"Ugh.... kenyang banget!". Keduanya mengusap mulutnya menggunakan tissu.
"Hei, Yuna-ya. Jangan sampe lupa apa yang udah gue bilang tadi tentang memesan cuma satu jenis hidangan". Yuna mengangguk.
"Gimana kalo misal aku nggak nemu sesuatu yang bisa diobrolin nanti?".
"Eeeeiiii... apalagi yang perlu dikhawatirkan? Oke, lo tinggal senyumin aja setiap kali lo ngerasa nggak nyaman. Kalo bisa selingin pakek jokes-jokes receh".
"Jokes receh?".
"Hmm. Gue bakal ngasih satu contoh buat lo. Gunain ini setiap kali lo ngerasa nggak nyaman". Yuna mengangguk sambil mencondongkan tubuhnya ke depan, ke arah Jaehyun.
"Sawi, sawi apa yang punya kekuatan super?". Yuna mengernyit bingung.
"Sawi-derman. Bhuahahahaah". Yuna memutar matanya.
"Nggak lucu, anjir!". Masih berusaha menahan tawa recehnya, Jaehyun menampilkan raut seriusnya.
"Oke, jokes kedua. Ekhem! Permen, permen apa yang paling gede?".
"Err... lolipop?". Yuna menjawab dengan tidak yakin.
"Salah!". Jaehyun menjentikkan jarinya di depan wajah bingung Yuna.
"Terus?".
"Candy Borobudur!".
Ngaak! Ngaak! Ngaak!
Seketika seperti ada suara burung berbulu serba hitam yang mengelilingi meja mereka.
"Oke yang sekarang serius. Denger baik-baik. Kucing, kucing apa yang selalu salah?".
"Emang ada?". Jaehyun menaik-turunkan alisnya.
"Kucing ga-wrong! Bhuahahaahah!". Kali ini Yuna ikut terbahak.
"Oke, itu lumayan lucu".
"Nah, gitu. Lo kudu selalu tersenyum cantik pas lagi kencan sama cowok. Ngerti?". Yuna mengangguk masih sambil tersenyum.
"Kalo gitu aku akan mencoba gladi buat kencan nanti. Jadi katakan padaku gimana kesan kamu setelah ngeliatnya". Jaehyun mengangguk.
"Ah, satu lagi. lakukan beberapa hal feminim seperti ini juga". Jaehyun memeragakan jemarinya yang menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinganya sendiri. Membuat Yuna langsung memeragakannya pada rambutnya sendiri lalu berdehem singkat.
"Ekhem, Jungkook-ssi. Apa kamu tahu kucing apa yang selalu salah?". Yuna tiba-tiba gugup saat menatap wajah Jaehyun yang mendadak berubah menjadi wajah milik laki-laki seberang kamarnya. Dan wajah itu menyunggingkan senyum manisnya.
"Gue nggak yakin".
"Kucing ga-wrong!". Wajah di depannya tersenyum geli.
"Lucu banget, Yuna-ssi!". Yuna langsung menetralkan mimik wajahnya saat wajah Jaehyun kembali muncul.
"Good job. Kek gitu caranya. nah sekarang, Ayo pergi". Jaehyun bangkit sambil menarik pergelangan tangan kanan Yuna.
"Hmm. Ayo". Keduanya bangkit.
"Tunggu. Aku ingin ke kamar mandi sebentar". Jaehyun mengangguk.
"Oke. Gue tunggu di depan".
"Woi, Jung Jaehyun!". Lelaki tampan itu menoleh.
"Woah... Kim Doyoung! Daebak!". Kedua laki-laki itu berjabat ala anak muda.
"Hei, Jung Jaehyun! Kenapa lo tiba-tiba berhenti dari gym, huh?".
"Ada masalah kecil. Oh iya, apa kantor lo deket sini?". Laki-laki bersetelan jas rapi itu mengangguk.
"Hmm. Kami baru pindah. Ngomong-ngomong gadis yang sama lo tadi... itu Choi Yuna, kan?". Raut wajahnya mendadak serius.
"Hmm. Kok lo tau. Lo sama Yuna saling kenal sebelumnya?".
"Jadi bener dia rupanya. Choi Yuna itu pernah bekerja di kantor kami". Doyoung maju selangkah ke hadapan Jaehyun.
"Apa? Yuna pernah kerja di kantor lo?". Doyoung mengangguk.
"Ah, tunggu". Doyoung mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya.
"Liat, nih". Jaehyun menatap sebuah foto yang terpampang di layar ponsel Doyoung dengan ekspresi bingung.
"Itu Yuna?". Doyoung kembali mengangguk.
"Tapi si Choi Yuna itu.........".
***
"Ayo pergi!". Jaehyun tersentak saat Yuna menepuk pelan pundaknya.
Jaehyun sedari tadi terus memandangi Yuna. Membuat gadis itu seketika merasa aneh.
"Kenapa kamu memandangiku terus? Apa ada sesuatu di wajahku?". Jaehyun langsung mengerjabkan matanya merasa tertangkap basah.
"Yaa gue nggak bisa ngubur hal-hal itu soalnya lo nggak mau minjemin gue sekop". Yuna memukul pelan lengannya. Membuat keduanya terbahak bersama.
Beberapa langkah dari tempat mereka berdiri ada sepasang kekasih tengah memadu cinta. Membuat Yuna menghentikan langkahnya mendadak. Jaehyun yang melihatnya langsung merubah posisi menjadi dirinya yang berjalan di depan sementara Yuna mengekor di belakangnya. Tidak lupa tangannya menggandeng tangan Yuna sedikit menariknya dari tempat itu.
Jaehyun menyodorkan satu cup besar es teh ke hadapan Yuna. Dan disambut senang oleh gadis itu. Mereka saat ini sedang duduk-duduk santai di taman.
"Gimana perasaan lo?".
"Udah lebih baik".
"Apa yang bakal lo lakuin selama kencan nanti?".
"Entahlah, nampaknya tidak akan mudah". Yuna mendongak menatap langit cerah di atasnya.
"Aish! Gak bisa dibiarin! Hei, Choi Yuna. Gue bakal ngasih lo satu mantra yang sangat manjur". Yuna menaikkan sebelah alisnya.
Jaehyun mulai mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya. Tidak lupa memejamkan kedua matanya.
"Bulu-bulu-bulu. Bulu-bulu-bulu. Hap!". Kedua telunjuknya ia arahkan ke wajah Yuna.
"Apaan sih?". Yuna menyingkirkan tangan Jaehyun dari depan wajahnya.
"Eeeeiii... mantra ini sangat efektif, tau. Mantra ini bisa bikin lo nggak terlihat. Gue gunain ini sepanjang waktu setiap kali gue bolos pelajaran, dan ajaibnya gue nggak pernah ketangkep guru".
"Itu konyol".
"Woi! Beneran, tau! Lo kudu nyobain! Siapa yang bakal gangguin lo kalo lo aja nggak terlihat?". Yuna meletakkan es tehnya di samping tubuhnya.
"Oke, biar kucoba". Yuna mengikuti persis seperti yang dilakukan Jaehyun sebelumnya dan mengarahkan telunjuknya pada sepasang kekasih yang tengah asik memakan ayam goreng di kursi seberangnya.
Dua orang itu seakan tak peduli dan meneruskan aktivitasnya seperti tak melihat keberadaan Yuna dan Jaehyun.
"Woah, daebak! Ini bener-bener bekerja".
"Liat, gue bener kan. Sekarang ayo minum aja sebelum semua es nya meleleh". Keduanya menyeruput es tehnya kembali dalam hening.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House NO. '97
FanfictionSummary? Go check to the history ~ PROSES REVISI ~