Misunderstand (?)

287 52 17
                                    

Jaehyun menyeruput minumannya sambil memandangi lalu lintas di balik jendela kaca sebelah kirinya. Ia hampir menyemburkan air di mulutnya saat mendapati gadis tetangga kamarnya muncul dengan setelan seperti seorang selebritis. Baju super tertutup, berikut syal, masker serta topi yang menutupi seluruh wajahnya.

"Hei, Choi Yuna! Ada apa dengan pakaian lo itu? Bhuahahaha". Laki-laki itu menyemburkan tawanya, sementara gadis di depannya menoleh ke segala arah, sedikit risih dengan keadaan sekitarnya.

"Lo pakek baju kek buronan polisi, anjir!".

"Aku emang berharap bisa melarikan diri dari tempat ini. Jadi Diamlah!".

Jaehyun langsung melepas topi dan kacamata hitam yang menutupi wajah Yuna. Berikut syal pink yang melilit lehernya dengan sekali tarikan. Membuat gadis itu langsung panik dan berusaha menutupi wajahnya. Semua orang di restauran itu menatap geli ke arah meja mereka.

Karena Jaehyun menggunakan syal Yuna sebagai penutup kepalanya berbentuk seperti surban arab.

"Liat kan? Semua orang cuman ngeliatin gue karena surban aneh ini, bukan elo. Jadi nggak usah khawatir. Semakin aneh penampilan lo, orang akan makin penasaran sama lo. Makanya sekarang, Angkat kepala lo dan relaks aja. Ayo kita bersantai dan makan aja, oke?". Yuna mengangguk singkat.

"Lo mau makan apa?". Jaehyun membuka table menu.

"Pilih apapun yang lo mau". Yuna membasahi bibirnya sendiri menatap deretan menu di depannya.

"Lumpia combo, udang kelapa pedas, bebek bakar asam manis, spaghetti beef, spaghetti kerang hijau, egg roll.. bla...bla..bla..".

"Stop! Stop! Stop! Lo pengen dikenal sebagai si rakus di depan seorang pria, huh?". Yuna langsung menundukkan kepalanya kecewa.

"Pas lo lagi kencan, cukup pesen satu hidangan. Terus pesen satu dessert buat dua orang. Ngerti?". Yuna mengangguk paham.

Namun pandangan Yuna masih terlihat tidak rela untuk hanya memesan satu jenis makanan saja. Ia masih terus memandangi deretan menu itu dengan bibir mengerucut. Membuat Jaehyun menahan senyumnya.

"Astaga, gue jadi nggak tega. Yaudah gini aja. Sekarang makan sepuas lo sebelum lo berangkat kencan ntar sore".

"Benarkah? Jadi aku bisa memesan apapun yang aku mau?". Jaehyun tak kuasa menahan tawanya.

"Ya ya ya baiklah, terserah saja". Dalam beberapa menit semua hidangan yang dipesan Yuna sudah menumpuk di meja mereka.

Keduanya makan dengan lahap seperti tiada hari esok. Memang benar-benar cocok dua orang gila makan itu. Jaehyun sesekali mencuri pandang pada Yuna yang tengah serius memakan pasta kepitingnya, dan tak urung senyumnya terbit karenanya.

***

Eunha hendak keluar dari asrama sambil bersenandung santai. Tapi matanya menyipit heran saat tak menemukan letak sepatunya yang seingatnya tadi ia taruh di rak paling bawah. Eunha langsung membuka lemari sepatu dan menjelajah isinya. Saat itulah ia menemukan dimana sepatunya berada, yaitu di rak paling atas.

"AISH! NGESELIN BANGEEEET!!!". Teriakannya membuat Mingyu yang hendak keluar kamar terlonjak kaget.

"Kenapa sih teriak-teriak?!".

"Liat nih! Lo masih mikir paman Kwak nggak mendiskriminasi kita?". Tunjuknya pada rak paling atas.

"Dia menaruh sepatu anak-anak lain di rak yang lebih rendah. Dan cuma sepatu gue yang ditaruh di atas. Di sebelah sepatu gue itu... pasti punya lo, kan?". Mingyu mengangguk ragu.

"Liat tuh! Dia sengaja mendiskriminasi kita!".

"Hei! Tenanglah, nggak usah teriak-teriak! Lagian mana mungkin paman Kwak tau sepatu kita yang mana. Gue yakin ini cuma kebetulan aja".

Boarding House NO. '97Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang