungkook dan memeluknya dari belakang. Jungkook sampai mengernyit bingung dengan kelakuan absurd pria tua itu.
"Paman Kwak?". Tuan Kwak langsung melepas pelukannya pada perut Jungkook sambil mengusap air matanya yang sebenarnya tidak ada.
"Maaf. Aku juga nggak ngerti kenapa bisa sesedih ini. Ya sudah... pergilah. Semoga perjalananmu lancar". Tuan Kwak mengelus rambut Jungkook dengan sayang.
***
"Haloo guys, good morning!". Chaeyeon muncul sambil membagikan kertas warna warni pada Eunbi, Mingyu dan Eunha yang tengah sarapan bersama.
"Woaah.. undangan nikahan lo, ya?".
"Cantik banget".
"Selamat, yaa".
"Akhirnya undangannya dicetak juga, selamat!".
"Makasih. Kalian harus hadir, oke?".
"Siap!!!". Ketiganya menjawab kompak.
"Tapi kenapa tante nikah cepet banget?". Eunbi memicing menatap Chaeyeon, ia langsung menempelkan kepalanya di perut Chaeyeon.
"Apakah ada bayi di dalam sana?". Chaeyeon langsung mendorong kepala Eunbi dari perutnya.
"Gundulmu! Mana ada cewek hamil dengan badan kurus langsing ideal begini!". Tepat saat itu tuan Kwak bergabung di meja makan.
"Paman Kwak, apa Jungkook pergi ke suatu tempat? Barusan aku ke kamarnya mau ngajakin sarapan, tapi kamarnya kosong. Bahkan lemarinya juga kosong". Mengingat itu, tuan Kwak kembali bersedih. Mengundang pertanyaan bagi keempat orang di meja makan itu.
"Dia di transfer ke Jerman. Jadi dia pindah untuk kembali ke rumah orang tuanya pagi ini". Chaeyeon mengetuk-ketuk dagunya.
"Berarti... si brengsek Jeon Jungkook putus sama Yuna?". Tuan Kwak langsung melebarkan matanya kaget.
Benar!
Jungkook dan Yuna berpacaran!"Bener. Terus Yuna gimana?". Eunha menyahuti.
"Yuna bahkan nggak pulang semalam! Alih-alih mengantar Jungkook pergi, Yuna malah keluar sepanjang malam? Gue yakin mereka pasti udah bubar!". Mingyu ikut menimpali.
"Oho! Si kampret Jung Jaehyun juga nggak pulang semalam". Semua orang saling pandang.
"Kami pulaanng". Dari pintu depan muncul dua orang yang baru saja mereka bicarakan sambil menenteng dua kubis besar di pelukannya.
"Ada apa dengan kalian berdua? Bahkan baju kalian masih sama dengan baju semalam". Eunha menunjuk dua orang itu dengan garpu di tangannya.
"Jaehyun-ah. Lo bilang kemarin mau pergi jalan-jalan sendirian. Jangan bilang... kalian... pergi berdua?". Semua orang menatap terkejut pada dua orang itu.
"APAA!!!". Tuan Kwak bahkan sudah berteriak histeris.
Dia mutusin cucuku hanya untuk pergi dengan lelaki lain?
"Itu...".
"Itu... murni kebetulan". Jaehyun menyerobot omongan Yuna.
"Kami masih memakai pakaian yang sama karena tas kami dirampok. Jadi jangan salah paham!". Ujar Jaehyun pada Mingyu.
"Kalo tas kalian dirampok, kenapa gak balik pulang aja bukannya malah pergi semalaman. Ekhem... gue mencium bau sesuatu nih". Jaehyun hampir melempar sendok ke wajah Mingyu.
"Yuna-ya. Lo sama Jungkook... putus?". Eunha bertanya langsung pada Yuna.
"Gue denger dia pindah tugas ke Jerman". Lanjut Eunha, Jaehyun langsung menoleh kaget pada Yuna.
"Oh... ugh... kami... putus. A... aku agak lelah, jadi aku akan ke kamarku. Permisi semuanya". Yuna langsung berlari menuju tangga.
"Hei, maksud lo apa? Jeon Jungkook pindah tugas ke Jerman?". Jaehyun menanyai Eunha dengan mimik wajah serius.
"Kami juga baru tau tadi. Jungkook bakal berangkat ke Jerman minggu depan. Jadi dia balik ke rumah ortunya pagi ini". Jaehyun langsung berlari menuju tangga.
"Apa ini semacam cinta segitiga? Woaah". Semua menatap Mingyu dengan alis bertaut.
"Gimana kalo Yuna pindah hati ke Jaehyun karena menyadari bahwa Jungkook bakal pergi?". Kalimat Mingyu semakin membuat wajah tuan Kwak memanas karena marah.
"Padahal si Jungkook kelihatan terus menerus bahagia pas dia akhirnya punya pacar selama 20 tahun hidupnya". Kepala tuan Kwak terasa semakin mendidih.
***
Yuna menemukan sebuah amplop biru di atas meja belajarnya. Isinya adalah sebuah gelang anyaman hitam miliknya yang sudah ia berikan pada mantan pacarnya dan selembar surat. Saat akan membuka surat itu, pintu kamarnya mendadak terbuka. Menampilkan Jaehyun dengan ekspresi bingungnya. Yuna buru-buru menyembunyikan amplop itu beserta isinya.
"Yak, Choi Yuna! Apa artinya ini? Apa kalian putus?".
"Aah... ya".
"Terus kenapa lo nggak bilang ke gue? Apa si brengsek Jungkook yang minta putus biar bisa ngambil tugas ke Jerman itu? Apa itu yang dia minta?". Yuna langsung menggeleng.
"Nggak.. bukan kek gitu. Akulah yang meminta putus". Jaehyun mendecih.
"Cih! Hanya gara-gara lo minta putus, dia bener-bener setuju dan menerimanya?". Yuna mengehela napas.
"Nggak. Dia bersikeras nggak mau pergi, makanya aku memaksanya pergi".
"Hah? Kenapa?".
"ah.. itu... ah iya. Setelah kita benar-benar mulai pacaran, aku sadar kalau kami tidak cocok. Agoraphobiaku sembuh, jadi aku ingin melakukan banyak hal, tapi Jungkook juga sibuk dengan pekerjaannya sekarang. Jadi aku berpikir apa yang mesti dilakukan kalau kek gitu. Terus pas dia cerita soal kepindahan ke Jerman, aku langsung kepikiran bahwa ini adalah jalan yang terbaik". Jaehyun terlihat masih kurang puas dengan alasan Yuna yang terlihat bertele-tele.
"Lo yakin... kalo lo baik-baik aja?".
"Yakin lah, lebih baik putus sebelum perasaan di antara kami lebih dalam. Lagipula apa yang bisa kulakukan jika dia berada jauh dariku sementara aku terus kepikiran dia. Jadi mending putus kan?".
Sementara dibalik pintu kamar Yuna, tuan Kwak tengah menguping.
Lebih baik katanya...
Heol!
Yak, Choi Yuna! Kamu berani mempermainkan perasaan cucuku? Lihat apa yang akan aku lakukan padamu!
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House NO. '97
FanfictionSummary? Go check to the history ~ PROSES REVISI ~