Trial Error

324 50 16
                                    

Mingyu dan tuan Kwak menikmati kencannya dengan mengendarai gowes berdua keliling kompleks. Tuan Kwak bahkan memandikan Mingyu di halaman belakang.

"Hal yang ingin kulakukan saat bertemu lagi denganmu adalah memandikanmu, memerkanmu pada tetangga dan menggendongmu". Mingyu menyipratkan air di bak kecil pada tuan Kwak.

Membuat mereka akhirnya bermain air di halaman. Setelah mandi itu, Mingyu langsung digendong berkeliling rumah oleh tuan Kwak. Bahkan orang tua itu nampak sering tertawa lebar, membuat Mingyu jadi sangsi.

Dia keliatan bahagia banget.
Salah nggak sih kalo gue nerusin ini?

Mingyu langsung menggelengkan kepalanya, menepis keragu-raguannya.

"Err.. kakek?".

"Hmm?".

"Ada yang ingin aku bicarakan". Pria tua itu langsung menegakkan duduknya.

"Apa itu? Katakan saja".

"Err.. begini.. kakek kan sudah menemukan aku". Tuan Kwak menaikkan sebelah alisnya.

"Karena aku adalah cucu kandung kakek, maka Eunbi dan aku adalah saudara. Kupikir tidak etis kalau Eunbi dan aku harus berkencan".

"Hah?! Aku benar-benar melupakannya. Kamu memang menuruni bakatku. Itukah sebabnya kamu pintar dan cepat tanggap". Mingyu menyunggingkan senyum lebarnya.

"Aku udah coba meminta putus darinya, tapi berakhir dengan wajahku yang lebam-lebam. Kakek tahu sendiri kan bagaimana bar-barnya keponakan kakek itu? Aku terlalu takut untuk melakukannya sendiri". Tuan Kwak mengangguk.

"Gadis nakal itu memang punya temperamen buruk. Tapi kamu nggak boleh bersama dengan Eunbi. Aku akan bertindak tegas dan menyuruh Eunbi pergi dari rumahku.. ah, aku harus segera mengusirnya bahkan ketika ia baru menginjakkan kakinya di rumahku". Mingyu langsung tertawa jahat.

Akhirnya gue bisa bebas dari si kampret Eunbi
Setelah malam ini, gue bakal jelasin semuanya dan meminta pengampunan tuan Kwak..




Malam ini tuan Kwak dan Hwang Eunbi bertemu di kompetisi taekwondo. Keduanya sudah siap dengan perlengkapan masing-masing. Sedang Mingyu gemetaran di ujung halaman rumah. Mulutnya komat-kamit membaca do'a agar tuan Kwak memenangkan pertandingannya.

"Ayah, mari kita selesaikan ini dalam satu putaran".

"Yyak! Siapa yang kau panggil ayah, anak nakal!". Mingyu memberi semangat pada tuan Kwak.

"Bisa kita mulai saja kompetisinya?". Keduanya memasang kuda-kuda.

Tuan Kwak memejamkan matanya sambil berkonsentrasi. Begitu membuka mata pria tua itu langsung melayangkan tinjunya ke arah Eunbi. Namun Eunbi sudah menyiapkan kejutan untuk lawannya. Sejumput tanah di genggamannya langsung ia lempar tepat ke mata pamannya. Membuat orang tua itu berteriak kesakitan.

Hal itu membuat Eunbi langsung menyerangnya dengan mudah. Tak kurang akal, tuan Kwak menggunakan instingnya untuk kembali melawan meski matanya sulit terbuka. Kali ini pria itu melompat tinggi untuk mendekati Eunbi, namun sebelum benar-benar menjejak tanah kaki Eunbi terlonjor ke depan tepat pada aset masa depan pamannya.

Seketika pria malang itu menjerit histeris. Ditambah teriakan Mingyu yang kaget melihatnya. Tuan Kwak tumbang ke tanah dengan memalukan.

"Kakeeekkkkk!!". Mingyu langsung menghampiri 'kakeknya'.

"Gue menang, kan?". Eunbi mengusap hidungnya dengan gaya swag.

"Jadi sekarang, tepati janji lo!". Eunbi menarik kerah belakang kaos Mingyu dan menyeretnya memasuki rumah.


***

Eunha sedang sibuk mengunyah ayam pedas yang dibelikan Chaeyeon di depannya. Sedangkan Chaeyeon sibuk peregangan.

"Hei, lo beneran nggak mau makan semua ini?".

"Habisin. Gue lagi diet". Chaeyeon menjawab tanpa menatap Eunha.

"Bahkan ayam bakar pedas favorit lo juga nggak mau?". Chaeyeon menatap Eunha kesal.

Akhirnya dua gadis itu menghabiskan ayam pedas bersama-sama. Keduanya meneguk kaleng soda bersamaan.

"Oh iya hampir lupa. Gue pengen nanya sesuatu". Chaeyeon menaikkan sebelah alisnya.

"Lo nyari cowok tajir kan?". Chaeyeon mengangguk.

"Terus kenapa lo macarin si Jaehyun?". Chaeyeon langsung gugup.

"A..ah.. itu karena.. gue salah kira. Gue pikir dia putra presdir Rumah Sakit J". Eunha mencebikkan bibirnya.

"Heol! Jung Jaehyun putra presdir Jeon? Bahkan bokong gue ikut ketawa dengernya". Eunha terbahak dengan tidak santainya.

"Gue kira karena dia ganteng, jadi meski semua sikapnya nggak berkelas gue tetep ngira dia agak classy".

"Hah? Classy? Yang bener aja, dia tuh cowok kere yang pelit! Dia bahkan beliin gue tas imitasi jelek di pasar. Aish! Gue masih kesel banget kalo inget hal itu". Chaeyeon menggigit potongan daging ayam terakhirnya.

"Tapi dia nggak bener-bener sepelit itu, kan? Meski tas yang dia beliin KW seenggaknya harganya masih beberapa puluh ribu Won, kan?". Eunha menggeleng dramatis.

"Yakali. Barang jelek rombeng gitu. Pokoknya Yang jelas, lo cukup cerdas buat ngebuang cowok kere kek dia. Lo itu terlalu luar biasa buat dia. Terlalu Sempurna". Eunha mencocol daging ayam pada saos.

"Tapi menurut gue, Jaehyun nggak seburuk itu sih. Apa dia dulu terkenal diantara cewek-cewek di kampus kalian?". Eunha nampak menerawang.

"Iya sih. Dia cuma senyum aja, cewek-cewek disekitarnya langsung mimisan. Dia selalu bikin cewek-cewek seangkatan kami berantem karena ngerebutin dia. Tapi si pecundang itu bener-bener player". Chaeyeon terlihat kesal mendengar kalimat terakhir Eunha.

"Woi! Jaehyun tuh bukan tipe yang suka nyakitin cewek". Eunha menaikkan sudut bibirnya meragukan pernyataan Chaeyeon.

"Heol! Lo nggak ngerti aja apa yang biasanya si brengsek itu lakuin kalo di klub. Dia tebar pesona ke setiap cewek yang dia temui". Chaeyeon menatap Eunha kesal.

"Dia itu selalu mainin cewek". Chaeyeon membanting kotak ayam di depannya.

"Woi! Lo itu nggak tau apa-apa tentang Jaehyun, jadi nggak usah ngomong aneh-aneh tentang dia!". Chaeyeon menatap kotak ayam yang isinya berhamburan itu.

"Gue nggak mau makan 'omong kosong' ini lagi!". Chaeyeon menunjuk ayam yang berserakan di atas meja itu.

"Kenapa lo jadi ngegas, anjir!".

"Ya lo pikir sendiri aja, cebol! Eh, jepit rambut itu. Itu punya gue, kan?". Eunha menyentuh jepit yang bertengger di rambutnya.

"Lo bener-bener kek pengemis tau nggak!".

"Eh! Tadi Lo bilang jepit ini cocok buat gue. Gue udah pakek jepit ini seharian-".

"Nggak usah banyak bacot! Balikin jepit gue!". Chaeyeon langsung merebut jepit kupu-kupu itu dari rambut Eunha.

"Woi! Aduh! Santai aja dong!".

"Jangan pernah berpikir buat nyentuh barang-barang gue lagi, ngerti lo. Ah, satu lagi, muka lo itu bahkan lebih ancur dari pada dengkulnya Jaehyun!". Chaeyeon langsung berlalu meninggalkan Eunha sendirian yang menganga atas kalimat pedas Chaeyeon terhadapnya.

"Cih! Ada apa dengannya? Kenapa dia jadi ngegas pas gue ngehina Jung Jaehyun? Gue bahkan bantuin dia pas dia ngehina mantan pacar desainernya itu".
.
.
.

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang